Alasan Nonton Drama Tema Kerajaan Baik bagi Mental

CNN Indonesia
Minggu, 21 Feb 2021 13:05 WIB
Kisah serial televisi bertema kerajaan atau masa lampau ternyata dinilai memiliki dampak positif terhadap kesehatan mental penontonnya.
Ilustrasi. Film Korea Masquerade. (dok. CJ Entertainment via Hancinema)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kisah serial televisi bertema kerajaan atau masa lampau ternyata dinilai memiliki dampak positif terhadap kesehatan mental penontonnya, termasuk juga koneksi sosial.

Pakar psikologi media sekaligus Direktur the Media Psychology Research Center di California, Dr Pamela B Rutledge menilai bahwa drama dari periode lawas lebih banyak berkisah soal hubungan antar manusia, masyarakat, dari kisah cinta hingga perjuangan. Kisah ini yang dianggap membawa dampak positif.

"Kisah [latar periode lawas] ini semacam latihan penerbangan bagi kehidupan," kata Rutledge, dikutip CBC. "Mereka menunjukkan kepada kita cara menghadapi berbagai hal universal dari cinta, pengkhianatan, penebusan, kejujuran, keadilan, pengorbanan, transformasi,"

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karakternya biasanya memiliki pola dasar: sosok pahlawan, rekan, penjahat, dan pembimbing. Dan cerita yang bagus memungkinkan pemirsa dibawa ke dalam narasi dan mengalami cerita tersebut dari 'dalam' melalui identifikasi karakter yang memungkinkan keterlibatan emosional," lanjutnya.

Ia juga menyebut serial dan drama bertema kerajaan dan lawas ini mampu menciptakan rasa kehadiran "di sana" sehingga penonton merasa seperti berpartisipasi secara emosional, alih-alih hanya sebagai penonton.

"Mereka memungkinkan kita untuk mengalami emosi yang ekstrem tanpa ancaman yang sesungguhnya ada," kata Rutledge.

Kepala Dayang Choi (Cha Chung-hwa) dalam drama Korea Mr. Queen.Drama tema kerajaan seperti Mr Queen dianggap punya manfaat positif bagi mental penontonnya. (Arsip tvN via Hancinema.)

Sementara itu, akademisi psikologi Universitas at Buffalo, New York, Dr Shira Gabriel menyebut manfaat positif ini akan bisa dirasakan dengan sejumlah kondisi.

"Selama orang menggunakannya sebagai bagian dari hidup mereka dan bukan seluruh hidup mereka - yang dilakukan oleh sebagian besar orang - itu bisa menjadi hal positif," kata Gabriel.

Gabriel juga menyebutkan, televisi menyediakan cara yang bebas risiko dan murah untuk merasa terhubung dengan orang lain serta terhibur.

Penelitian yang ia lakukan menunjukkan ketika penonton merasa terhubung dengan cerita drama kerajaan, serial itu akan membuat penonton merasa menjadi bagian dari masyarakat dalam cerita itu.

"Kita menjadi seorang murid di Hogwarts [Harry Potter] atau menjadi anggota dari Keluarga Kerajaan [The Tudors, The Crown]. Walaupun kita tahu secara logika kita bukan bagian dari mereka, kita merasa kita bagian mereka," kata Gabriel.

Gabriel menjelaskan, manusia butuh merasakan koneksi atau keterhubungan, meskipun seringkali secara spesies, manusia belum berevolusi untuk membedakan antara hubungan nyata dan narasi yang disajikan dalam drama.

"Pikiran kita bergeser untuk memasukkan kelompok tersebut dalam narasi sebagai bagian dari diri kita," kata Gabriel yang dalam penelitiannya menyebut pergeseran itu lebih banyak membuat penonton merasa lebih bahagia.

Suasana 'Holiday at Mal Taman Anggrek with Harry Potter' di lantai dasar Mal Taman Anggrek, Jakarta, Kamis, 28 November 2019. Acara yang terinspirasi oleh film Harry Potter ini akan berlangsung dari 28 November 2019 hingga 12 Januari 2020. CNN Indonesia/Bisma SeptalismaPenggemar Harry Potter bukan hanya merasa terhubung dengan cerita, tetapi juga merasa menjadi bagian dalam cerita. Hal ini yang dimaksud Dr Shira Gabriel sebagai efek dari drama tema lampau. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma)

Rasa bahagia itu sendiri dipengaruhi dari rasa kepemilikan dan kepentingan dalam dunia yang dirasakan oleh penonton sebagai "hasil" dari cerita yang ditonton. Hal itu yang kemudian dianggap membuat penonton merasa lebih baik akan kehidupannya sendiri.

"Plus, mereka juga bisa membuat kita merasa lebih pintar," kata Gabriel.

Sementara itu, menurut Rutledge, koneksi sosial di sekitar media merupakan cara yang kuat untuk menjalin persahabatan melalui minat yang sama. Acara yang biasanya populer sering menjadi bahan topik berbagi antara sesama teman atau penggemar.

Hal itu yang kemudian menciptakan rasa kebersamaan komuni dan berafiliasi di dalamnya dan memperluas pengalaman penonton, dari sekadar menonton menjadi kehidupan yang terasa nyata bagi penggemar.

"Drama periode memiliki beberapa kualitas yang menarik: mereka berfokus pada estetika sebuah periode," kata Rutledge.

"Bahkan ketika mereka [kreator] mencoba menambahkan unsur realisme, itu tidak pernah serumit kehidupan nyata. Fokusnya tetap pada karakter. Pengaturan dan kostum menciptakan rasa nostalgia dan gagasan romantis di waktu yang berbeda." lanjutnya, dikutip dari CBC.

[Gambas:Video CNN]



(end/bac)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER