Jakarta, CNN Indonesia -- Sepekan lalu, Nadya Hutagalung memamerkan beberapa foto dari New York. Mulai pohon meranggas dan salju yang menutupi jalanan, sampai wajah cantiknya bersembunyi di balik busana tebal musim dingin. Beberapa lagi menunjukkan kegiatan formalnya selama di sana.
Nadya memang bukan sedang liburan. Selasa (3/3) sampai Rabu (4/3), mantan juri Asia's Next Top Model itu didapuk mewakili Great Apes Survival Partnership (GRASP) ke pertemuan besar Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York.
Nadya hadir sebagai duta GRASP. Ia merupakan duta ke-lima setelah Jane Goodhall, Richard Leakey, Russell Mittermeier, dan Richard Wrangham. Ia sekaligus satu-satunya orang Indonesia yang berhasil menembus GRASP, dan diundang menghadiri pertemuan global PBB.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa fotonya di Instagram menunjukkan betapa Nadya sangat bangga akan itu. Ia mengunggah foto dirinya bersama standing banner GRASP, yang menunjukkan wajah Nadya disandingkan dengan primata. Di bagian bawah, diterangkan bahwa ia duta penyelamatan primata.
Ada pula foto papan nama Nadya di tengah konferensi PBB. Di lain foto, ia berpose bersama Doug Cress, Koordinator Program GRASP.
"Saya benar-benar tidak pernah bermimpi bisa ditunjuk menghadiri UN General Assembly. Di satu sisi, ini sebuah penerimaan yang masif. Di sisi lain, ini hanya permulaan untuk banyak hal lain yang harus dilakukan untuk konservasi alam liar," tulis Nadya sebagai keterangan fotonya.
Kebanggaan itu tidak hanya terungkap lewat foto. Dalam wawancara dengan CNN Indonesia, Nadya juga menceritakan antusiasmenya menjadi duta GRASP dan upaya penyelamatan primata. Berikut petikan wawancara CNN Indonesia dengan Nadya Hutagalung melalui surat elektronik.
(Wawancara sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia)
Bagaimana proses Nadya menjadi duta GRASP?
Doug, Koordinator Program UN-GRASP mengontak saya untuk bergabung dengan mereka, meningkatkan kepedulian atas buruknya kondisi kera besar. Mulanya saya tidak terlalu bersemangat, karena saya masih merasa banyak yang harus dilakukan untuk kampanye "Let Elephants Be Elephants". Belum lagi untuk keluarga dan komitmen pekerjaan lainnya.
Tapi setelah beberapa diskusi dan pemikiran, saya setuju bergabung dengan GRASP. Apalagi orang utan sangat dekat dengan hati saya. Mereka adalah spesies pertama yang benar-benar ingin saya bantu sejak bertahun-tahun lalu. Tapi saya tidak hanya akan fokus pada orang utan, tetapi juga primata lain seperti gorila, bonobo, simpanse. Tapi jelas, orang utan akan jadi proyek pertama saya.
Apakah ada kenangan spesial soal orang utan?
Ya, dari kecil saya tumbuh dengan cerita ibu saya tentang orang utan yang dia selamatkan dan dikirimkan kembali ke habitatnya di Indonesia.
Bagaimana hasil pertemuan Nadya dengan PBB di New York?
Sulit mengatakan hasilnya seperti apa. Tapi ada respons yang sangat bagus untuk pembicaraan saya. Saya bukan politisi, ilmuwan, atau konservator. Jadi suara saya adalah perspektif yang masih segar dan baru. Saya berharap, dengan momentum ini dan ketertarikan terhadap World Wildlife Day, kita bisa melihat hasil konservasi yang lebih baik yang bermanfaat bagi tidak hanya hewan, tetapi juga komunitas lokal.
Apa rencana Nadya sebagai duta GRASP?
Saya sedang mendiskusikan membuat dokumenter dan kampanye tentang orang utan. Ini rencana terdekat saya dan tidak menutup kemungkinan akan ada kesempatan berbicara nanti.
Apakah Nadya akan berinteraksi dengan primata secara langsung, seperti dahulu berinteraksi dengan gajah selama sebulan di Kenya?
Jelas saya berencana demikian. Tapi saya masih harus menemukan waktu yang tepat untuk melakukannya, sehingga anak-anak saya bisa ikut dan mendapat pengalaman terbaik tentang dunia.
Apakah Nadya juga berkonsultasi dengan ahli primata, mungkin Jane Goodall atau yang lain?
Ya, saya bertemu Jane beberapa kali dan dia pernah menjadi pembicara pada upacara kelulusan Green School saya tahun lalu. Dia juga penyelenggara dana di mana kami juga menjadi bagian, di Hong Kong.
Saya juga berinteraksi dengan Dr Birute, yang bekerja dengan orang utan di Kalimantan, dan Dr Ian Singleton, yang bekerja dengan orang utan di Sumatera. Mereka pahlawan sebenarnya, yang telah bekerja tanpa lelah selama bertahun-tahun melindungi orang utan dan habitatnya.
Apakah Nadya juga akan berkampanye tentang penyelamatan orang utan di Indonesia, mengingat negara ini adalah habitat orang utan?
Ya, Indonesia adalah salah satu area untuk keragaman biologi yang terpenting dan berharga, yang penting untuk dilindungi.
Aktivitas apa yang akan Nadya lakukan untuk berkampanye di Indonesia?
Belum ada rencana konkret sejauh ini.
Menurut Nadya, bagaimana kampanye ideal untuk melindungi primata di Indonesia?
Kita harus mengubah cara menyampaikan pesan soal konservasi. Selama beberapa dekade, kita sudah mencoba meraih orang lebih banyak, tapi belum pernah mencoba mengajarkan bagaimana mengonservasi. Kita butuh cerita dan pendekatan baru untuk bisa membuat perubahan konkret.
Selain gajah dan primata, apakah ada hewan lain yang ingin Nadya selamatkan?
Terlalu banyak daftarnya. Tapi yang jelas ada harimau, singa, badak, trenggiling, dan banyak lagi seperti burung, reptil, dan habitatnya.
Bicara soal New York, apa saja yang Nadya lakukan di sana, selain menghadiri pertemuan PBB?
Sebelum menghadiri UN General Assembly, saya diumumkan untuk menjadi duta GRASP di sebuah kegiatan di New York Zoo. Saya juga punya beberapa janji sebagai pembicara dan akan menghadiri beberapa pertemuan selama di sini.
Nadya sekarang sangat sibuk dengan upaya konservasi alam. Bagaimana dengan karier di dunia hiburan dan modeling? Apakah ada yang harus ditunda atau bahkan dibatalkan?
Ya, saya harus memilih mana yang menjadi prioritas dan di mana saya ingin memfokuskan perhatian. Jadi ada kalanya saya harus memilih, beberapa kali. Tapi saya pasti akan tetap di dunia hiburan. Saya hanya harus menemukan proyek yang menarik, menyenangkan, dan berarti.
(Hingga Minggu (8/3) kemarin, diketahui Nadya masih berada di New York. Ia juga masih mengunggah foto-foto kegiatannya di sana).