Jakarta, CNN Indonesia -- Usai tampil selama dua hari di pameran kebudayaan
Indonesian Weekend di Potters Field Park, pada Sabtu (28/5) dan Minggu (29/5), grup band asal Bandung, Speakers First, langsung mendapat tawaran untuk manggung di beberapa bar malam kecil di sekitaran London.
Bagi yang belum mengetahui, Speaker First yang terbentuk pada 2002 sempat vakum pada 2013. Jadi, London ialah panggung reuni pertama band yang beranggotakan Beni Barnady (gitar), Boni Barnaby (gitar) dan Mahattir Alkatiry (bass dan vokal) ini.
“Satu personel lagi berhalangan hadir, mungkin karena sudah sudah punya kehidupan lain,” kata Boni sambil tertawa kepada CNNIndonesia.com.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cukup sulit untuk mewawancarai band dengan tiga album musik ini selama di Indonesian Weekend, karena begitu banyak anak muda London yang ingin berbincang dan berfoto bersama si akang-akang.
Sebagian besar dari mereka heran, karena ada band rock dari negara yang jaraknya harus ditempuh selama 15 jam dengan pesawat terbang.
Usai berbincang, Boni mengundang CNNIndonesia.com untuk datang ke panggung pertama mereka di Fox and Firkin Bar, Lewisham pada Kamis (2/6). Tentu saja undangan tersebut tidak dilewatkan.
Dari tempat penginapan di Clarence Garden, CNNIndonesia.com harus menumpang kereta menuju Lewisham.
Aplikasi Google Maps menunjukkan kalau perjalanan ke sana ditempuh selama 46 menit dan berganti beberapa stasiun; Euston, Bank Station, Cannon Street Station dan Ladywell.
Speaker First tampil sekitar pukul 20.00. Jadi, CNNIndonesia.com sudah berada di dalam kereta sejak pukul 18.00.
Sesampainya di Ladywell, CNNIndonesia.com masih harus berjalan kaki selama enam menit untuk menuju bar yang dituju.
Berbeda dengan pusat kota, suasana Lewisham sudah sepi meski matahari belum terbenam. Lebih nampak seperti desa di pinggiran kota.
Batin sebenarnya sempat agak ragu untuk membayangkan penampilan Speaker First akan berlangsung seru.
Masuk ke Fox and Firkin Bar, ternyata pengunjung sudah ramai. Beberapa asyik berkumpul di sofa dan kursi bar.
Sang bartender mengatakan kalau barnya memang menjadi ajang unjuk bakat para musisi di sekitar kawasannya.
Memang terlihat beberapa orang yang menenteng gitar, mulai dari anak muda hingga kakek tua.
Geng Speaker First lalu datang. Dengan ramah, mereka menyambut CNNIndonesia.com, seakan senang bertemu teman yang sekampung halaman.
“Hai! Sudah lama? Terima kasih ya sudah mau datang. Ini panggung ke-dua kami di sini dan sangat seru sekali!” kata Attir menyapa.
“Kalau ada yang bilang kami hanya bisa main di bar kecil, kami sebenarnya sangat suka bar kecil. Karena suasananya lebih hangat dan akrab,” lanjutnya.
Usai berbincang santai, tiba giliran Speaker First tampil di atas panggung. Seorang teknisi yang dibawa langsung dari Bandung langsung cekatan memasangkan alat.
Begitu juga dengan seorang kameramen yang mengabadikan aksi mereka.
Speaker First bermain tiga lagu;
Try Me, Black Coffee dan
Dunia Milik Kita. Tanggapan pengunjung juga meriah, melebihi bayangan tentang suasana desa Lewsham sebelumnya.
“Habis ini mau ke mana? Ikut pulang ke rumah yuk, kami masak ayam kecap. Ada abon sapi juga lho,” ujar Beni sambil tertawa ketika ditemui sedang asyik merokok di taman belakang bar.
