Ubud, CNN Indonesia -- Diskusi buku
The Crocodile Hole, atau diterjemahkan menjadi
Lubang Buaya, memang dibatalkan sebagai salah satu rangkaian acara Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2015. Namun Yayasan Jurnal Perempuan (YJP) sebagai payung penerbitan buku itu tetap menggelarnya, hanya pindah lokasi.
Bersama sang penulis, diskusi digelar sembari makan siang di Nuri's Nacho Mama, berdekatan dengan tiga
venue program utama UWRF 2015. Acara dijadwalkan pukul 13.00 WITA, pada Kamis (29/10).
Sekelompok pemerhati gender sudah berkumpul di lokasi pada pukul itu. Tak ayal, keramaian pun mengundang kedatangan petugas keamanan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
 Buku The Crocodile Hole (CNN Indonesia/ Rizky Sekar Afrisia) |
Sebelum pukul 13.00, sudah ada sekitar empat intelijen, tanpa seragam polisi, yang datang ke lokasi. Mereka menanyakan apakah YJP menggelar peluncuran buku yang sudah dibatalkan oleh panitia UWRF 2015 berdasarkan masukan kepolisian setempat. Gadis Arivia, penggagas YJP yang menemui petugas mengatakan itu hanya acara makan-makan biasa.
"Saya bilang ini
lunching, bukan
launching," ujar Gadis tersenyum, saat menjelaskan pada CNN Indonesia, pada Kamis (29/10). Faktanya, seluruh peserta memang makan siang bersama, sembari mengobrol.
Di tengah makan siang, Gadis pun mengenalkan Saskia Wierings, penulis
The Crocodile Hole kepada peserta. Ia lalu bicara soal latar belakang penulisan bukunya. Acara itu makin spesial, karena kedatangan beberapa perempuan setengah baya yang merupakan korban peristiwa 1965. Namun tak lama, intelijen datang lagi.
Para korban 1965 langsung dipulangkan, dan Gadis menyambut kedatangan intelijen dengan berbincang cukup serius.
"Mereka bilang diskusi tentang 1965 tidak diperbolehkan. Tapi ini kan makan siang, saya tidak bisa melarang orang diskusi apa pun saat makan siang. Yang dibicarakan bisa macam-macam," kata Gadis.
"Bapak-bapak itu kemudian bilang hanya mau memonitor. Saya persilakan saja," Gadis melanjutkan.
Beberapa intelijen memang menjaga diskusi sampai akhir. Tak sampai satu jam, acara diselesaikan dengan sesi tanda tangan dan diskusi bebas. Salah satu intelijen bahkan menyempatkan membeli satu buku
The Crocodile Hole dan meminta tanda tangan Saskia langsung.
Tak disangka, seluruh persediaan buku yang dibawa YJP dari Jakarta ke Bali pun ludes. Sebanyak 45 eksemplar
The Crocodile Hole habis tuntas, meski acara diskusinya digelar sederhana dan di luar kepanitiaan UWRF 2015. Setelah acara selesai, intelijen yang datang pun pulang. "Kami hanya mengamankan. Wilayah UWRF kami amankan, kan ini festival besar," kata mereka.
The Crocodile Hole merupakan buku fiksi tentang Gerwani, gerakan wanita terbesar di Indonesia zaman PKI. Seharusnya buku itu didiskusikan di UWRF 2015 hari ini, tapi dibatalkan.