HUT JAKARTA

Kampung Betawi di Antara Impitan Tembok Kemang

Agniya Khoiri | CNN Indonesia
Jumat, 22 Jun 2018 10:55 WIB
Di balik gedung bertingkat, mal, apartemen dan restoran serta kafe mewah di Kemang, Jakarta Selatan, ada kampung asli Betawi yang masih bertahan.
Kehidupan di Gang Langgar, sebuah kampung Betawi asli di balik tembok Kemang. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)
Di sudut lain Gang Langgar, tersimpan kehidupan seorang pelukis yang juga pemahat patung bernama Ali. Ia dikenal sebagai pria gondrong dengan panggilan akrab Bang Poking.

Bila Hasimah dan Sanwani seolah merasa merugi dengan perubahan drastis di Kemang, Poking justru menikmati hidupnya. Ia merasa terselamatkan atas kedatangan para ekspatriat.

Kala muda, Poking berusaha untuk tidak terus hidup bergantung pada orang tua. Dia coba mencari nafkah dengan berjualan buah. Tokonya kecil, hanya sebentuk bilik berukuran 1x1 meter.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pas itu, saya selalu berpikir keras bagaimana membuat suatu usaha tapi enggak butuh modal banyak," katanya.

Seniman Bang Poking di rumahnya yang sederhana.Seniman Bang Poking di rumahnya yang sederhana. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)
Awal yang terlintas adalah buah-buahan. Namun kemudian, entah karena angin apa, Poking menjajal sekaligus melatih bakatnya dalam bidang memahat dan melukis.

"Saya sama sekali enggak sekolah, modalnya minimal banget cuma ngambil kayu di kebon, dipahat terus taro deh di warung. Lukisan juga begitu, ada kain sisa apa bisa saya jadiin lukisan, makin abstrak orang bule makin suka," ungkapnya.

Dari beberapa lukisan yang ditunjukannya, karya Poking memang terbilang nyeleneh. Salah satunya berupa lukisan bertuliskan 'Es Goblog.' Itu hanya bentuk huruf alfabet yang dibuat acak dengan perpaduan warna oranye dan hitam.



"Saya bikin kayak ini 10, laku. Satunya Rp5 jutaan. Pernah bikin yang bagus, malah enggak laku," katanya sambil tertawa.

Bakat seni yang diperoleh Poking secara otodidak itu turut membangun kedekatan dengan para ekspatriat di Kemang. Selain sebagai pelanggan, mereka juga menjadi teman baik Poking yang kerap ikut ragam kegiatan di kampungnya.

Mereka juga banyak memberi masukan bagi Poking.

Kemang masa lalu dalam potret Bang Poking.Kemang masa lalu dalam potret Bang Poking. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)
Kisah itu dituturkannya sembari membuka album foto kenangan masa lalu. Di teras rumahnya, ia menunjukkan serta menceritakan sedikit kisah di balik foto-foto itu. Kebulan asap rokok terselip di tengah cerita.

Poking bercerita soal galeri kecil yang berbentuk bak toko kelontong di kaki lima jalan Kemang. Itu merupakan saksi bisa awal dirinya mulai memiliki usaha sebagai pedagang buah sekaligus seniman.

Ada pula potret Kemang zaman dahulu. Hewan ternak yang pernah menjadi bagian penting kehidupan kawasan tersebut, abadi dalam foto. Jemarinya lalu berpindah menunjukkan keakrabannya dengan warga negara asing.

Poking mengawali bisnis buah sekaligus menjadi seniman.Poking mengawali bisnis buah sekaligus menjadi seniman. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)
Dari foto-foto selagi dia berlibur ke pantai di Serang, Banten, hingga saat kegiatan 17 Agustus yang diikuti bule-bule. Dengan ciri khas rambut gondrongnya, Poking terlihat akrab di tengah para ekspatriat.

Zaman dulu, kata dia, sulit untuk memiliki koleksi foto berwarna atau bahkan memiliki kamera. Hanya orang-orang menengah ke atas yang mungkin memilikinya.

"Awal ketemu mereka ya karena dagang kaki lima sampe sekarang sudah punya galeri ada yang masih berteman. Sekarang karena galeri lagi direnovasi jadi ya pelanggan suka ke rumah aja kadang, sudah pada tahu kok," ungkapnya.