 Menembus udara dingin London bersama Speaker First. (CNN Indonesia/Ardita Mustafa) |
Perut yang sudah terlanjur keroncongan lalu menuruti langkah kaki untuk menuju tempat menginap Speaker First selama di London.
Sambil berjalan kaki dan menenteng perlatan musik di tengah udara 11 derajat Celcius, mereka bercanda dengan gembira, sesekali melontorkan olok-olokan sarkas dalam bahasa Sunda.
Pemandangan ini sangat menarik. Padahal jika di Bandung atau Jakarta, Speaker First atau musisi lainnya sudah bisa tenang duduk di dalam mobil panitia.
Dikatakan Attir yang setengah bercanda, perjuangan untuk menjadi musisi terkenal di London juga sangatlah "mahal."
Selain rumah dan kendaraan untuk operasional, sebuah band juga harus rela menembus dinginnya malam untuk menuju satu bar ke bar lainnya.
Itu hanya demi dilirik oleh pencari bakat dari perusahaan rekaman yang memang biasanya menongkrongi bar-bar terkenal.
“Teman kami berkata kalau di Fox and Firkin Bar banyak pencari bakat. Oleh karena itu, kami menerima tawaran untuk bermain di sana,” ujar Attir.
“Kami sih tidak terlalu peduli, mau dilirik atau tidak, yang penting mereka tahu kalau ada band asal Indonesia yang bernama Speaker First,” lanjutnya.
Setelah berjalan kaki kurang lebih sepuluh menit, kami akhirnya sampai di rumah.
Speaker First bisa menumpang di rumah itu melalui teman mereka yang merupakan penduduk asli London.
Sebelumnya, mereka pernah menjamu sang teman ketika datang ke Bandung. Jadi, sekarang giliran sang teman yang menjamu sebagai balasannya.
Belum sempat mencopot sepatu dan jaket kulit, geng Speaker First langsung menuju meja makan. Terlihat onggokan nasi hangat, ayam kecap dan abon sapi yang dijanjikan mereka.
“Yuk ambil piring. Nanti kehabisan lho. Kami makannya kan kayak kuli,” kata Beni yang langsung disambut tawa teman-temannya.
Dapur itu terlihat penuh sesak dan berisi oleh kami semua. Tidak ada satu pun yang dilayani, semua menyendok porsinya masing-masing.
Beni mengatakan, mereka memang sengaja membawa bahan makanan khas Indonesia itu untuk berhemat selama di London.
Setelah menyendok nasi beserta lauk sampai ke mulut, Attir mulai bercerita banyak mengenai pandangannya akan perkembangan musik di Indonesia.
Salah satu yang dianggapnya borok ialah tidak sedikit musisi Indonesia yang merasa harus dimewahkan hidupnya.
“Kalau di Tanah Air kami memang bisa dilayani oleh panitia, tapi untuk meniti karier di luar negeri, London misalnya, tidak mungkin kan kami bermanja-manja? Bisa merasakan perjuangan itu di sini merupakan salah satu pembelajaran yang paling berharga bagi kami,” ujar Attir.
Penampilan Speaker First selama di London rencananya akan diabadikan dalam sebuah DVD yang akan disusun setelah mereka tiba di Indonesia.
Dinginnya London ternyata berhasil menghangatkan kembali band ini. Bony sempat menyinggung rencana reuni akan berlanjut terus di Indonesia.
Speaker First masih berada di London hingga Minggu (5/6). Sayangnya, CNNIndonesia.com harus kembali lebih dulu.
Padahal, mereka masih akan tampil di Off The Cuff, bar yang berada di terowongan yang tidak lagi terpakai di kawasan Herne Hill.
Sebelum kembali ke Clarence Garden, CNNIndonesia.com bertanya iseng kepada mereka, apakah sudah memiliki banyak penggemar wanita selama di London.
“Lumayan banyak sih yang mendatangi kami. Tapi selera saya tetap yang dalam negeri kok, hahaha," kata Attir.
(ard/vga)