Pidato BTS saat menerima anugerah Van Fleet Award atas kontribusi mereka dalam hubungan Korea Selatan dan Amerika Serikat, berbuntut kekisruhan di tengah penggemar grup tersebut di China karena dinilai tidak menghargai negara mereka.
Kekecewaan warga China menjadi headline tabloid harian pemerintah China, Global Times. Dalam pemberitaan itu, BTS disebut melukai perasaan masyarakat dan penggemar atau ARMY di China. BTS juga disebut mencerminkan sikap sepihak.
Melalui Weibo, platform media sosial terbesar di China, para pengguna meramaikan tagar dan unggahan kekecewaan terhadap BTS dan mengancam akan memboikot merek-merek yang berafiliasi dengan anak asuh Big Hit Entertainment tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak lama setelah itu, beberapa merek seperti Samsung, Hyundai, dan Fila menghapus iklan yang menampilkan BTS di pasar China.
Permasalahan tersebut juga menuai pro dan kontra dari fan BTS di China. Beberapa dari mereka, melalui media sosial, menyatakan tetap mendukung BTS walau mendapat intimidasi karena dianggap tidak memiliki jiwa patriotik.
Namun, tak sedikit pula ARMY di China yang menyatakan kebangsaan dan nasionalisme lebih penting daripada menjadi penggemar BTS.
![]() |
Menyusul kekisruhan tersebut, Komisaris Administrasi Tenaga Kerja Militer (MMA) Korea Selatan serta Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China sampai ikut turun tangan.
"Sesungguhnya cukup menggembirakan BTS menekankan aliansi Korea-AS. Tapi sangat tidak nyaman beberapa pengguna internet di China membuat komentar negatif tentang masalah tersebut," kata Mo Jong-hwa, Komisaris Administrasi Tenaga Kerja Militer (MMA) Korea Selatan, Selasa (13/10) lalu.
Sementara, Juru Bicara Kemlu China, Zhao Lijian mengaku sudah menerima laporan warga terkait pidato BTS dan menegaskan bahwa sangat penting untuk melihat masa depan, serta menjalin pertemanan berdasarkan pelajaran dari sejarah.
Melihat kondisi ini, Dosen Sastra Korea Universitas Gadjah Mada, Suray Agung Nugroho memaparkan bahwa kekisruhan ini tak bisa dilepaskan dengan China sebagai pangsa pasar yang besar, termasuk bagi industri hiburan Korea.
"Maka masalah ini pun mau tak mau menjadi perhatian dua negara, bahkan Kemenlu juga," kata Suray kepada CNNIndonesia.com.
Meski demikian, bila melihat aspek dari makna penghargaan Van Fleet Award sendiri, Suray menilai wajar jika RM BTS menekankan hubungan antara AS dan Korea Selatan dalam pidato penerimaan.
Van Fleet Award setiap tahunnya memberikan penghargaan untuk orang-orang yang membantu hubungan bilateral AS dan Korea Selatan.
"Wajar jika BTS menyebutkan bagaimana AS dan Korsel sekarang saling membantu terutama semakin terbuka lebarnya pintu dunia industri Korea ke dalam pasar AS. Dan inilah yang juga menjadi pijakan mengapa BTS diberi penganugerahan itu," katanya.
Dia lanjut mengatakan, sekalipun yang dipermasalahkan menyangkut menghargai peran negara-negara lain yang membantu Korsel dalam perang Korea, seharusnya Turki, Australia, serta negara lainnya ikut disebut.
Di sisi lain, Suray mengungkapkan bahwa kekecewaan yang muncul dari penggemar BTS di China ini bukanlah hal baru, mengingat hubungan antara kedua negara ini kerap naik turun.
"Dari sisi ekonomi, Korea melihat China sebagai pangsa pasar yang besar dan China pun sadar itu. Bahkan sempat ada boikot atau pelarangan konser-konser artis Korea di China atau penayangan drama atau musik Korea di TV Korea. Hanya saja itu akhirnya juga tenggelam lagi dan isu isu seperti ini akan terus muncul," tutur Suray.
Sebagaimana dilansir Hollywood Reporter, sikap dingin China ke Korea terlihat ketika mengkritik penyanyi pop Korea kelahiran Taiwan Chou Tzu-yu karena mengibarkan bendera Taiwan di TV Korea Selatan pada 2016. Karena hal itu, Tzu-yu sampai membuat permintaan maaf secara resmi.
![]() |
Di tahun yang sama, China melarang impor 19 kosmetik Korea dan memberlakukan pembatasan terhadap acara TV Korea.
Dilansir CNN, pada Januari 2017, visa pertunjukan dua artis klasik Korea Selatan, soprano Sumi Jo dan pianis Kwun-woo Paik ditolak China tanpa alasan. Kala itu, Sumi Jo mengungkap bahwa turnya di China tiba-tiba dibatalkan setelah dua tahun persiapan.
Penayangan film Parasite yang memenangkan penghargaan Oscar pun sempat dibatalkan secara tiba-tiba dengan alasan masalah teknis.
Bahkan, dikutip dari Korea Times, BTS yang telah melakukan tur ke belahan dunia mana pun hingga kini belum berhasil menggelar konser di negara tetangga, China.
"Jadi, walaupun saya tidak melihat BTS atau RM salah karena tidak menyebut China, sepertinya setelah ini grup-grup lain pun akan hati hati kalau menyangkut warga atau kebijakan China jika mereka tak ingin kehilangan pasar," kata Suray.
Suray kemudian mengatakan bahwa meski industri hiburan di negara mana pun seharusnya bebas dari unsur atau campur tangan politik, tapi ada pengecualian terhadap pengaruh China.
"Urusan dengan negara calon superpower seperti China --sebagai pasar dan negara besar-- tampaknya dunia hiburan Korea memang perlu hati-hati," katanya.
Ia juga memaklumi bahwa sikap pemerintah Korea Selatan sampai ikut turun tangan pada masalah ini karena menyangkut citra sebagai negara yang diapit dua negara superpower, China dan Jepang.
"Jadi pemerintah Korea pun mau tak mau-- walaupun seharusnya tak perlu ikut campur-- akan dengan hati-hati mengikuti perkembangan geliat orang-orang di balik industri hiburan yang saat ini sedang digandrungi dunia," ujarnya.
Namun di sisi lain, Suray berpendapat bahwa Korea juga sebenarnya tidak perlu takut karena sejauh ini K-Pop dan budaya Korsel sendiri telah menaklukkan AS, yang selama beberapa dekade sudah menjadi pusat bagi dunia industri hiburan dunia. Bahkan dia meminta Korea Selatan belajar dari AS yang tak ambil pusing dengan omongan dari negara lain.
"Mereka sudah super power, berpegang pada prinsip 'anjing menggonggong kafilah berlalu.' Saya tak pernah melihat Kemenlu AS pusing memikirkan Lady Gaga yang diprotes oleh dunia luar. Itulah bedanya," katanya.
(agn)