Tujuh tahun menjadi wartawan, rupanya belum cukup membuat hasrat seni Soleh tersalurkan. Di luar juru berita, ia pun melakoni pekerjaan lain. Soleh menjadi pengisi acara.
Menjadi pembawa acara sebenarnya bukan keinginan pribadi Soleh. Mulanya ia dipaksa oleh kantor tempatnya bekerja. Ia kerap dijadikan 'tumbal' untuk menghibur penonton setiap kantor itu membuat acara. Parahnya, acara itu sangat sering dilakukan.
"Ketika menjadi pembawa acara, seringkali saat pergantian antar band itu tidak ada acara atau kosong, nah saya suka cari bahan candaan untuk mengisi waktu kosong tersebut," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pepatah 'bisa karena terbiasa' mungkin berlaku dalam kasus Soleh. Saking seringnya menjadi pembawa acara, ia pun memberanikan diri mengambil pekerjaan lain di samping menjadi wartawan, penyiar radio.
Dua tahun menjadi penyiar, tidak ada masalah. Soleh beruntung karena mendapat jam siaran sebelum ia harus kembali menjadi wartawan.
Namun suatu kali, 'pengkhianatan' Solihun tercium. Surat pemecatan pun harus ia terima. Karena sudah terlanjur dipecat, ia memutuskan meneruskan pekerjaannya sebagai penyiar radio.
Menyesalkah ia? "Ya ingin protes bagaimana? Saya
toh juga salah. Dipecat ya sudah, saya jalani saja apa yang ada di depan mata," ujar Solihun. "Saya tidak mau berlarut-larut dalam penyesalan, itu semua sudah terjadi. Kalau terlalu dimasukkan hati, sangat merusak hari."