Jakarta, CNN Indonesia -- Apa rasanya mendedikasikan setahun untuk keliling dunia? Bukan sekadar datang dan berfoto ala turis, tetapi meresapi berbagai pengalaman unik, seperti menangis di kamp konsentrasi Nazi di Auschwitz, menginap di penjara tua di Ljulbljana, hingga berenang bersama ratusan singa laut di Galapagos. Seorang Perucha Hutagaol – kerap disapa Trinity – telah melakukannya.
Selama setahun penuh, Trinity telah mencapai 144.577 kilometer dan berkunjung ke 22 negara di dunia. Setidaknya Eropa, Brasil, Cile, Peru, Ekuador, Guatemala, Kolombia, Kuba, Jamaika, dan Meksiko telah ia singgahi. Pengalaman tersebut ia bukukan dalam
The Naked Traveler: 1 Year Round The World Trip yang terdiri dari dua bagian.
Ada beberapa alasan yang membuat Trinity akhirnya memutuskan berkeliling dunia selama setahun. Yang paling utama adalah kompetisi dengan sesama penulis kisah perjalanan. Menurutnya, ia harus terus berpikir kreatif bila tidak ingin kalah dengan kompetitor. Atas dasar itulah, Trinity putuskan angkat ransel beserta paspor demi mengitari dunia selama setahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, negara-negara Amerika Selatan ia pilih karena belum banyak orang yang menginjakkan kaki di sana. Setidaknya ia pernah menetap selama sembilan bulan di negara Amerika Selatan. Karena itulah, ia kini bisa berbahasa Spanyol.
Perjalanan ini dilakukan sejak Oktober 2012 sampai Oktober 2013. Ia pergi bersama temannya, Yasmin, yang sampai harus menjual rumahnya sebagai modal jalan-jalan. Rencana awal berwisata yang hanya beberapa bulan kemudian memanjang jadi setahun. Keberangkatan dimulai pada 10 Oktober 2012, pukul 00.10. Dengan prinsip
money is better spent on experiences than on material things, Trinity dan Yasmin pun angkat kaki dari Indonesia.
Dari 22 negara yang ia kunjungi, Trinity mengaku paling mengalami kesulitan di Guatemala. “Guatemala itu negara berkembang, sama seperti Indonesia. Lokasi wisata yang satu dengan lainnya berjauhan sehingga agak sulit mengaksesnya,” ujar Trinity saat peluncuran buku terbarunya di Gramedia, Mal Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Selasa (9/9).
Ia juga pernah mengalami pengalaman tidak menyenangkan di negara itu. “Waktu itu sedang perjalanan ke suatu tempat dengan menggunakan van. Tiba-tiba diturunkan karena alasan jalan rusak. Uang dikembalikan tetapi tetap saja rasanya kesal sekali,” katanya. Trinity yang sudah sangat kesal ingin melampiaskannya ke supirnya, namun terkendala oleh faktor bahasa. “Akhirnya saya lempar pakai kulit pisang sambil menghujat dalam bahasa Indonesia!” ujarnya lagi.
Buku
The Naked Traveler: 1 Year Round The World Trip dicetak pada September 2014 oleh Penerbit B-First. Buku bagian pertama terdiri dari 260 halaman, sementara bagian kedua 272 halaman. Berbeda dengan buku Trinity sebelumnya,
The Naked Traveler: 1 Year Round The World Trip dicetak berwarna dilengkapi pula dengan foto-foto dan ilustrasi.