Pandji Pragiwaksono menjawab tuduhan warganet yang mengkritik video diskusi tentang FPI di akun YouTubenya. Pandji menegaskan bahwa video tersebut dibuat berdasarkan diskusi dengan petinggi FPI dan Sosiolog Thamrin Tomagola pada terjadi 2012 silam.
Pandji Pragiwaksono menjawab bahwa pernyataannya dalam video yang dimaksud Muannas Alaidid bersumber dari diskusi bersama Sosiolog Thamrin Tomagola dan Habib Selon atau Salim Alatas yang kala itu menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang Dakwah DPP Front Pembela Islam (FPI).
"Mohon maaf, tapi belum ditonton ya sumber video yg dijadikan kutipan? Saya bilang bahwa Itu ucapan sosiolog, Pak Thamrin Tomagola waktu saya interview beliau di Hard Rock FM Jakarta awal 2012," tulis Pandji membalas pernyataan Muannas Alaidid.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataan itu keluar sebagai penjelasan soal video bertajuk FPI DIBUBARIN PERCUMA? feat AFIF XAVI & FIKRI KUNING yang diunggah Pandji pada Senin (4/1) lalu. Dalam video tersebut komika 41 tahun ini menyatakan bahwa ia pernah membahas seputar isu pembubaran FPI bersama pihak dari FPI, pengamat sosial dan mantan simpatisan FPI di salah satu stasiun radio di Jakarta pada Maret 2012.
"Waktu itu gue harusnya ngundang Munarman, pengacaranya FPI, tapi di detik terakhir beliau mundur, mungkin kalau dia datang siram-siraman airnya di radio gue tuh, sama gue mengundang orang yang dulunya FPI," jelas Pandji di awal video kepada dua bintang tamunya.
Ide untuk mengundang tokoh-tokoh kontroversial itu berawal dari keinginan Pandji untuk membuat ruang diskusi setelah tulisannya yang diunggah ke website panji.com viral di media sosial.
"Di situ gue menulis pandangan gue FPI yang akhirnya juga jadi materi stand up gue di Merdeka dalam Bercanda, yang viral satu doang yang FPI jangan dibubarin biar orang yang enggak sempat sekolah tahu jadinya kayak apa, tapi itu dipotong, enggak utuh," kata Pandji.
Pandji melautkan bahwa pernyataan yang utuh dalam stand up tersebut berisi tiga poin tentang alasannya yang tidak setuju dengan isu pembubaran FPI.
"Pertama percuma FPI dibubarin karena dibubarin juga bakal berdiri dengan nama yang lain, kedua orang punya hak untuk berorganisasi, ketiga kalau misalnya dibubarin hanya karena lo enggak suka, suatu hari lo punya organisasi, bisa aja dibubarin sama orang yang nggak suka dengan organisasi lo juga," jelas Pandji.
Pandji lalu melempar diskusi bersama dua bintang tamunya yani Afif Xavi dan Fikri Kuning yang pernah menjadi bagian dari FPI.
"Gue bisa bilang nggak [jadi bagian dari FPI] walaupun gue kecil itu sempet ikut mengaji bang, gue [waktu itu] enggak tahu kalau ada misalnya kartu anggota [FPI], harus ini itu, yang gue jalani waktu itu ngaji-ngaji, belajar kitab," kata Afif Xavi.
"Jadi gue nongkrong [bareng] anak-anak ada anak kamp-kamp-an sama anak pengajian, nah 2016 itu pas zaman-zamannya Ahok [Basuki Tjahaha Purnama] banyak yang pada ngomongin FPI inilah itulah, di satu sisi gue punya teman anak-anak pengajian itu, nah gue pengen ngomong sama anak-anak yang nggak suka [FPI] itu nggak bisa karena gue nggak masuk di situ, akhirnya gue masuk tuh [FPI] Pasar Rebo ya sudah ternyata baik-baik saja," kata Fikri.
Pandji menimpali pernyataan kedua bintang tamunya bahwa ia juga pernah menanyakan kegiatan FPI kepada Habib Selon secara langsung. Pandji menanyakan hal itu sebagai orang yang hanya mengerti FPI dari luar.
"Gue inget waktu itu pandangan gue soal FPI masih sama dengan orang yang nonton [orang yang tidak suka FPI], waktu itu gue nanya ke Habib Selon, FPI ngapain aja kerjanya selain sweeping dan mukul-mukul pakai bambu? Terus Habib Selon bilang mana ada FPI kayak gitu kata dia, lho kan kerjanya FPI mukul-mukul sweeping pake bambu, kagak FPI kerjanya pengajian," jelas Pandji.
Pandji melanjutkan bahwa dalam diskusi bersama Habib Selon berisi seputar hal-hal lain tentang FPI yang tidak banyak diketahui orang lain.
"Dan kalo di tulisan gue ya, juga di stand up gue, gue bilang bahwa, pak Thamrin Tomagola, Sosiolog itu bilang bahwa FPI itu hadir karena dua ormas yang gede itu udah jauh dari rakyat yaitu Muhammadiyah dan NU, jauh ke bawah. Mereka itu elite-elite politik, FPI waktu itu deket sama rakyatnya, ini yang gue dengar dari pak Thamrin Tomagola," kata Pandji.
"Ini waktu 2012 nih kejadiannya, kalau ada seorang anak mau masuk sekolah terus enggak bisa masuk, biasanya orang tuanya ke FPI minta surat, dibikinin surat sama FPI, dibawa sama orang tuanya ke sekolah, anaknya bisa masuk. Terlepas dari surat itu menakutkan bagi sekolahnya, tapi menolong warga gitu."
CNNIndonesia.com mencoba menghubungi Pandji untuk mengonfirmasi terkait jawabannya di Twitter. Namun, tak ada respons hingga berita ini dipublikasi.
Thamrin Tomagola juga sudah merespons pertanyaan netizen yang mencoba mengonfirmasi klaim Pandji tersebut.
"Klarifikasi sudah saya berikan ke Bung [Akhmad] Sahal. Terserah Bung Sahal mau berbagi di Twitter atau tidak."
Saya cenderung menghindari perdebatan tentang FPI di Medsos karena ada 'conflict of interest'. Bersikap 100 persen objektif, bebas nilai, itu satu perjuangan sendiri," cuit Thamrin.
Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com, belum ada cuitan terkait pernyataan Thamrin di akun Twitter Sahal.
CNNIndonesia.com juga sudah mencoba menghubungi Thamrin, namun belum ada jawaban hingga berita ini naik.
(tim/bac)