Candu Buku 'Berbicara'

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Rabu, 18 Jan 2017 15:05 WIB
Kini sudah bukan zamannya lagi membaca buku. Mendengar buku lebih diminati generasi sekarang, karena bisa dilakukan sembari multitasking.
Buku kini bisa didengar, tak lagi harus dibaca. (Ilustrasi/dangquocbuu/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah kesibukan sehari-hari, meringkuk sembari membaca buku dengan secangkir minuman hangan di tangan terasa seperti ‘surga.’ Namun bukan itu yang akan dilakukan generasi sekarang untuk mengisi waktu luang. Alih-alih membaca, mereka lebih suka mendengar.

Mendengar buku yang ‘berbicara’ sedang menjadi tren, seperti diberitakan AFP. Itu bisa dilakukan sembari belanja, lari pagi, olah raga, mencuci piring, dan sebagainya. Formatnya bukan lagi dengan kaset, yang biayanya tiga kali lipat lebih mahal dari buku konvensional.

Sekarang sudah ada teknologi digital. Jika ingin buku ‘berbicara,’ tinggal klik di ponsel pintar. Biaya produksinya sama seperti buku cetak, bahkan bisa jauh lebih murah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Format itu, menurut Mary Beth Roche yang merupakan presiden dan penggagas Macmillan Audio, biasa digunakan oleh mereka yang sibuk. Katanya, “Itu alat multitasking, salah satu cara agar tetap bisa membaca buku ketika mata mereka sibuk [mengerjakan hal lain].”

“Itu juga semacam cara yang menarik untuk duduk, rileks dan didongengi,” ia melanjutkan.

Perkembangan cara itu semakin pesat. Pada 2015, ada 35.574 judul buku yang dirilis di Amerika Serikat.

Data dari Asosiasi Penerbit Audio itu menunjukkan peningkatan delapan kali lipat dalam lebih dari lima tahun terakhir. Di tahun yang sama, penjualan buku yang ‘bebicara’ itu mencapai US$1,77 miliar. Ada peningkatan 20 persen dari tahun sebelumnya.

Menurut situs Author Earnings penjualan buku audio itu lebih banyak dibanding buku cetak. Sekitar 119 ribu buku ‘berbicara’ yang terjual per hari pada Januari 2016. Karena itu, kini masing-masing penerbit besar punya tim khusus yang berdedikasi pada buku audio.

Berawal dari Mobil

Meski di Indonesia perkembangannya belum pesat, buku audio sudah menjadi bisnis lama yang serius di Amerika. Akar dari gagasan itu adalah lamanya waktu yang dihabiskan orang-orang di mobil mereka. “Kami menemukan bahwa itu menjadi cara bagi konsumen untuk menjadikan waktu mereka terjebak di kemacetan, menjadi waktu yang berkualitas,” kata Roche.

Bisnis itu pun dimulai dengan merekam apa yang tertulis di buku, ke dalam kaset. Lalu teknologi beranjak ke CD. Sejak saat itu pun, kata Roche, kebanyakan orang yang membeli dan menggunakannya adalah pengguna mobil. Apalagi mereka yang harus berkendara lama.

“Kami menemukan bahwa perjalanan panjang sering menjadi apa yang mendorong seseorang untuk mencoba buku audio dan mendapatkan pengalaman tentangnya pertama kali. Kemudian mereka menemukan tempat lain di mana mereka bisa mendengarnya,” tutur Roche menerangkan.

Semakin canggih teknologi, buku audio tersedia dalam format digital, ia pun didengar di lebih banyak kesempatan. (rsa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER