'The Great Wall', Upaya China Menjangkau Sukses Hollywood

Rahman Indra | CNN Indonesia
Rabu, 07 Des 2016 18:48 WIB
Diperankan Matt Damon, film tentang Tembok Besar China ini diyakini menjadi harapan blockbuster buat China.
Diperankan Matt Damon, film tentang Tembok Besar China ini diyakini menjadi harapan blockbuster China untuk juga mencuri perhatian di kancah dunia. (Foto: REUTERS/Stefan Wermuth)
Jakarta, CNN Indonesia -- Meski telah banyak membuat film berbujet besar, dan sutradara besar, China belum memproduksi satu pun film besar yang menjadi blockbuster seperti yang dilakukan Hollywood.

Namun, kali ini upaya itu diwujudkan lewat film terbaru berjudul The Great Wall, yang disutradarai Zhang Yimou.

Yimou merupakan sutradara yang disegani di China, dengan sejumlah film buatannya yakni Hero (2002), House of Flying Daggers (2004) dan The Flowers of War (2011).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengutip Reuters, film The Great Wall menjadi film besutannya yang terbesar dan ditujukan untuk mencuri perhatian dunia dengan mengusung budaya China dengan segala atributnya.

Demi diterima luas, dan juga masuk dalam dominasi Hollywood, film ini lalu mendapuk pemeran utamanya yang juga berasal dari AS, yakni Matt Damon.

Keterpilihan superstar asal AS yang dikenal sebagai Bourne ini sempat menuai kritik dan kontroversi di AS. Salah satunya terkait tudingan yang sekarang ramai dibicarakan mengenai 'whitewashing', atau pemaksaan  pemeran kulit putih di film-film yang mestinya diperankan oleh ras lain.

Film ini tidak main-main dengan bujet yang ditengarai mencapai US$100 juta, dengan produksi kolaborasi antara China-AS. Kolaborasi ini menjadi langkah China untuk meluaskan pengaruh budayanya di tingkat internasional.

The Great Wall menjadi film pertama yang dibuat Legendary East, perusahaan gabungan China dengan Legendary Entertainment, studio Hollywood yang kini dimiliki pengusaha besar China, Wanda Group.

Kontroversi 'whitewashing'

Di luar ambisi China untuk mampu membuat film besar dan memasukkan kuasanya dengan cara yang halus, film ini sempat menuai kritik karena memilih Matt Damon sebagai pemeran utamanya. 

Keterlibatan Damon dianggap sebagai salah satu upaya 'whitewashing' atau pemaksaan pemeran kulit putih dalam film. Beberapa beranggapan para pemeran film ini mestinya aktor asal Asia.

Seperti dilansir dari Cinema Blend, Damon beberapa waktu lalu secara lantang membela para tim produksi atas kritikan ini.

Menurut dia, istilah whitewashing tersebut akan lebih pas jika diartikan aktor Kaukasia yang didandani menyerupai ras lainnya.

"Istilah itu mestinya dipahami dengan baik," ujarnya, seperti dikutip dari ABC, sembari mengambil contoh jika aktor Amerika Chuck Connors dipaksa bermain di film Geronimo.

Di saat perilisan cuplikan adegan film The Great Wall, kontroversi terhadap Damon makin gencar di AS. Alasan utamanya, karena Damon berperan di film yang pengambilan gambarnya dilakukana di China, dan mengusung budaya China.

Damon dan Yimou mengatakan atas permintaan orang banyak, peran Damon kemudian disesuaikan. Ia berperan sebagai seorang tentara bayaran yang datang ke China untuk mencuri bahan baku senapan, dan diyakini sebagai seorang Eropa, bukan Asia.

Aktor yang juga bermain di The Martian itu mengatakan, kritik yang ditujukan padanya akan buyar setelah penonton menikmati film ini secara utuh. "Karena begitu mereka melihat bahwa saya tidak memerankan sebagai orang China sama sekali, mereka akan tahu yang sebenarnya."

Film The Great Wall dijadwalkan tayang di China 16 Desember 2016, dan akan tayang di AS pada 17 Februari mendatang. Selain Damon, film ini dibintangi aktor asal China, antara lain Andy Lau, Jing Tian, Zhang Hanyu, Eddie Peng, Lu Han (anggota Exo), dan Wang Junkai (anggota TF Boys).

[Gambas:Youtube] (rah)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER