Jakarta, CNN Indonesia -- Jangankan menjadi komedian. Soleh Solihun bahkan tidak pernah berpikir umurnya akan melewati 18 tahun. Ia memang tak pernah berencana menjalani karier seperti sekarang.
Beberapa tahun lalu, Soleh seorang wartawan sebuah majalah musik tekenal di Jakarta. Iwan Fals yang menginspirasinya. Di mata dan kuping Soleh, Iwan piawai membuat lirik menggugah. Caranya sederhana, namun elegan.
Keinginan untuk mampu bermain-main dengan kata itulah yang membuat Soleh mendaftar menjadi wartawan setelah lulus dari studi Jurnalistik Universitas Padjajaran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tujuh tahun menjadi wartawan, rupanya belum cukup membuat hasrat seni Soleh tersalurkan. Di luar juru berita, ia pun melakoni pekerjaan lain. Soleh menjadi pengisi acara.
Menjadi pembawa acara sebenarnya bukan keinginan pribadi Soleh. Mulanya ia dipaksa oleh kantor tempatnya bekerja. Ia kerap dijadikan 'tumbal' untuk menghibur penonton setiap kantor itu membuat acara. Parahnya, acara itu sangat sering dilakukan.
"Ketika menjadi pembawa acara, seringkali saat pergantian antar band itu tidak ada acara atau kosong, nah saya suka cari bahan candaan untuk mengisi waktu kosong tersebut," katanya.
Pepatah 'bisa karena terbiasa' mungkin berlaku dalam kasus Soleh. Saking seringnya menjadi pembawa acara, ia pun memberanikan diri mengambil pekerjaan lain di samping menjadi wartawan, penyiar radio.
Dua tahun menjadi penyiar, tidak ada masalah. Soleh beruntung karena mendapat jam siaran sebelum ia harus kembali menjadi wartawan.
Namun suatu kali, 'pengkhianatan' Solihun tercium. Surat pemecatan pun harus ia terima. Karena sudah terlanjur dipecat, ia memutuskan meneruskan pekerjaannya sebagai penyiar radio.
Menyesalkah ia? "Ya ingin protes bagaimana? Saya toh juga salah. Dipecat ya sudah, saya jalani saja apa yang ada di depan mata," ujar Solihun. "Saya tidak mau berlarut-larut dalam penyesalan, itu semua sudah terjadi. Kalau terlalu dimasukkan hati, sangat merusak hari."
Masuknya Soleh ke dunia komedi, tak ubahnya seperti kisah drama. Hidupnya seperti berubah dalam semalam. Persis orang biasa yang mendadak jadi artis. Nasibnya mirip Justin Bieber. Soleh pun terkenal gara-gara YouTube.
Tampilan video saat Soleh beraksi membuat banyolan, diunggah temannya ke laman YouTube. Itu rupanya menjadi hits dan membuat dirinya tenar mendadak. Padahal awalnya, Soleh hanya meminta tolong untuk merekam aksinya di atas panggung dan mengunggahnya ke laman YouTube.
"Waktu itu iseng saja, agar saat dicari nama sendiri di YouTube, ada," cerita Soleh. "Tapi rupanya 40 menit saya tampil, direkam dan diunggah semua."
'Kecelakaan' itu berbuah indah. Dari rekaman itulah karier komedi Solih terbuka lebar.
Ia pun sering diberi kesempatan mengisi acara-acara komedi. Ia pernah ditawari ikut ajang kompetisi stand up komedi di stasiun TV swasta. Namun, tawaran itu ditolak lantaran ia tak percaya diri ikut kompetisi.
Tawaran lain pun datang. Kali ini tak pakai embel-embel kompetisi. Soleh pun lebih percaya diri. Secara rutin, ia tampil di acara itu. Namanya pun mulai terkenal.
"Di antara ketiga profesi yang saya jalani, saya masih menganggap profesi wartawan sebagai keahlian saya, baru sebagai komika, dan terakhir penyiar radio," Soleh mengungkapkan.
