Cerita lain datang dari Sanwani, mantan pelayan restoran dan
office boy yang kini memilih jadi peternak ayam. Ia mengalami sendiri penggusuran di Kemang.
Sanwani sejak lahir tinggal di sana. Seiring tumbuh dewasa, ia merasakan Kemang yang dikenalnya pun mulai berubah. Pria 54 tahun ini pun mengaku mengalami kejadian pahit di era awal pembangunan kota Kemang.
"Saya lagi main bola terus traktor tiba-tiba ngegusur lapangan itu, yang jadi Lippo sekarang. Abis dah udah, tuh liat jalanan aja tinggal segitu. Ini dulu pohon pisang sama singkong di sini ada semua," kenangnya sembari menunjuk-nujuk objek di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia membenarkan bahwa dahulu kehidupan Kemang begitu dekat dengan alam.
"Dulu di sini hutan, banyak pohon rambutan, pohon kecapi, sekarang tau deh tuh tinggal berapa pohonnya. Dulu juga, mau makan ikan tinggal pancing di kali. Mau mandiin kebo gampang, sekarang apaan yang mau dimandiin," katanya bernada sinis.
Lapangan pekerjaan pun dirasanya lebih susah. Beragam pekerjaan telah ia coba. Mulai dari pelayan restoran, office boy, hingga di kantor yang kini sudah bangkrut, katanya.
Merasa tak menutup kehidupannya sehari-hari, ia lantas memilih menghabiskan waktu di kampung, menekuni hobi memelihara ayam sembari menjadikannya sebagai mata pencaharian.
 Suasana di Gang Langgar, Kemang. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri) |
Di awal menekuni hobi, Sanwani hanya memiliki empat ekor ayam. Kini ada lebih dari 50 ekor ayam yang mengisi sebidang tanah di sudut lain kampung Gang Langgar.
"Kalah sama pendatang, yang dicari orang modern. Ya udah lah melihara ayam aja," katanya sambil tersenyum.
Sanwani kemudian mengajak
CNNIndonesia.com untuk melihat ayam-ayam miliknya. Ada yang dikunci dalam kandang, ada yang dibiarkan bebas berkeliaran.
"Nih kandangnya nih, tuh udah pada nelor. Ini udah sedikit ayamnya, kemarin dibagi-bagi saudara buat Lebaran bikin opor," ucapnya sambil tertawa. Ia pun langsung mengambil segenggam makanan ayam dan disebar di bagian tengah pada bidang tanah yang kurang lebih berukuran 500 meter persegi. Dalam sekejap, ayam-ayam langsung berkumpul.
"Ini baru ditembok semingguan yang lalulah. Ya emang repot kalo udah ditutup begini. Tapi kan sudah jadi tanah dia, kita mau gimana?" katanya sembari menggelengkan kepala saat melihat ke belakang kandang ayam yang dulunya salah satu jalan ke luar kampung.
Tembok itu juga yang dikeluhkan Hasimah.
Kehidupan di balik tembok itu memang sangat kontras. Ada gedung apartemen mewah di atas tanah bekas lapangan bola Sanwani bermain. Pembangunan tembok itu pun seakan mempertebal batas kehidupan modern dan tradisional.
Di tengah gempuran modernitas yang memutar roda kehidupannya, Sanwani mengaku masih teguh untuk bertahan di sana.
 Anak-anak di Gang Langgar Kemang kekurangan tempat bermain. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri) |
"Kalau bisa sih saya enggak akan pindah, udah enak di sini. Mau ke mana-mana gampang. Kalau pindah jauh enggak betah, saya dari lahir sudah di sini," katanya. Di sudut lain Gang Langgar....
(selanjutnya)