Jakarta, CNN Indonesia -- Di tengah keterbatasan biaya, Efek Rumah Kaca (
ERK) menggarap dan merilis album mini bertajuk Jalan Enam Tiga untuk merayakan masa kecil mereka yang terwakilkan melalui acara Sesame Street alias Jalan Sesama.
Vokalis sekaligus gitaris ERK, Cholil Mahmud, menceritakan bahwa album ini pertama kali digarap karena keinginannya untuk memiliki kenang-kenangan setelah lima tahun menimba ilmu di Amerika Serikat.
Cholil lantas menghubungi pemain bass ERK, Poppie Airil, juga sang penabuh drum, Akbar Bagus Sudibyo. Setelah rapat singkat melalui Skype mengenai konsep karya dan biayanya, mereka sepakat merekam album itu di New York.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setelah memastikan jadi atau tidak, gue mulai cari studio. Lalu diputuskan jadi (membuat mini album) dengan biaya yang enggak banyak, biaya terbatas," kata Cholil saat jumpa media di M Bloc, Jakarta, Selasa (28/1).
Cholil menjelaskan biaya sangat berpengaruh dalam pembuatan karya. Di New York, biaya mereka hanya cukup untuk produksi empat lagu dengan menyewa studio 4 shift untuk rekaman, dan 2 shift untuk mixing.
Poppie dan Akbar berangkat ke New York dengan membawa tiga lagu yang masih mentah, yaitu Tiba-Tiba Batu, Normal Yang Baru, dan Palung Mariana. Sedianya lagu itu dibuat untuk album keempat Efek Rumah Kaca yang belum tahu kapan dirilis.
Tak hanya itu, mereka juga membuat satu lagu baru di New York yang bertajuk Jalan Enam Tiga.
Proses rekaman dilakukan di Trout Studio dengan operator dan peramu rekam Bryce Goggin. Sebelumnya, Goggin pernah bekerja sama dengan band indie rock AS seperti Pavement, The Breeders, Joan As Police Woman, dan Antony and the Johnsons.
Sementara itu, master rekaman dikerjakan oleh Scott Hull. Sebelumnya, Hull pernah menggarap album Two Against Nature milik Steely Dan yang meraih empat penghargaan Grammy Awards 2001, juga album debut John Mayer.
 Efek Rumah Kaca dalam konferensi pers peluncuran Jalan Enam Tiga di M Bloc, Jakarta, pada Selasa (28/1). (CNN Indonesia/M Andika Putra) |
Rekaman dilakukan secara semi-live, di mana alat musik dimainkan secara bersamaan dan vokal direkam belakangan. Proses rekaman berjalan cukup lancar, karena 10 hari sebelumnya mereka sudah berlatih di apartemen Cholil.
"Rekaman di sana mirip sama rekaman di Lokananta. Semua main secara live. Kalau mau ada gitar tambahan dan vokal, nanti overdub. Tapi di mini album ini, Cholil main gitar minimalis, jadi enggak ada tambahan," kata Poppie.
Sejak awal berencana menggarap mini album ini, Cholil ini memperlakukannya seperti seniman yang sedang melakukan residensi. Biasanya, seniman yang menjalankan residensi meresap semangat wilayah tersebut dalam sebuah karya.
Lagu Jalan Enam Tiga memang sangat terpengaruh New York. Sementara itu, konteks dan tema tiga lagu lain lebih luas. Tiba-Tiba Batu, misalnya, tentang orang keras kepala penuh kebencian dan Normal Yang Baru mengenai kabar bohong yang lama-lama menjadi nyata.
Jalan Enam Tiga sendiri diambil dari salah satu nama jalan di New York. Kini, jalan itu punya nama lain, yaitu Sesame Street, diadaptasi dari nama acara televisi edukasi anak.
[Gambas:Video CNN]Cholil mengaku sedari kecil sering menonton Sesame Street alias Jalan Sesama yang sempat tayang di Indonesia.
"Jalan itu sebenarnya fiksi, tapi pembuat Sesame Street ini menandakan bahwa tempat itu ada di Jalan 63. Akhirnya, sama pemerintah kota dipasang nama jalan Sesame Street," kata Cholil.
Ia kemudian berkata, "Gua rasa Sesame Street oke sebagai momen buat kita rayakan masa kecil. Kami rekaman saat musim panas, moodnya lebih riang."
Bila diperhatikan, lagu-lagu dalam album Jalan Enam Tiga memang terasa lebih riang ketimbang karya-karya ERK sebelumnya. Liriknya lebih sederhana dan musiknya tidak rumit, berbeda jauh dengan album Sinestesia (2015).
"Kalau ada yang merasa kayak bukan Efek Rumah Kaca berarti berhasil karena kami coba jalani wilayah baru yang belum pernah. Kami enggak akan coba ikuti kemauan orang karena kami yakin apa yang kami eksperimentasi orang bisa suka," kata Cholil.
Sepanjang karier bermusik, ERK merilis tiga album bertajuk Efek Rumah Kaca (2007), Kamar Gelap (2008) dan Sinestesia (2015). Mereka juga merilis dua single bertajuk Merdeka (2016) dan Seperti Rahim Ibu (2018) yang bekerja sama dengan Najwa Shihab.
(adp/has)