Jika menurut orang melawak adalah pekerjaan mudah, coba pikir kembali. Soleh saja pernah merasakan susahnya membuat orang tertawa.
Pernah dalam suatu kesempatan, ia mendapatkan tawaran menjadi pengisi dalam sebuah rapat umum pemegang saham salah satu bank ternama di Indonesia. Para undangan adalah para presiden direktur dan pejabat-pejabat berjas mahal.
Sebelum mengisi acara, Soleh diperingatkan oleh penyelenggara bahwa para undangan termasuk yang sulit untuk bercanda lepas.
Namun rupanya candaan Soleh mengenai harga jas dan menggoda fenomena kehidupan kantor, dapat membuat para pejabat terbahak-bahak.
Kejadian yang lebih sulit lagi adalah saat Soleh ditawari mengisi sesi hiburan dalam kegiatan Jokowi dan Ahok. Ia menerima tawaran tersebut lantaran dijanjikan bukan termasuk acara kampanye menjelang Pilkada DKI.
Ketika sudah siap di atas panggung, rupanya Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri, datang mendadak menghadiri acara tersebut. Kedatangan Mega sontak membuat suasana kaku. Bahkan acara sampai diambil alih para pengawal mantan Presiden RI tersebut.
Di tengah perubahan acara dan suasana yang mendadak formal, Soleh dilanda kepanikan. Akhirnya ia menghadapi kondisi tersebut dengan mengangkat masalah sehari-hari. Tak disangka, Megawati dan Jokowi sampai tertawa lepas mendengar candaan Soleh.
"Melawak itu tekanannya tinggi, orang sudah bayar untuk tertawa, jadi pasti menunggu bagian lucu dari penampilan pelawak," ujar Soleh mengungkapkan kesulitan menjadi pelawak.
Meski tekanan tinggi, namun ia menghadapi semua ekspektasi ataupun kondisi tak terduga itu dengan santai dan percaya diri.
"Selama yang sampaikan fakta dan data, ya tidak perlu takut. Itu yang saya pelajari selama menjadi wartawan," tuturnya dengan santai.
Soleh bukan termasuk orang yang memaksakan kehendak. Ayah satu orang putra ini menjalani kehidupannya seperti selayaknya air yang mengalir, cukup dijalani saja.
Namun bukan berarti Soleh tidak memiliki keinginan jangka panjang. Selain ingin menyelesaikan tugasnya membuat buku yang sudah enam tahun terbengkalai, ia juga ingin terus berkarya membuat orang tertawa.
Dirinya mencontoh kepada para komedian yang telah dulu berkecimpung. Beruntung, komedian yang lebih senior menyambutnya dengan hangat.
"Salah satu cara mempertahankan eksistensi ya terus membuat karya tunggal dan konsisten," ucap Soleh, bijaksana.
Ia berupaya mewujudkannya pada 31 Januari nanti. Ia akan menyelenggarakan pentas tunggalnya untuk pertama kali yang bertajuk "Majelis Tidak Alim".
Segala persiapan telah dilakukan secara matang. Soleh pun merasa acara nanti sudah cukup memenuhi keinginannya atas sebuah pertunjukan tunggal. Namun, Soleh menyimpan satu mimpi liar lagi. Ia ingin terbang dalam acaranya.
"Saya pengen terbang pas acara saya kayak David Copperfield," ujarnya.
"Cuman kan repot biayanya, masalah lucu atau tidak lucu itu urusan nanti yang penting keren pas datang, tapi impian kan harus disesuaikan dengan anggaran," tutur Soleh sembari tertawa.
Bagaimana pun, Soleh akan tetap berupaya membuat penggemar dan penonton yang sudah rela membayar tiket demi pertunjukkannya 'terbang' oleh guyonan. Ia ingin mereka pulang dengan senyuman dan air mata karena tertawa.