Cemas Orang Tua dan Drama 'Bocah Pandemi' yang Mulai Sekolah

CNN Indonesia
Minggu, 24 Jul 2022 14:24 WIB
'Bocah-bocah pandemi' memulai masa sekolahnya. Banyak drama yang terjadi, banyak juga 'peer' yang dimiliki orang tua.
Ilustrasi. Saat 'bocah pandemi' mulai memasuki sekolah, banyak drama yang terjadi. (Istockphoto/Nadezhda1906)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ditya Prawasti (36) bingung saat anak bungsunya, Fano (4), harus mulai masuk sekolah pertama kali. Ibarat telenovela, hari pertama Fano pergi sekolah dipenuhi oleh drama.

"Drama banget," ujar perempuan yang akrab disapa Dita itu pada CNNIndonesia.com, Sabtu (23/7).

Mulai dari bangun tidur hingga masuk kelas, Fano hanya mengangis, menangis, dan menangis. Disuruh mandi, Fano menangis. Disuruh sarapan, Fano juga menangis. Berangkat ke sekolah, Fano juga kembali menangis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan, hingga masuk ke dalam ruang kelas, Fano kembali meraung. "Saya sampai harus nunggu di depan kelas," ujar Dita. Fano tampaknya takut berada jauh dari ibunya dan harus 'nyemplung' sendirian ke dunia baru yang sebelumnya sama sekali tak dikenalnya.

Fano jadi salah satu contoh nyata 'bocah pandemi'. Dua tahun masa tumbuh kembangnya terpaksa dihabiskan di rumah saja dan minim interaksi sosial.

Selama dua tahun pandemi Covid-19 berlangsung, Fano nyaris hanya berinteraksi bersama ayah, ibu, dan kakaknya di rumah.

Selain keluarga intinya, paling-paling Fano hanya bermain dengan beberapa sepupunya, bersama dengan om dan tanteu, juga kakek dan nenek. "Tapi itu enggak yang sering banget. Jadi dia enggak pernah main sama siapa-siapa [teman]," kata Dita.

Kondisi itu jelas membuat Dita cemas. Apalagi sekarang, saat Fano mulai masuk sekolah.

"Social skill-nya masih belum terasah dengan sempurna. Dia belum terbiasa berada di keramaian yang banyak orang," ujar Dita.

Hal itu terbukti dari pengalaman pertama Fano masuk sekolah. Tiga hari masa pengenalan, Fano belum mengenal satupun temannya di kelas.

Fano bahkan diam sejenak saat ditanya siapa teman yang sudah dikenalnya di kelas. "Sama...... Guru," jawab Fano pelan.

"Jadi sampai sekarang, Fano, tuh, belum kenal sama temannya. Yang dia tahu, ya, cuma gurunya," kata Dita menjelaskan. Padahal, idealnya masa pengenalan jadi waktu bagi anak untuk mengenal lingkungan barunya, termasuk juga teman-teman.

Wajar saja. Meski sama-sama bermain di area playground, tapi Fano dan anak-anak lainnya main masing-masing.

Hal ini jelas sangat berbeda jika dibandingkan dengan saat kakaknya, Dhio, sekolah pertama kali. "Dulu, tuh, Dhio hari pertama udah langsung cerita kenal sama ini itu."

Was-was Orang Tua

Ilustrasi keluarga bermain board gameIlustrasi. Banyak orang tua yang merasa cemas saat anaknya memulai sekolah untuk pertama kalinya setelah dua tahun pandemi. (iStock/staticnak1983)

Dita tak sendiri. Ada banyak orang tua di luar sana yang juga merasakan kecemasan yang sama.

Gloria Safira Taylor (33), misalnya, yang juga merasa cemas saat buah hatinya, Chandini (3,5) pergi sekolah untuk pertama kalinya.

Jarak rumah ke sekolah memang tidak terlalu jauh. Gloria bertugas mengantar dan menemani anaknya di sekolah selama hari pertamanya. Rasa was-was, cemas dan takut pun bergulir di pikirannya.

"Takutlah saya, takut anak enggak bisa sosialisasi sama teman sekelasnya. Takut dia nangis, rewel, atau enggak mau berbagi sama temannya," kata Gloria.

Untungnya, hari pertama berjalan lancar. Namun, masalah --meski tidak terlalu besar-- justru muncul di hari kedua sekolah.

Simak cerita soal bocah pandemi selengkapnya di halaman berikutnya..

Cemas Orang Tua dan Drama 'Bocah Pandemi' yang Mulai Sekolah

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER