Jakarta, CNN Indonesia --
Raden Alan Yudi tak akan pernah bisa melupakan kejadian Minggu subuh 19 Maret 1995. 24 tahun lalu, ia harus kehilangan adiknya tersayang, Raden Rara Nike Ratnadilla Kusnadi atau yang dikenal dengan Nike Ardilla.
Saat mendengar kabar Nike kecelakaan, Alan sedang kedatangan teman yang menginap. Beberapa jam sebelumnya Alan hanya mengetahui adiknya itu sedang mengendarai mobil Honda Civic Genio milik Nike sendiri.
Pelantun Seberkas Sinar itu dikabarkan mengalami kecelakaan di Jalan Riau, atau kini Jalan R.E. Martadinata, Bandung. Nike menabrak bak sampah dan pagar sebuah kantor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tragisnya, kabar kecelakaan itu tak langsung diketahui keluarga inti. Keluarga baru mengetahui anak bungsu mereka mengalami kecelakaan melalui kabar berantai dari teman yang menginap di rumah Alan.
Sedangkan teman Alan tersebut mendapatkan kabar dari paman yang akrab dipanggil Mang Udi. Dan Mang Udi mendapatkan kabar dari seorang kerabat yang melihat mobil Nike berplat D 27 AK teronggok ringsek di sudut jalan Riau yang sepi nan gelap sekitar pukul 05.00 pagi.
"Saudara kami melihat mobil Nike, tapi dia ragu kalau itu benar Nike. Akhirnya dia memutuskan untuk mengantarkan anaknya sekolah [terlebih dahulu]. Namun ketika balik lagi mobil Nike udah enggak ada," kata Alan, mengenang momen menyesakkan itu kala berbincang dengan CNNIndonesia.com di kediamannya, di Cipamokolan, Bandung, beberapa waktu lalu.
Begitu mendapatkan kabar mengagetkan itu, sang kerabat langsung meluncur ke kantor Polres Bandung Tengah, tempat yang disebut sebagai tujuan evakuasi mobil Nike. Ia pun ke rumah Mang Udi untuk memberikan kabar penyanyi kelahiran 27 Desember 1975 itu kecelakaan.
Saat mendengar kabar berantai bersumber dari Mang Udi itu, pihak keluarga Nike tak langsung mempercayainya. Bagaimana tidak, beberapa jam sebelumnya Nike yang saat itu berusia 19 tahun baru pamit pergi untuk bermalam minggu.
 Kakak Nike Ardilla, Raden Alan Yudi mencari jenazah adik bungsunya itu pada 19 Maret 1995. (CNN Indonesia/M Andika Putra) |
Pihak keluarga langsung bergerak memeriksa kabar itu. Mereka dibagi menjadi dua tim. Tim pertama, Alan menggunakan mobil Nike lainnya, Toyota CJ7 putih, ke lokasi kejadian untuk mencari konfirmasi.
Sedangkan tim lainnya yang digawangi ayah Nike, atau kerap disapa Papi, beserta sejumlah anggota keluarga pergi ke tempat lain.
Alan ingat betul ia mondar-mandir panik bukan kepalang sepanjang Jalan Riau jelang matahari terbit untuk melihat tanda bekas kecelakaan. Tapi tak satu pun tanda ia temukan meski sudah tiga kali bolak-balik.
Dengan asumsi sang adik dibawa ke rumah sakit, Alan bergegas memacu Toyota CJ7 ke sejumlah rumah sakit. Ia menyambangi Rumah Sakit Boromeus, Rumah Sakit Advent dan Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin. Namun Nike tak kunjung ia temukan.
"Saat itu kami belum tahu Nike ada di mana dan bagaimana kondisinya, masih misteri. Akhirnya saya telepon ke rumah pakai telepon umum, dan diminta datang ke Polresta. Sampai sana sudah ramai orang," kata Alan.
Begitu tiba di kantor polisi, Alan kaget melihat mobil Nike, Honda Civic Genio berplat D 27 AK, bagian depan sudah ringsek. Ia kemudian ditunjukkan oleh polisi sejumlah barang pribadi dalam tas Nike yang ditemukan di mobil.
Salah satunya, telepon genggam Advanced Mobile Phone Service (AMPS) yang menggunakan frekuensi.
Mengetahui mobil dan barang-barang adiknya berceceran, Alan bertanya kepada polisi keberadaan Nike, hingga beberapa kali. Namun ia justru diminta duduk dan diberi air mineral.
Jawaban polisi atas lokasi keberadaan Nike Ardilla ada di halaman selanjutnya...[Gambas:Youtube]
Alan yang panik menanti kepastian kondisi sang adik tak mengerti akan perlakuan polisi. Bahkan Alan menyebut polisi seolah bersikap santai, hingga kemudian ia diberi tahu bahwa Nike berada di Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin.
