Ada alasan tersendiri mengapa anggota IST menggemari kisah
Star Trek. "[Film] yang lain
gloomy. Perang, kiamat, masa depan suram, kalau ini [Star Trek] cerah,” kata Berthold.
"
Star Wars bukan
science-fiction, dia
fantasy,” kata Erianto yang berpangkat Commander. Ia mencontohkan pedang
light saber di
Star Wars yang bila hilang, maka bisa diganti senjata lain.
Sebaliknya, menurut Berthold yang berpangkat Captain, “
Star Trek diambil pesawatnya, enggak jadi. Enggak ada
Star Trek.” Selain pesawat Enterprise yang ikonik,
Star Trek juga digemari filosofinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini film yang sangat banyak pesan-pesan moralnya. Berguna untuk kehidupan sehari-hari, selain model masa depan yang sangat bagus,” kata Trekkie bernama Hilmy yang juga belajar soal etos kerja.
"Dari 700 episode
Star Trek, [semua] bertempat di luar angkasa [dan] banyak model urusan atasan dan bawahan," ujar sang Commander. "
It's everyday life, namun sangat kaya dengan ‘
what if.’”
“Kadang,” Hilmy menambahkan, “kita tidak suka dengan atasan kita dan sebaliknya. Digambarkan semua model tersebut [dalam film] dan kita bisa belajar."