Jakarta, CNN Indonesia -- Gempa berkekuatan 7,8 Skala Richter yang mengguncang Nepal terus menelan korban. Seperti diberitakan Reuters, hingga saat ini total korban jiwa telah mencapai angka 1.341 orang dengan 630 di antaranya adalah warga lembah Kathmandu.
Tak hanya korban jiwa, salah satu bangunan bersejarah juga ikut hancur total. Bangunan ini adalah Dharahara atau yang dikenal dengan menara Bhimsen. Dharahara dibangun pada tahun 1832 dengan tinggi hampir 63 meter. Biasanya digunakan untuk melihat panorama lembah Kathmandu.
Ada yang menyebutkan Dharahara dibangun untuk kepentingan militer meski ada pula yang menyebut menara ini didediksikan untuk Ratu Lalit Tripura Sundari, sepupu Bhimsen Thapa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dharahara memiliki arsitektur berdesain campuran ala Mughal dan Eropa. Bagian atas juga agak mirip dengan menara mesjid. Ada hiasan patung dewa Hindu, Syiwa dibagian atas menara.
Sebelum gempa tahun 1934 di Kathamdu Dharahara adalah satu dari dua menara yang dibangun Bhimsen. Menara pertama dibangun delapan tahun sebelumnya, yakni pada tahun 1824 lebih tinggi dari Dharahara dengan ketinggian 11 lantai.
Pada tanggal 15 Januari 1934, menara pertama habis oleh guncangan gempa bumi. Dharahara juga sempat rusak, tapi segera direnovasi oleh Perdana Menteri saat itu, Juddha Shumsher. Sejak itu menara Ratu Lalit Tripura Sundari diganti nama menjadi Menara Bhimsen.
Dharahara memiliki sembilan lantai, dan berada di pus at Sundhara di Kathmandu. Dharahara dibangun oleh Perdana Menteri Nepal yang memimpin saat itu, Bhimsen Thapa. Tak heran jika menara ini juga disebut Menara Bhimsen. Menara ini sudah diakui UNESCO sebagai bagian dari peninggalan sejarah berupa arsitektur di Kathmandu.
Menara itu memiliki tangga spiral yang terdiri dari 213 anak tangga. Masing-masing dari delapan lantainya memiliki balkon untuk mengonservsi dan tempat memandang panorama lembah Kathmandu.
Menara ini dilengkapi dengan semacam tiang kapal dari perunggu setinggi 5,2 meter di bagian atapnya. Dharahara dibuka untuk dikunjungi wisatawan sejak 2005 hingga saat ini. Namun kini dengan hancur leburnya menara itu hampir tak ada yang tersisa untuk dinikmati.