Jakarta, CNN Indonesia -- Mendamaikan negara yang pernah berselisih tidak hanya bisa ditempuh lewat jalan politik. Pendekatan budaya dan seni menawarkan keramahan yang lebih jujur dan humanis.
Maria Madeira lahir di desa Gleno, Timor Leste. Ia meninggalkan tanah airnya sejak tahun 1983 saat Indonesia menyerbu kampung halamannya. Kerinduan pada tanah air menggugah kreativitasnya di bidang seni kontemporer.
Berjudul
Ina Lou yang berarti Ibu Pertiwi atau
Dear Mother Earth, Maria membawa karya-karyanya ke Galeri Cipta II di Taman Ismail Marzuki. Untuk pertama kalinya seniman Timor Leste menampilkan karyanya di Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diiringi kelompok musik keroncong, pameran ini dibuka pada tanggal 5 September sampai 15 September.
Seni sebagai langkah damai
Penyelenggaraan pameran di Indonesia ini sangat berarti untuk Maria, mengingat sejarah antara Indonesia dan Timor Leste. “Sangat penting untuk kita memulai komunikasi kembali melalui budaya dan cara yang damai,” katanya.
Melalui karya-karyanya Maria berharap masyarakat akan meningkatkan pemahamannya terhadap Timor Leste setelah menjadi sebuah negara. Pameran ini dianggap sebagai langkah yang tepat untuk memulai perdamaian antara kedua negara setelah pertumpahan darah di masa lalu.
Selain Indonesia, karya-karya Maria ditampilkan di negara lain seperti Australia, Portugal, Brasil, Makau, dan Timor Leste.
Maria berharap dengan pengadaan pameran-pameran akan mendekatkan negara-negara lain. Hal ini juga akan meningkatkan toleransi dan pemahaman yang diperlukan dalam hubungan antar negara.
Sisi feminin Timor LesteAdalah hal yang tidak mudah bagi negara yang baru mendapatkan kedaulatan di tahun 2002 untuk menjelaskan jati dirinya kepada dunia. Maria sadar akan hal ini dan berusaha berbagi visinya mengenai budaya Timor Leste lewat seni kontemporer.
Dengan karya-karyanya Maria berusaha menampilkan budaya Timor Leste yang feminin. Terlihat dalam beberapa lukisannya yang menggunakan benang dan kain tradisional Timor. Hal ini merupakan upaya Maria untuk mendorong para wanita Timor Leste agar terpacu untuk maju ke arah yang lebih baik.
Banyak orang yang telah lupa bahwa korban dalam konflik bersenjata di Timor adalah para wanita yang harus merelakan suami dan anak mereka yang wafat dan hilang diculik. Melalui seni dan budaya Maria ingin menyembuhkan luka tersebut dan mendorong semangat para wanita untuk menjadi lebih mandiri.