Alan tak langsung percaya karena ia tak menemukan Nike di sana. Namun ia tak kuasa mendengar keterangan anggota polisi selanjutnya, bahwa Nike bukan berada di ruangan rawat inap ataupun UGD, melainkan di ruang jenazah.
"Pas pamit mau ke rumah sakit, kaki saya lemas enggak bisa berdiri. Saya duduk lagi dan minum sebanyak tiga kali, setelah itu baru bisa berdiri. Saat menuju ke rumah sakit, ketemu dengan rombongan Papi, jadi bareng kesana," kata Alan.
Suasana Bandung dekade '90-an yang sejuk terasa sesak di hari libur itu. Suasana semakin sesak saat ruang jenazah Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung dipadati banyak orang kala Alan dan keluarga tiba.
Setidaknya, ada 150 orang dari penggemar dan kerabat Nike sudah berkumpul menyambut keluarga yang dirundung duka itu.
Alan tak menyangka bahwa sudah banyak pihak mengetahui kabar kepergian Nike bahkan sebelum ia dan keluarga. Sebagian dari mereka mengaku mengetahui kabar kecelakaan itu dari televisi dan radio.
 Sisa mobil yang digunakan Nike Ardilla dalam tragedi kecelakaan 19 Maret 1995. 9CNN Indonesia/M Andika Putra) |
Alan dan keluarga pun masuk ke ruang jenazah, sesak dan lemas kala melihat kondisi si bungsu yang kerap dipanggil Neneng atau Amoy itu telah tiada. Mereka pun menerima laporan autopsi dari pihak rumah sakit.
Tak ingin lama membiarkan Nike terbaring di ruang jenazah, Alan dan keluarga memutuskan langsung membawanya ke rumah.
Sekitar pukul 10.30 WIB, mereka tiba di rumah dan sudah disambut ratusan orang yang menunggu. Sama seperti keluarga, mereka tak percaya bahwa Nike yang cantik, baik, bersuara emas, dan sedang di puncak karier itu telah tiada.
Persiapan langsung diadakan. Keluarga pun memandikan dan mengafankan Nike Ardilla yang diteruskan dengan salat jenazah yang diikuti oleh para kerabat juga penggemar.
"Selama perjalanan ke rumah, Papi bilang mau makamkan [Nike Ardilla] di Ciamis. Karena Papi mau menghabiskan masa pensiun di sana. Kami berangkat ke Ciamis pukul 14:00 WIB dikawal polisi, pemakaman selesai pukul 17:30," kata Alan menjelaskan.
"Saya enggak menyangka pengantaran jenazah begitu heroik. Mobil sudah banyak banget, ada beberapa mobil yang saya pukul karena menghalangi jalan, padahal itu kerabat Nike," katanya mengenang.
Data Hilang
Kini tepat sudah 24 tahun kepergian sang adik, tapi Alan masih tetap mendengar beragam kabar membahas soal tragedi memilukan tersebut. Selain karena penghormatan setiap tahunnya, beragam isu diakui Alan menyelubungi kecelakaan Nike Ardilla.
Salah satu kabar santer didengar pria yang kini berusia 49 tahun tersebut adalah dugaan Nike mengalami kecelakaan karena mabuk akibat menegak minuman beralkohol.
Ketika berbincang dengan CNNIndonesia.com tentang isu ini, Alan justru menilai hal tersebut wajar terjadi. Ia mengetahui Nike mengalami kecelakaan usai pulang dari dua diskotek, Studio Is di kawasan Cihampelas, dan Pollo di BRI Tower.
 Sejumlah isu tetap beredar menyelimuti kepergian Nike Ardilla, 24 tahun lalu. (Dok. Istimewa) |
Menurut Alan, Nike datang ke Pollo untuk menghadiri acara pesta ulang tahun sebuah tabloid. Alan menyebut kondisi Nike kala itu sebenarnya sedang lelah karena sehari sebelumnya baru rampung syuting.
Namun Nike Ardilla memaksakan diri untuk hadir karena merasa namanya ikut dibesarkan oleh tabloid tersebut. Atas kondisi tersebut, Alan menilai Nike mengalami kecelakaan karena kelelahan. Apalagi, hal itu dikuatkan oleh hasil autopsi.
"Begitu lihat hasil autopsi, clear [dari alkohol]. Di bagian atas perut ada memar, karena tabrakan kayaknya. Yang fatal di belakang kuping, sobek, kena gantungan seat belt yang terbuat dari besi," kata Alan.
"Pada dasarnya kami kehilangan data, saat Nike meninggal itu kan banyak orang di rumah. Jadi kami enggak begitu fokus sama berkas autopsi. Kami mau klarifikasi ke orang bagaimana? Data hilang." lanjutnya.
[Gambas:Youtube]