Jakarta, CNN Indonesia -- Seiring dengan perkembangan zaman,
permainan tradisional memiliki saingannya sendiri, permainan modern. Dan seiring dengan perkembangan zaman pula, permainan tradisional perlahan tak dilirik lagi oleh generasi muda.
Sejumlah pihak diketahui melakukan upaya mengenalkan kembali permainan tradisional kepada masyarakat dalam berbagai jenis kegiatan.
Misalnya Mohamad Zaini Alif, pemerhati dan peneliti permainan tradisional ini menekuni asal mula tradisi tersebut hingga mendirikan Komunitas Hong pada 2005 untuk mengenalkan kembali permainan tradisional kepada masyarakat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah Indonesia juga melakukan ancang-ancang untuk menjaga permainan tradisional agar tak punah, yang tercantum dalam UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Permainan tradisional merupakan satu dari 10 objek pemajuan kebudayaan oleh Pemerintah Indonesia.
Tapi di luar sana, ada banyak pula berbagai pihak yang mulai bergerak untuk menjaga permainan tradisional yang pernah mereka ikuti tidak hilang ditelan zaman.
Muatan LokalF Sri Lestari Yati, Kasubdit Pengetahuan dan Ekspresi Budaya Tradisional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI mengatakan pihaknya telah mensosialisasikan pengetahuan permainan tradisional ke tenaga pendidik melalui program muatan lokal berbasis daerah.
Tindakan itu dilakukan sebagai salah satu bentuk upaya melaksanakan amanat UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Sri Lestari berharap dengan sosialisasi permainan tradisional dapat memperkaya bahan ajar tenaga pendidik dan sesuai dengan kedaerahan masing-masing.
"Mereka [tenaga pendidik] sebenarnya kekurangan bahan [ajar]. Mereka berpatok dari pusat, dengan adanya implementasi ini dapat memperkaya mereka," kata Sri Lestari saat berbincang dengan
CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
"Sampai saat ini pengajaran saja dulu, karena mereka tidak ada inovasi. Kami ajarkan ke mereka kalau di daerah mereka ada juga yang bisa diajarin [permainan tradisional]," lanjutnya.
Sri Lestari mengatakan pihaknya telah melakukan analisis konteks tradisi muatan lokal berkaitan dengan permainan tradisional sejak 2013, sebelumnya mereka juga melakukan reinventarisasi data permainan tradisional di berbagai daerah.
 Anak-anak memainkan permainan tradisional meriam bambu. (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko) |
Namun terkait data permainan tradisional, Sri Lestari mengakui pihaknya belum memiliki data semutakhir yang dimiliki Zaini berupa nyaris 2.600 permainan.
Berdasarkan data Kemendikbud yang didapat
CNNIndonesia.com, pemerintah baru mencatat 787 permainan tradisional dari berbagai daerah. Tetapi data tersebut belumlah komplet lantaran adanya kekosongan dari beberapa daerah.
Selain itu, analisis lebih lanjut amat diperlukan terhadap data tersebut sehingga dapat memberikan gambaran kondisi teraktual permainan tradisional di Indonesia dan kebijakan yang bisa diambil dalam memajukannya sesuai dengan amanat UU.
Belum lagi literasi yang dimiliki Kemendikbud terkait permainan tradisional adalah rilisan 1998, dua dekade silam yang sudah tidak lagi relevan secara ilmiah.
Sehingga, selama ini Sri Lestari memberikan pengayaan materi muatan lokal kepada tenaga pendidik di berbagai daerah di Indonesia menggunakan informasi atau data seadanya yang dimiliki Kemendikbud.
Meski tak berlandaskan data mutakhir, Sri Lestari mengaku bahwa sosialisasi pengayaan muatan lokal tenaga pendidik di daerah diikuti dengan baik dan amat membantu mereka mengenalkan kembali permainan tradisional kepada anak-anak. Apalagi, pengayaan disesuaikan dengan kedaerahan masing-masing.
"Mereka sadar juga sebenarnya [pentingnya pengenalan permainan tradisional], guru-gurunya mendorong pihak sekolah ikut pengayaan ini biar kenal bahwa permainan tradisional bisa mengajarkan kebersamaan, disiplin, dan toleransi," kata Sri Lestari.
Ia pun berharap bahwa permainan tradisional bisa ditetapkan sebagai kurikulum dalam muatan lokal, bukan hanya sekadar materi pengayaan kepada tenaga pendidik. Selama ini, penentuan kegiatan muatan lokal masih diberikan kepada masing-masing sekolah atau satuan pendidikan di daerah.
