Jakarta, CNN Indonesia -- Mereka yang pernah jatuh cinta, kebanyakan akan mengenal Kahlil Gibran. Kalimat-kalimat puitisnya sering mewakili perasaan yang tak tersuarakan. Salah satu bukunya yang cukup terkenal adalah
The Prophet.Buku yang berisi puluhan puisi prosa tentang seseorang bernama Almustafa itu pertama diterbitkan tahun 1923. Hingga kini, karya itu telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 40 bahasa.
The Prophet akan kembali diseret ke dunia modern. Namun, kali ini bukan lewat buku. Adalah Salma Hayek, aktris berdarah Meksiko dan sukses di dunia Hollywood, yang memproduksinya menjadi sebuah film animasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, menurut laman IMDb, Hayek juga mengambil peran sebagai bintang film. Ia menjadi pengisi suara Kamila. Sementara suara Mustafa, sang tokoh utama, diisi oleh aktor film laga kawakan, Liam Neeson.
Yang menarik, film itu ‘dikeroyok’ oleh sembilan sutradara. Kesembilan nama itu adalah Roger Allers, Tomm Moore, Joan C. Gratz, Joann Sfar, Bill Plympton, Paul dan Gaetan Brizzi, Michal Socha, Nina Paley, dan Mohammed Saeed Harib. Masing-masing memberikan sentuhan berbeda di setiap bagian, untuk keutuhan film.
Pertama kalinya, cuplikan film itu telah diputar di Cannes Film Festival, Mei lalu. Film itu dibuat tidak seberat dan seserius muatan dalam buku. Konten pemikiran matang tetap ada, namun dibuat lebih sederhana. Film itu jadi seperti film animasi biasa yang sarat nilai positif dan disampaikan secara gamblang. Pesannya lebih mudah dipahami.
Proyek film itu sebenarnya sudah lama didengungkan, sejak sekitar 2012. Hayek ingin memfilmkannya karena mengaku sebagai salah satu penggemar buku fenomenal Gibran itu. Ia punya pengalaman tersendiri soal itu.
“Kakek saya selalu menyimpan
The Prophet di meja sampingnya,” kata Hayek. “Saya membacanya, dan terasa seperti kakek membicarakan serta mengajarkan hidup pada saya melalui buku ini,” ucapnya melanjutkan.
Hayek menambahkan, hampir semua orang yang terlibat dalam pembuatan film memang punya pengalaman khusus dengan
The Prophet. Mereka bahkan tidak terlibat demi uang, melainkan lebih pada pemuasan diri.
“Film animasi biasanya butuh lima tahun untuk menyelesaikannya, tapi ini hanya dua tahun,” ujar Hayek.
Bagi Hayek sendiri, membuat film animasi dari buku sefilosofis
The Prophet bukan hal mudah. Namun, ia menganggapnya tantangan. “Sebenarnya, itu sangat menyenangkan. Saya tidak merasa seperti sedang berkhotbah atau menasihati orang,” tuturnya mengungkapkan. Ia juga menikmati perannya sebagai produser.