Jakarta, CNN Indonesia --
French Montana terlahir dengan nama Karim Kharbouch. Ia lahir dan dibesarkan di Maroko, sebelum pindah ke South Bronx, AS di usia 13 tahun. Karim remaja lantas berkenalan dengan basket dan hip hop, dua hal yang menjadi keseharian di Bronx, yang sekaligus mengajarinya berbahasa Inggris, karena sesampainya di AS, ia hanya bicara bahasa Arab Maroko dan bahasa Prancis.
Kaarim mulai jadi seorang
battle rapper dengan nama Young French. Tak lama, ayahnya memutuskan kembali ke Maroko sementara sang ibu yang sedang hamil, tetap tinggal di Bronx. Kharim remaja pun menjadi kepala keluarga baru, dan ia memilih melakukannya lewat musik.
Young French memanfaatkan pergaulan di jalanan untuk menjual serangkaian DVD buatan sendiri bertajuk
Cocaine City, terfokus menceritakan perkembangan musik jalanan dan
beef hip hop yang sedang panas. Serial itu ternyata cukup berhasil, berjalan selama delapan tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Young French mulai membentuk lingkaran tersendiri, yang kelak bersama-sama mendirikan Coke Boys Records. Pada 2003, dia tertembak di kepala, membuatnya harus dirawat di rumah sakit selama beberapa minggu. Belakangan, ia mengetahui si penembak ternyata berasal dari lingkaran pergaulan sehari-harinya.
Namun ia menolak berhenti, dan justru merilis debut
mixtape bertajuk
French Revolution Vol.1. Tekad kuat Young French mengantarnya bertemu dengan orang-orang tepat hingga akhirnya ia menandatangani kontrak dengan label Konvict Music milik solois Akon pada 2009. Menggunakan nama French Montana yang tampaknya menjadi nama keberuntungan, pria kelahiran November 1984 itu mengenal lebih banyak artis hip hop, seperti Gucci Mane, Fat Joe, sampai Wiz Khalifa, mendiang MacMiller, serta mendiang Nipsey Hussle.
French Montana begitu lekat dengan kehidupan jalanan, lengkap dengan kekerasan dan obat-obatan terlarang. Dalam sebuah wawancara, French Montana menyesal ia tak lebih sering memperingatkan MacMiller yang saat itu dinilainya berlebihan memakai narkoba.
"Saya rasa jika dia [MacMiller] punya orang-orang yang akan mengingatkannya, andai saja saya melakukan hal itu, berperan sebagai kakak lelakinya... Dia tak punya orang seperti itu di sekitarnya. Jika saja saya ada bersamanya malam itu, saya akan bisa menghentikannya... Tetapi Mac tak punya orang seperti itu," katanya penuh sesal.
 French Montana memiliki kehidupan yang tak mudah, sebelum berkilau seperti sekarang dan berkolaborasi bersama Agnez Mo dalam 'Diamonds'. (Foto: YouTube/French Montana) |
Di antara godaan narkoba dan kehidupan keras seorang imigran, karier French Montana semakin mengilap lewat dua albumnya,
Excuse My French (2013) dan
Jungle Rules (2017) yang menjagokan
Unforgettable, berkolaborasi dengan Swae Lee. Selain itu, ia banyak berkolaborasi dengan penyanyi papan atas seperti Jennifer Lopez, Drake, serta Nicki Minaj.
[Gambas:Youtube]Latar belakang sebagai seorang imigran tak pernah membuat French Montana malu. Ia justru menjadikan hal itu sebagai inspirasi bermusik, serta memamerkannya dengan bangga seperti dalam video musik
Famous (2018). Berhasil membuat suaranya 'terdengar' di AS, ia tampak tak keberatan mendapatkan pasar yang lebih luas. Misalnya, di Asia.
Ia pernah berkolaborasi dengan grup Korea Selatan, MONSTA X dalam lagu
Who Do U Love? (2019). Proyek tersebut pernah mengundang kontroversi tersendiri di gelaran MTV Video Music Awards baru-baru ini, lantaran MTV selaku penyelenggara malah memberi selamat kepada French Montana di kategori Best K-Pop, tanpa menyebut MONSTA X sebagai pemilik lagu yang sepenuhnya berbahasa Inggris itu.
Salah satu proyek terbaru French Montana adalah berkolaborasi bersama Agnez Mo, penyanyi Indonesia yang belakangan ini berdomisili di AS demi mengejar cita-cita internasionalnya. Lagu itu berjudul
Diamonds, yang mana saat ini penggemar tengah mengantisipasi dalam penantian rilis video musiknya.
"[Lagu
Diamonds] adalah representasi bukan cuma satu orang, tetapi semua orang sebagai manusia.
Diamonds di lagu itu bukan benar-benar berlian secara harfiah. Kita, orang-orang adalah berlian. Lagu ini merupakan undangan untuk semua orang dengan berbagai bentuk tubuh, warna kulit, ras, agama, untuk bersenang-senang dan bangga mengekspresikan diri," kata Agnez Mo tentang kolaborasinya bersama French Montana.
Di atas panggung MTV Video Music Awards 2019, French Montana yang didapuk mempersembahkan piala kategori Best Latin menyinggung soal status imigran tersebut. Dia berkata dengan tenang, "Karena sebagai seorang imigran, saya merasa seperti kita adalah orang-orang yang 'membangun' negara ini, dan saya merasa ingin menjadi suara mereka."
[Gambas:Video CNN] (rea)