"Selama ini guru mengandalkan teks [bahan ajar]. Kalau [materinya] sudah habis, ya tidak ada bahan. Padahal permainan tradisional ini bisa jadi muatan lokalnya," kata Sri Lestari.
"Dan ini [muatan lokal] sebenarnya ini cukup efektif untuk mengenalkan permainan tradisional kepada anak-anak. Setiap pekan bisa berganti, minggu ini permainan apa, minggu depan apa, dan ini bisa mengembangkan permainan itu sendiri." lanjutnya.
 Sekelompok anak bermain galah asin atau gobak sodor. (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho) |
Sejumlah cara lain mulai menjaga permainan tradisional berlanjut ke halaman selanjutnya...
BukuSalah satu upaya lain untuk menjaga permainan tradisional tak hilang ditelan zaman oleh sejumlah pihak adalah membuat buku. Beberapa buku, baik referensi maupun populer, telah terbit khusus membahas permainan tradisional.
Salah satunya yang dilakukan oleh Mohamad Zaini Alif. 'Doktor' permainan tradisional ini pernah menyusun sebuah buku referensi bertajuk
Mozaik Seni dan Budaya Indonesia: Permainan Tradisional Anak Indonesia dan rilis pada 2015.
Dalam buku itu, Zaini membahas berbagai manfaat permainan tradisional yang turut ditemukan oleh sejumlah peneliti lainnya. Selain itu, Zaini memberikan berbagai contoh jenis permainan dari masing-masing daerah di Indonesia.
Selain Zaini, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pernah merilis buku berupa bahan bacaan literasi bertajuk 'Permainan Tradisional Anak Nusantara' yang ditulis oleh Rizki Yulita pada 2017.
Buku yang tak dijual secara umum namun dapat diakses di laman resmi Badan Bahasa Kemendikbud itu disebut Rizki untuk melestarikan ingatan pada permainan tradisional anak-anak Indoensia.
"Dewasa ini, permainan anak-anak Indonesia mulai bergeser ke arah permainan yang memanfaatkan teknologi. Munculnya ponsel pintar, gawai, dan sejumlah alat berteknologi lainnya membuat permainan tradisional tergeser. Padahal, permainan tradisional lebih murah dilakukan dan hemat bahan," tulis Rizki.
Gim ModernBagi sebagian anak muda, melestarikan permainan tradisional tidak harus dengan cara konvensional. Berbagai penelitian mahasiswa dan akademisi di Indonesia rupanya sudah menjadikan upaya pelestarian permainan tradisional sebagai objek studi.
Penelitian-penelitian tersebut mengupas banyak hal, mulai dari manfaat melakukan permainan tradisional kepada anak-anak seperti yang dilakukan Ni Kadek Aris Rahmadani, R Agustinus, dan Lita Latiana dari Universitas Negeri Semarang dalam judul
The Influence of Traditional Games on The Development of Children's Basic Motor Skills, sampai membuat sebuah prototipe gim modern yang terinspirasi permainan tradisional.
Salah satu penelitian yang mengubah permainan tradisional menjadi gim modern adalah milik Romi F Rahmat, OR Fahrani, S Purnawati, dan MF Pasha yang merupakan tim gabungan mahasiswa Informasi dan Teknologi Universitas Sumatera Utara dan School of Information Technology Monash University Malaysia.
Romi dan kawan-kawan mencoba mengembangkan permainan bekel dalam platform Android. Dalam penelitiannya yang dipublikasikan dalam kumpulan makalah
2nd International Conference on Computing and Applied Informatics 2017, gim ini mengadaptasi pergerakan bola bekel dan pemilihan biji bekel secara acak dan terbagi dalam sejumlah tingkat kesulitan.
[Gambas:Instagram]Meski baru prototipe dan Romi menyebut bahwa ciri khas menangkap bola bekel sulit diaplikasikan dalam bentuk gim modern, pengembangan lebih lanjut dapat menyempurnakan ide itu.
Sri Handayani dari program studi Universitas Muhammadiyah Surakarta pernah membahas terkait munculnya berbagai aplikasi permainan tradisional dalam platform Android dan dirilis di jurnal
The Messenger Volume VIII Nomor 2, Juli 2016.
"Dalam perangkat berbasis Android saat ini sudah dapat dijumpai permainan tradisional anak Indonesia, namun semua aplikasi permainan tradisional tersebut hanya terbatas pada penyampaian informasi ataupun pengenalan," kata Sri Handayani.
Walau sudah tersedia banyak di Android, format aplikasi gim dinilai belum mampu mengakomodir manfaat permainan tradisional dalam mengembangkan emosi dan kecerdasan sosial anak meski ikut membantu mengenalkan warisan leluhur Indonesia tersebut.