Jakarta, CNN Indonesia -- Homofobia yang melanda dunia, bukan hanya untuk film seperti
Beauty and the Beast dan
Power Rangers, atau lirik lagu seperti
Born This Way. Buku anak pun ikut menjadi korban. Di Amerika Serikat, beberapa buku anak yang mengandung konten LGBT diminta untuk dilarang.
Sebuah buku berjudul
Jacob’s New Dress hendak digunakan sistem Charlotte-Mecklenburg di North Carolina sebagai bacaan di sekolah. Buku karangan Ian dan Sarah Hoffman itu bercerita tentang seorang bocah laki-laki yang hobi mengenakan gaun dalam kesehariannya.
Buku itu hendak digunakan sebagai kampanye anti-bullying, karena diceritakan Jacob banyak dirundung oleh teman-teman sebaya dan lingkungannya karena ia lelaki tapi mengenakan gaun.
Sayangnya, menurut North Carolina Values Coalition itu mendapat protes dari guru yang harus menggunakannya untuk anak tingkat sekolah dasar. Mereka kemudian mengirim surat elektronik ke North Carolina Values Coalition dan membuat rancangan petisi menolaknya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi ternyata sekolah itu sendiri sudah menarik buku itu dari kurikulum mereka.
“Saya membaca buku itu
online,” kata direktur eksekutif North Carolina Coalition, Tami Fitzgerald kepada New York Post. Menurutnya, buku itu terlalu berat untuk anak-anak. “Buku itu dimaksudkan menjadi alat indoktrinasi untuk menganggap normal perilaku transgender.”
Ia melanjutkan, “Saya pikir orang tua akan banyak yang keberatan akan hal itu.”
Sebelumnya, orang tua tidak diberi tahu bahwa buku semacam itu akan digunakan. Guru yang terlibat juga tidak tahu apa-apa soal penggunaan buku itu. Tak heran mereka terkejut.
“Kami percaya bahwa tujuan tingkat dasar adalah mengajarkan menulis, membaca dan berhitung dan tidak mengajarkan anak laki-laki untuk mengenakan gaun,” tutur Fitzgeral menambahkan.
Atas keberatan dan penarikan buku itu, sang penulis sendiri, Ian Hoffman langsung berkomentar. Katanya, subjek dalam buku itu putranya sendiri. Ia menggambarkan, putranya berambut panjang, mengenakan gaun, dan menyukai pink yang dianggap warna perempuan.
Meski begitu, ia melanjutkan, putranya masih menyukai hal-hal yang dianggap sangat laki-laki, seperti menjadi kesatria, kastel dan dinosaurus. Kata Ian, putranya adalah ‘pink boy.’ Ia tidak menganggap itu masalah, karena di kalangan perempuan pun dikenal ‘tomboy.’
“Ide bahwa sebuah buku bisa membuat seseorang menjadi gay atau transgender, atau apa pun yang lain, adalah gila,” kata Ian. “Jika anak kulit putih membaca buku tentang Martin Luther King, apakah anak itu akan menjadi hitam?” ia lanjut berpendapat dengan contoh.
“Jika balerina membaca buku tentang sepak bola, apakah itu akan membuat mencoba NFL?”
Dengan masih maraknya homofobia dan pikiran konvensional tentang LGBT di masyarakat, Ian berpendapat justru bukunya diperlukan. Karena itu artinya, masih ada yang tidak berpandangan netral tentang LGBT, dan mereka itu masih merundung kaum minoritas.