Novel Eka Kurniawan Sangat Visual untuk Difilmkan

Rahman Indra | CNN Indonesia
Kamis, 13 Okt 2016 14:53 WIB
Novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas akan menjadi film dengan kisah yang unik sekaligus menghibur.
Edwin, memenangkan Busan Award lewat naskah film dari novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Eka Kurniawan . (Foto/Dok. Palari Films)
Jakarta, CNN Indonesia -- Edwin, sutradara asal Indonesia baru saja memenangkan Busan Award di Asian Project Market (APM), yang berlangsung 9-11 Oktober 2016 di Busan, Korea Selatan.

Kali ini, sutradara yang pernah membuat film Babi Buta yang Ingin Terbang (2008) itu membawa proyek film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, yang diadaptasi dari novel ketiga Eka Kurniawan. Dalam penulisan skenarionya, Edwin berkolaborasi dengan Eka.

"Buku Eka Kurniawan ini sangat visual. Bahkan beberapa bagian cerita didalamnya, terasa ada baunya," ujar Edwin beralasan, seperti pernyataan yang dikirimkannya, pada Kamis (13/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih jauh, ia mengatakan bahwa novel Eka juga sangat kental dengan pengetahuan, dan segenap misteri yang mempengaruhi pembentukan kebudayaan modern masyarakat.

"Seperti jutaan anak laki-laki di Jawa yang  tumbuh di era tahun 1980an, saya sangat mengenali Ajo Kawir dan dunianya. Dunia di mana dangdut pantura mengiringi rasa rindu para supir truk yang bergelut sehari-hari dengan machismo atau maskulinitas, dan adrenalin”, kata sutradara kelahiran Surabaya itu.


Film berkualitas 

Palari Films membawa Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (judul internasional: Vengeance Is Mine, All Others Pay Cash) ke Asian Project Market yang selama 19 tahun telah konsisten menyeleksi dan mempertemukan proyek film berkualitas kepada pendana, investor film, dan pembeli film dari berbagai negara. Tahun 2016 ini, APM memilih 27 proyek film dari 16 negara.

Proses seleksi yang ketat menjamin kualitas artistik dan keragaman tema film-film yang dijajakan di APM. Film-film blockbuster seperti Snowpiercer karya Bong Joon-ho, maupun film-film unik seperti Stray Dogs karya Tsai Ming Liang bisa terwujud karena film-film tersebut bertemu dengan pasarnya yang tepat. Snowpiercer berjaya di Hollywood, Stray Dogs memenangkan Grand Jury Prize di Venice Film Festival.
 
Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas adalah proyek kolaborasi pertama Edwin dan Eka Kurniawan.  Film terakhir Edwin, Postcards From The Zoo, adalah film Indonesia pertama yang terseleksi dan dinominasikan sebagai film panjang terbaik oleh Berlin International Film Festival (Berlinale 2012).

Sementara Eka Kurniawan baru saja memenangkan OppenheimerFunds Emerging Voices 2016 Fiction Award untuk novelnya, Manusia Harimau (Man Tiger). Eka juga pernah dinominasikan untuk Man Booker Prize International dengan novel yang sama. Sebelumnya, dia juga telah memenangkan World Reader’s Award 2016 untuk novel pertamanya Cantik itu Luka (Beauty is A Wound).

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, adalah novel ketiga dan selain difilmkan, novel ini rencananya akan diterbitkan di Amerika Serikat, pertengahan tahun 2017.

Muhammad Zaidy, salah satu produser dari Palari Films, melihat potensi luar biasa dari buku ketiga Eka Kurniawan ini sebagai materi yang kuat untuk diolah menjadi film.

“Namun seperti kita ketahui, mengadaptasi sebuah novel ke film, bukan pekerjaan yang mudah. Perlu visi yang sejalan antara sang penulis novel, dan pembuat filmnya. Kami baru bisa yakin dengan proyek adaptasi film ini setelah mempertemukan Eka Kurniawan dengan Edwin," ujarnya.

Zaidy menambahkan, visi Edwin terhadap film, dan pemahamannya terhadap novel Eka, membuat ia bersemangat dan percaya bahwa proyek film ini harus dikerjakan.

"Kita akan membuat film yang menghibur, indah dan unik baik secara kemasan maupun isi cerita,” tutur pria kelahiran Makassar, yang baru-baru ini juga terlibat memproduksi film Athirah, dan AADC?2.
 
Dengan film ini Palari Films berharap mampu membuka minat berbagai macam kalangan terhadap film Indonesia, memperluas pasar film Indonesia baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
 
Meiske Taurisia, juga produser dari proyek film ini menambahkan, “Pasar Film Indonesia perlu terus digali. Kami para produser film Indonesia terus mengolah kreatifitas untuk menyuguhkan berbagai pilihan tontonan film Indonesia kepada masyarakat."

Ia menambahkan, semakin banyak pilihan bentuk dan cerita pada film Indonesia, maka semakin banyak peluang untuk memperkaya penonton dan pasar film Indonesia.

Meiske pernah menangani film Postcards From The Zoo yang disutradarai Edwin, hingga kemudian dibeli hak edarnya oleh distributor film internasional dari Perancis, Inggris, Jerman, Korea Selatan, dan Taiwan. (rah)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER