Terminator Genisys Balik ke Akar Permusuhan Manusia dan Robot

Nadi Tirta Pradesha | CNN Indonesia
Rabu, 24 Jun 2015 15:27 WIB
'"I'll be back," kata sang Terminator, Arnold Schwarzenegger. Ia benar-benar kembali sampai Terminator ke-lima, Genisys.
Salah satu adegan Terminator Genisys. (Dok. Paramount Pictures)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak The Terminator dirilis pada 1984, sutradara James Cameron sudah mengusung konsep perjalanan waktu. Kala itu, Terminator yang diperankan Arnold Schwarzenegger dikirim dari masa depan untuk memburu Sarah Connor.

Akting Arnold nan robotik langsung menjadi ikon. Dalam film-film berikutnya ia masih disertakan, kecuali untuk film ke-empat Terminator Salvation yang rilis 2009. Kali ini, Arnold dan perjalanan waktu kembali dirakit di film ke-lima, Terminator Genisys.

Babak awal Terminator Genisys menampilkan reka ulang kedatangan cyborg Terminator ke Los Angeles, 12 Mei 1984. Penonton muda yang baru pertama ke bioskop menyaksikan akting robotik Arnold pun jadi tak kehilangan konteks cerita.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah itu, cerita yang masih berpegang pada konsep terdahulu tapi ditambahi efek dan kecanggihan teknologi masa kini, pun bergulir. Idenya dekat dengan kehidupan era ini. Segala akun yang terhubung dengan gadget dan peranti pintar merupakan pijakan berdirinya Skynet.

Terminator Genisys juga secara detail menggambarkan kelahiran Skynet, musuh permanen dalam perjuangan manusia melawan mesin, inti cerita Terminator. Unsur kecerdasan buatan yang menjadi jualan utama film fiksi ilmiah pun ditampilkan dengan kental di situ.

Namun di luar itu, Terminator Genisys seperti terlalu sibuk memadatkan subplot dari beberapa film Terminator sebelumnya. Alhasil, fokus film Terminator Genisys sendiri pun kabur. Narasi Terminator Genysis naik turun.

Selain meneruskan konsep bahwa Skynet merupakan program militer, ada unsur kebaruan berupa interkoneksi teknologi di kehidupan personal. Singkatnya, Skynet memiliki database jutaan manusia. Suatu waktu, Skynet memutuskan bahwa manusia adalah biang kerusakan di bumi.

Sayang, ide baru itu tak diteruskan lebih lanjut. Padahal, Skynet versi itu bisa jadi representasi keresahan manusia soal kemajuan teknologi tanpa memikirkan konsekuensi.

Terlihat betul upaya sutradara Alan Taylor menyamai tangan besi James Cameron. Hasilnya memang belum bisa menyamai The Terminator dan sekuel Terminator: Judgment Day pada 1991.

[Gambas:Youtube]

Meski begitu, yang patut diacungi jempol adalah efek khususnya. Film itu enggan mengulangi kesalahan film aksi yang terlalu bertumpu pada CGI. Dalam porsi besar, CGI Terminator Genisys tak mengganggu mata karena atmosfer dinginnya mampu meredam ledakan.

Scoring Terminator Genisys yang digarap oleh Lorne Balfe (Call of Duty: Modern Warfare 2 dan Assassin’s Creed III) dan diawasi Hans Zimmer sebagai produser eksekutif pun mampu membombardir telinga dengan porsi tepat.

Bintang-bintangnya pun familiar. Terminator Genisys menghadirkan kembali sang terminator, Arnold. Kali ini ia beradu akting dengan Emilia Clarke sebagai Sarah Connor. Bintang Game of Thrones itu patut diacungi jempol.

Ia mampu menampilkan Sarah Connor yang tak selemah pendahulunya, namun masih memiliki sentuhan humanis. Sayang, film ini tak memanfaatkan pemenang Piala Oscar lewat film Whiplash, J.K. Simmons, dengan maksimal.

Secara keseluruhan, Terminator Genisys cukup menghibur dan memberikan perspektif baru soal kekacauan dunia Terminator. Penonton baru tak tetap mampu mengikuti jalan cerita, dan penonton lama bisa bernostalgia. Sebab di akhir film, Arnold kembali mengatakan kalimat ikoniknya: "I'll be back".

Meski belum mencapai kualitas dua film waralaba awal, Terminator Genisys layak tonton. Film itu sudah bisa disaksikan di bioskop-bioskop Indonesia mulai pekan ini.

(rsa/rsa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER