Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah studi menyebut bahwa sineas wanita hanya memegang 18 persen pekerjaan di belakang layar pembuatan film-film hit Hollywood tahun ini.
Sutradara
Wonder Woman Patty Jenkins telah mengarahkan film berpenghasilan kotor tertinggi ke-9 sepanjang 2017. Sutradara
Lady Bird Greta Gerwig pun baru dinobatkan sebagai pengarah film terbaik tahun ini oleh National Society of Film Critics.
Selain itu, dengan adanya isu Time’s Up, para aktris mungkin telah menjadi sorotan di panggung Golden Globe Awards 2018 untuk meminta adanya kesetaraan gender dan mengakhiri pelecehan seksual. Namun, jumlah perempuan yang bekerja di balik layar film tetap tak berubah banyak di 2017.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tahun lalu, hanya satu persen film hit yang mempekerjakan 10 atau lebih wanita di balik layar, sementara 70 persen film mempekerjakan 10 atau lebih pria di posisi yang sama. Itu menurut kartu laporan tahunan ke-20 studi
Celluloid Ceiling yang diterbitkan oleh Dr. Martha Lauzen, direktur eksekutif Pusat Studi Perempuan dalam Televisi dan Film di San Diego State University, AS.
Menyurvei 250 film berpenghasilan tertinggi, studi itu menemukan bahwa secara keseluruhan, sineas perempuan hanya terdiri dari 18 persen sutradara, penulis, produser, produser eksekutif, editor dan sinematografer. Jumlah itu secara virtual tidak berubah, dari 17 persen yang menduduki jabata itu pada 20 tahun yang lalu, pada 1998.
“Industri film telah sangat gagal menangani kelanjutan rendahnya penyerapan kerja bagi wanita di belakang layar. Pembiaran ini telah memproduksi budaya racun yang mendukung skandal pelecehan seksual dan memotong karier banyak wanita,” ujar Lauzen dalam laporan itu, melansir
The Hollywood Reporter.
Dalam hal peran spesifik, perempuan menyumbang 11 persen sutradara, 11 persen penulis, 19 persen produser eksekutif, 25 persen produser, 16 persen editor dan 4 persen sinematografer.
Sementara, 11 persen sutradara wanita meningkat dari tahun 2016 yang hanya 7 persen. Menurut Lauzen, 2016 merupakan tahun terberat bagi penyerapan kerja wanita sebagai sutradara.
“Karena sedikit wanita mengarahkan film pada 2016, maka tidak mengejutkan jika melihat persentase melonjak pada 2017 sebagai bagian dari fluktuasi normal dalam jumlah ini,” ujarnya.
Pada 2017, kurang sedikit dari 30 persen film mempekerjakan nol sampai satu wanita di jabatan-jabatan seperti yang disebutkan sebelumnya. Sepuluh persen film mempekerjakan enam hingga sembilan wanita, sedangkan hanya 1 persen mempekerjakan 10 atau lebih wanita.
Pada 250 film berpenghasilan tertinggi, 88 persen tidak diarahkan sutradara wanita, 83 persen tidak ditulis penulis wanita, 45 persen tidak diproduseri oleh produser eksekutif wanita, 28 persen tidak diproduseri oleh produser wanita, 80 persen tidak memiliki editor wanita dan 96 persen tidak memiliki sinematografer wanita.
Di area lain di 2017, wanita hanya terdiri dari 3 persen komposer, 8 persen editor supervisi suara, dan 5 persen insinyur suara.
(res)