FILM DOKUMENTER

Pahlawan Lingkungan Tak Terlihat di Sekitar Kita

CNN Indonesia
Senin, 25 Agu 2014 09:41 WIB
Para pahlawan lingkungan hidup seringkali tidak diapresiasi, mereka terkadang dianggap menghambat pembangunan dan anti kemajuan.
Jakarta, CNN Indonesia --
Pahlawan tidak hanya ada di komik-komik atau film Hollywood. Dalam hidup, ada pula pahlawan yang terwujud dalam sosok manusia biasa. Mereka berjuang demi kebenaran dan tidak takut hadapi ancaman dari pihak yang tidak menyukai idealisme mereka. Namun, seringkali pahlawan seperti ini tidak terlihat.
 
Pahlawan lingkungan hidup adalah satu contoh orang berjasa yang seringkali tidak diapresiasi. Bahkan, mereka terkadang dianggap menghambat pembangunan dan anti kemajuan. Padahal, beberapa orang ini hanya berusaha mempertahankan tanah mereka demi kelestarian lingkungan yang telah didiami sejak lampau.
 
Sebut saja Maria Taramen dari Pulau Bangka, Sulawesi Utara. Aktivis organisasi Tunas Hijau ini dengan tegas menolak pertambangan bijih besi yang rencananya akan dilakukan oleh perusahaan asing. Ia menolak dengan keras karena tidak ingin lingkungan di kampung halamannya rusak.
 
Menurut Maria, konflik sosial yang terjadi di Pulau Bangka disebabkan oleh penduduk lokal yang ingin cepat mendapat uang. Di lain sisi, para tokoh di desanya menolak karena kerugian alam yang akan terjadi bila pertambangan tersebut dijalankan. 
 
Tokoh masyarakat memikirkan generasi selanjutnya, di mana mereka tidak ingin bila keturunan mereka tidak dapat menikmati keindahan Pulau Bangka. Sebagai aktivis, Maria melihat pertambangan bijih besi justru akan membawa banyak kerugian bagi penduduk. 
 
"Nelayan dan petani akan kehilangan mata pencaharian mereka. Selain itu, akan terjadi krisis air bersih," kata Maria saat dijumpai di Kine Forum, Jakarta, Jumat (22/8). Ia menjelaskan penimbunan yang dilakukan pertambangan tersebut akan menyebabkan ekosistem laut terganggu sehingga nelayan akan sulit mencari ikan.
 
Sementara di darat, pohon-pohon kelapa ditebang sehingga mematikan usaha petani. "Selain itu, warga yang membuka usaha menyelam akan dirugikan juga karena pertambangan ini akan merusak beberapa titik penyelaman," kata Maria.
 
Pahlawan lainnya adalah perempuan bernama Putra Rusmedia Lumbangaol, warga Desa Pandumaan-Sipituhuta, Sumatera Utara. Perempuan berkulit sawo matang ini berjuang keras menjaga hutan di tempat tinggalnya agar tidak berubah menjadi lahan bisnis. Sehari-hari ia bekerja menjual kemenyan. Karena kerusakan hutan, lingkungan tempat ia tinggal pun berubah.
 
"Dulu kami bisa dengan mudah mendapatkan kemenyan. Setelah terjadi kerusakan alam, kemenyan semakin susah didapat sehingga penghasilan kami pun berkurang," kata perempuan yang akrab disapa Opung ini.
 
Ada pula Raymundus dari Komunitas Dayak Iban di Sui Utik, Kalimatan Barat. Pria yang menjabat sebagai kepala desa ini berjuang mempertahankan desa dan hutannya dari para penebang liar hutan. Raymundus kecewa dengan sikap pemerintah yang belum mengapresiasi kerja keras komunitasnya. 
 
"Saya heran, di tempat yang melakukan penebangan liar, justru ada akses listrik. Sementara masyarakat Dayak Iban belum tersentuh pembangunan," ujar Raymundus.
 
Sebagai masyarakat adat, Raymundus mengharapkan pemerintah dapat memperhatikan kesejahteraan warganya tanpa harus merusak hutan. "Masyarakat Dayak Iban belum merdeka di tanahnya sendiri," ujar Raymundus.
 
Meski kecewa, Raymundus Remang bersama dengan Komunitas Dayak Iban menerapkan hidup yang ramah lingkungan. Komunitasnya menggunakan panel surya sebagai sumber energi. Ia dan penduduk desanya juga tidak lagi memasak dengan kayu bakar agar tidak menghabiskan kayu.
 
Pahlawan terakhir adalah Een Irawan Putra. Pria ini berinisiatif membersihkan Sungai Ciliwung. "Kerusakan Sungai Ciliwung disebabkan keacuhan yang luar biasa dari manusia. Sampah dibuang seenaknya ke sungai," kata pria yang tergabung dalam Komunitas Peduli Ciliwung Bogor ini.
 
***
 
Keempat pahlawan ini tervisualisasikan dalam dokumenter bertajuk Silent Heroes besutan Greenpeace Indonesia. 
 
Selain menampilkan tekad kuat para pahlawan lingkungan, dokumenter ini juga memperlihatkan masalah kesejahteraan masyarakat terpencil yang kerap dilupakan pemerintah. Misalnya, belum adanya akses listrik bagi masyarakat adat dan terpencil serta konflik antara pengusaha dan penduduk lokal.
 
Juru Kampanye Greenpeace Indonesia Arifsyah Nasution berharap dengan adanya dokumenter ini, presiden yang baru dapat melakukan sesuatu untuk lingkungan hidup. 
 
"Kami juga akan memastikan agar lima tahun ke depan presiden yang baru melakukan sesuatu untuk masalah lingkungan hidup," ujar Arifsyah kemudian mengakhiri pembicaraan.


ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER