Jakarta, CNN Indonesia -- Usai menggelar pementasan
Bunga Penutup Abad yang diadaptasi dari novel
Bumi Manusia karya
Pramoedya Ananta Toer, Titimangsa Foundation kini menggelar pameran bertajuk
Namaku Pram: Catatan dan Arsip. Pameran ini dikatakan sebagai upaya dalam melihat lebih dekat sosok Pram.
Namaku Pram: Catatan dan Arsip merupakan sebuah pameran yang menampilkan barang-barang keseharian dan kegiatan Pram yang sangat suka mencatat serta mengarsipkan segala sesuatu.
Pameran ini tercetus setelah
Happy Salma, salah satu pengagas Titimangsa Foundation, merasakan kesuksesan penyelenggaraan pementasan
Bunga Penutup Abad pada 2016 dan 2017 silam. Dia menyebut ini menjadi nazar sekaligus persembahan bagi sosok yang menginspirasi dirinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karya-karya Pram telah memberikan pengaruh besar dalam cara saya memandang dan menjalani hidup. Pameran ini salah satu bentuk rasa terima kasih saya untuk Pram yang secara tidak langsung menjadi guru hidup saya," katanya dalam konferensi pers pembukaan Pameran
Namaku Pram: Arsip dan Catatan di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Selasa (17/4).
Lebih lanjut, Happy berbagi awal kecintaannya pada karya dan sosok Pram.
"Saya lahir 1980-an, ketika kuliah, mulai lahir reformasi dan kenal karya Pram. Saya penasaran ingin tahu akhir dari buku
Gadis Pantai, lalu 2004 bertemu Pram, pertama kali bertemu idola, gemetaran dan menangis," kenang Happy.
Dia kemudian mengatakan bahwa kenangan yang paling diingat saat bertemu sang idola adalah pujian yang diberikan.
"Kamu tidak cantik, tapi mengesankan," ucap Happy menirukan pujian Pram padanya sambil tersipu.
Dari pertemuan itu, Happy mengungkapkan bahwa dirinya menjalin hubungan baik dengan Pram dan keluarganya. Hingga saat meminta izin membuat pementasan Bunga Penutup Abad yang berlanjut ke pameran, ia pun mendapat sambutan baik dari keluarga.
 Ananda Sukarlan menjadi salah satu dari sekian yang ikut serta membacakan karya-karya milik Pram oleh sejumlah seniman. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri) |
"Saat ke rumah, saya melihat dari perpustakaannya banyak buku-buku dan catatan miliknya. Dokumentator Indonesia ya Pramoedya Ananta Toer. Wong bolpen saya saja masih disimpan dengan baik, 'Milik Happy Salma tahun 2004,'" ungkapnya.
Tak ayal, Happy pun berharap apa yang dilihatnya dari arsip dan catatan milik Pram juga dapat disaksikan banyak orang dan lebih banyak lagi yang mengetahui sosok Pram serta membaca karya-karyanya.
"Bahwa karya sastra mampu menggerakkan hati banyak orang dan membangun karakter seseorang dan pada akhirnya karakter bangsa adalah benar, Titimangsa Foundation berupaya untuk selalu konsisten dalam mengapresiasi karya sastra Indonesia," ujarnya.
Upaya Happy itulah yang kemudian membuat keluarga percaya bahwa dirinya sungguh-sungguh dalam melestarikan peninggalan Pram. Hal itu disampaikan oleh putri Pram, Astuti Ananta Toer yang turut hadir dalam pembukaan pameran tersebut.
"Saya menyambut karena Happy tidak melihat Pram karena uang, tapi berjuang apapun untuk Pram. Jadi saya mendukung penuh apa yang selalu Happy lakukan," ujarnya.
Pameran
Namaku Pram: Arsip dan Catatan resmi dibuka hari ini di Galeri Indonesia Kaya dengan menampilkan pembacaan karya-karya milik Pram oleh sejumlah seniman. Di antaranya ada Slamet Rahardjo, Najwa Shihab, Ratna Riantiarno, Ananda Sukarlan, serta penampilan khusus dari cucu Pram, Angga Ananta Toer.
Meski demikan, pameran utamanya berlangsung di Dia.Lo.Gue Kemang, Jakarta Selatan mulai 17 April - 20 Mei 2018 dan pameran mini digelar di Galeri Indonesia Kaya 17 April - 2 Mei 2018.
Untuk pameran di Dia.Lo.Gue Kemang, pengunjung dilarang mengabadikan arsip dan catatan milik Pram yang dipamerkan. Penyelenggara mengatakan bahwa untuk berfoto telah disediakan spot khusus.
Pramoedya Ananta Toer lahir di Blora pada 6 Februari 1925 dan karya-karyanya mulai dikenal sejak 1950-an seperti cerpen dan novel.
Selama tujuh dekade masa hidupnya dipakai untuk menulis lebih dari 50 buku, dan cerita-ceritanya ini diterjemahkan ke dalam 42 bahasa di dunia termasuk Bahasa Spanyol pedalaman dan Undu.
(res)