Pelanggan Poking datang dari berbagai negara. Amerika, Inggris, Jerman, juga Australia. Tidak hanya datang langsung, ada pula yang minta dikirimkan karyanya langsung ke negara mereka masing-masing.

Dalam sebulan, setidaknya ia menjual paling sedikit dua hingga tiga karya. Per buahnya dihargai mulai Rp5 juta.

"Yang penting cukup buat makan," katanya.

Sembari menyeruput kopi, dengan pandangan menerawang Poking bercerita bahwa meski ia merasakan untung dari kehidupan Kemang sekarang, ia turut menyesali atas apa yang terjadi pada kampungnya.

Poking menunjuk teman-teman bulenya.Poking menunjuk teman-teman bulenya. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)
Pemandangan yang tak lagi hijau. Bising suara tempat-tempat hiburan, hingga semakin berkurangnya kehidupan bermasyarakat.

"Jadi kurang enak kayak kalau Hari Raya seperti ini, karena tetangga kita sudah habis. Terus itu juga gedong tinggi banget, enggak enak pemandangannya," keluh Poking.

"Kalau musik dari kafe-kafe ya kedengeran kalau malam. Awal-awal mah repot dah, berisik, tapi sekarang sudah terbiasa," ungkapnya lebih lanjut.

Demi tetap mendapat ketenangan di kampungnya. Poking memelihara puluhan ekor burung yang berkicau setiap harinya. Menurut dia, itu juga sebagai hiburan agar ia lupa kalau kini mengidap penyakit asma.

Poking di rumahnya yang dipenuhi burung.Poking di rumahnya yang dipenuhi burung. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)
"Biar enggak mikirin penyakit terus, jadi duit lukisan saya beliin burung-burung ini," katanya.

Di rumah yang ia tinggali dengan adik bungsunya itu, Poking memelihara beberapa ekor burung elang, perkutut, hingga beo. Persisnya ia kurang tahu jumlah pasti burung yang sudah ia miliki. Menurutnya, ada lebih dari 30 ekor.

"Adem banget dulu mah, orang Kemang itu dulu petani, sekarang sawahnya sudah jadi apartemen karena tahun 1980-an dijual ke orang Arab," ungkap Poking.

Kemang identik dengan kawasan eksklusif untuk ekspatriat.Kemang identik dengan kawasan eksklusif untuk ekspatriat. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)
Awal mula kehidupan Kemang menjadi kota, menurut kisah Poking, karena pengusaha Bob Sadino membuka gerai bernama Kem Chicks pada 1970-an. Kala itu, di sana cukup banyak kaum ekspatriat yang datang dan tinggal karena lingkungan yang asri.

Kawasan yang cukup strategis dengan pusat perkantoran di Jakarta pun membuat kebanyakan ekspatriat betah. Kemang akhirnya makin berkembang dan dikenal sebagai kawasan hunian eksklusif.

Terletak di Kelurahan Bangka, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, konon nama Kemang berasal pohon kemang yang banyak tumbuh di sana. Sayang, lantaran pembangunan yang masif kini tak ada lagi pohon kemang yang bisa dijumpai di kawasan tersebut.

Kemang sekarang, dipenuhi kafe dan restoran mewah.Kemang sekarang, dipenuhi kafe dan restoran mewah. (CNN Indonesia/Joko Panji Sasongko)
Kemang justru lebih dikenal sebagai salah satu kawasan elit nan ikonis bagi kalangan muda-mudi ibukota.

Hotel, bank, restoran, kafe, salon, hingga toko-toko yang menyajikan berbagai kebutuhan bagi kalangan kelas menengah ke atas Jakarta berjejeran di kawasan itu. Sekolah dan perguruan tinggi berstatus internasional bahkan ada di sana.

Dinamisnya pembangunan bisnis di kawasan Kemang juga semakin menjadi, tatkala Kemang didaulat sebagai 'Kampung Modern' berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 140 Tahun 1999.

Tapi jangan lupa, di balik tembok-tembok tebal modernitas Kemang, ada penduduk Betawi asli yang mengorbankan hidupnya seperti Hasimah, Sanwani dan Poking. (rsa)

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER