Mewarnai Sembari Menikmati Sajak Mendayu Sapardi

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Rabu, 13 Apr 2016 12:57 WIB
Hujan Bulan Juni Coloring Book for Adult merupakan wujud kecintaan 19 ilustrator sekaligus penggemar karya Sapardi Djoko Damono.
Sapardi Djoko Damono (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Gadis berpayung daun pisang itu tampak tertunduk. Hujan membuat wajahnya "mencair," melebur bersama tetesan air. Di sisinya, tertulis sajak Hujan di Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono.

Begitulah ilustrasi yang mengisi dua halaman awal Hujan Bulan Juni Coloring Book for Adult, buku mewarnai untuk dewasa yang grafisnya terinspirasi sajak-sajak legendaris karya sang maestro.

Buku mewarnai ini merupakan wujud kecintaan penggemar karya Sapardi. Dibuat oleh 19 ilustrator, tak semuanya bergrafis rumit. Ada juga ilustrasi dengan grafis besar-besar, seperti untuk anak-anak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya senang ada buku ini, dengan seperti ini bentuk kesastraan akan tetap ada," kata Sapardi saat peluncuran Hujan Bulan Juni Coloring Book for Adult di Ibis Hotel Cawang, Jakarta, pada Selasa (12/4).

"Meskipun hanya satu puisi pun, namun tetap bergulir dalam berbagai bentuk," pria 76 tahun asal Surakarta ini melanjutkan. "Puas atau tidak puas saya rasa sama saja, ini bentuk orang mengintepretasi karya saya."

Hujan Bulan Juni adalah satu dari sekian banyak karya ikonik dari Sapardi. Puisi yang dirilis pada 1989 ini dilagukan oleh duo musisi Ari-Reda. Setelah itu, ia terus bertransformasi menjadi beragam bentuk lain.

Selain dijadikan lagu dan buku mewarnai, tercatat Hujan di Bulan Juni juga pernah dibuat cerita bergambar pada 2013, lalu dua tahun kemudian dibikin novel. Berikutnya, pada tahun depan, siap digarap filmnya.

"Kalau puisi yang sudah ada ilustrasinya kan sudah banyak, namun kami melihat belum ada yang dalam bentuk buku mewarnai," kata Indah Tjahjawulan, ketua tim ilustrator yang sekaligus dosen Desain Komunikasi Visual Institut Kesenian Jakarta (IKJ), saat ditemui CNNIndonesia.com di kesempatan yang sama.

"Kami menginginkan penggemar puisi Sapardi dapat menikmati puisinya, begitu pula dengan yang senang menggambar bisa menikmati gambarnya," kata Indah.

Pada awalnya, Indah memang menginginkan membuat sebuah buku mewarnai namun belum menemukan ide yang tepat. Hingga suatu kali terbersit keinginan membuat buku mewarnai dari puisi. 

Sebagai penggemar karya Sapardi, maka ia meminta izin sang maestro untuk menjumput inspirasi dari puisi-puisi karya Sapardi menjadi buku mewarnai untuk dewasa.

Gayung bersambut. Indah pun mengajak 18 ilustrator Komunikasi Visual IKJ yang juga penggemar sastra Sapardi lain untuk bergabung.  Mereka adalah Amir Muchtar, Beng Rahadian, Boedhatmaka, Carolline Mellanie, Fx Catur, Cecil Mariani, Cindy, Dionsius Bowo, Dita Rachma, Ehwan Kurniawan, Hafid Alibasyah, Iwan Gunawan, Rasuardie, Ritchie Ned Hansel, Saut Irianto Manik, Saut Miduk Togarotop, Siti Turmini Kusniah, dan Yudi Amboro.

Proyek ilustrasi ini dibuat sekaligus hadiah untuk Sapardi yang berulang tahun ke-76 pada 20 Maret lalu. Total ada 40 puisi Sapardi yang diintepretasikan menjadi gambar untuk diwarnai para penggemar Sapardi.

"Buatnya tidak susah, masing-masing ilustrator kira-kira butuh dua jam untuk membuat gambarnya. Namun tantangannya itu puisi Sapardi banyak yang sudah kenal, dan masing-masing penggemar punya intepretasinya sendiri. Jadi sering ketika buat gambar, kalau gambar yang dibuat berbeda dengan imajinasi pembaca lainnya bagaimana? Tapi ya saya buat saja," kata Indah.

"Pak Sapardi punya prinsip, kalau sudah dialih wahana ya dia sudah tidak di puisinya itu. Jadi beliau tidak ada masalah tentang hasil interpretasi pusinya," katanya. "Yang jelas, ini murni iseng-iseng saja, bisa memberikan alternatif kalau sedang galau ya bisa baca puisi sambil mewarnai,"  ia melanjutkan sembari tertawa.

Sapardi Djoko Damono telah banyak melahirkan berbagai karya puisi. Buku puisinya antara lain Duka-Mu Abadi (1969), Mata Pisau (1974), Perahu Kertas (1983), Sihir Hujan (1984), Mata Jendela (2001), dan masih banyak lagi. Selain puisi, Sapardi juga aktif menulis  kisah fiksi.

Sapardi telah meraih berbagai penghargaan, antara lain Cultural Award dari Australian Cultural Council (1978), SEA-Write Award dari Pemerintah Thailand (1986), Satyalencana Kebudayaan dari Presiden RI (2002), hingga Pencapaian Seumur Hidup dalam Sastra dan Pemikiran Budaya dari Akademi Jakarta (2002).

(end/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER