Meski mengusung agenda kesetaraan, Kanye West ternyata hanya berhasil menarik dua persen pemilih kulit hitam di Amerika Serikat berdasarkan jajak pendapat terbaru menjelang pemilihan umum.
Angka ini terungkap dalam survei POLITICO/Morning Consult yang dirilis pada Rabu (12/8). Merujuk pada survei itu, pesona West ternyata tak cukup untuk mengalihkan suara warga kulit hitam dari calon presiden yang didukung Partai Demokrat, Joe Biden.
Berdasarkan jajak pendapat tersebut, raihan suara total West bahkan lebih rendah ketimbang jumlah pemilih opsi "Tak Beropini" yang mencapai 7 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya rasa kebanyakan warga kulit berwarna memandang pencalonan Kanye untuk presiden sekadar angan-angan, dan mereka tidak melihatnya sebagai calon yang mumpuni untuk menjadi presiden," ujar ahli strategi kulit hitam dari Partai Republik, Ron Christie, kepada Politico.
Ia kemudian berkata, "Pendukung Demokrat biasanya mendapatkan 90 persen lebih suara dari kalangan kulit hitam. Saya pikir banyak orang akan melihat Kanye dan berkata, 'Rasanya tidak.'"
Sejumlah ahli strategi Partai Demokrat lantas menyatakan bahwa survei ini menunjukkan bahwa siasat untuk membentuk citra West sebagai pria kulit hitam dengan profesi sebagai rapper-yang biasanya memperjuangkan rakyat-terbukti tak mempan.
Warga kulit hitam Amerika biasanya sangat loyal kepada Partai Demokrat. Sementara itu, West sendiri kerap menggaungkan gagasan-gagasan pro-Republik di isu-isu seperti aborsi dan perbudakan.
Selain itu, selama tiga tahun belakangan West juga sering terlihat mendukung atau bahkan bertemu dengan Donald Trump, sosok yang tak disukai oleh 79 persen pemilih kulit hitam.
"Pada dasarnya, Kanye West itu penghibur. Bukan berarti dia tidak dapat ikut serta dalam pemilu, tapi pencalonannya lebih pada pengalihan," ucap ahli strategi dan ketua Legislative Black Caucus Foundation, Derrick Clay.
Sejak awal, West memang sudah diprediksi tidak akan menang dalam pemilu AS. Belakangan, beredar isu bahwa Partai Republik berada di balik pencalonan West.
Pengamat menganggap kehadiran West memang bisa menguntungkan Donald Trump. West dianggap dapat memecah suara untuk Partai Demokrat hingga akhirnya Trump bisa mengumpulkan jumlah elektorat yang cukup dan keluar sebagai pemenang pemilu.
(has)