Zombi Korea Selatan menarik perhatian penonton global beberapa tahun terakhir. Train to Busan menjadi titik balik kesuksesan Korea Selatan memukau dunia setelah berkali-kali gagal menawarkan kisah zombi, termasuk di 'rumah sendiri'.
Zombi dalam Train to Busan benar-benar agresif, mengancam seluruh penumpang kereta tanpa pandang bulu. Namun, perjalanan panjang dan riset mendalam diperlukan untuk bisa membangkitkan zombi dengan sempurna.
Movement director Jeon Young mengatakan zombi dalam Train to Busan bisa 'bangkit' dengan baik setelah mempelajari banyak gerakan binatang dengan rabies serta humanoid dalam film Ghost in the Shell 2: Innocence (2004).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Salah satu karakteristik menakjubkan dari zombi Train to Busan adalah mata dan wajah mereka tertuju pada target bahkan ketika menabrak rintangan," kata Jeon Young seperti diberitakan Korea Herald beberapa waktu lalu.
Jeon Young juga mengatakan hal tersebut terinspirasi dari gim Dark Soul.
Keagresifan zombi tersebut memukau penonton lokal dan global. Train to Busan menjadi film terlaris di Korea Selatan pada 2016 dengan penjualan 11.567.662 tiket, berdasarkan Dewan Perfilman Korea.
Sementara secara keseluruhan, film yang dibuat dengan bujet sekitar US$8,5 juta itu berhasil mengumpulkan US$98,5 juta dari box office global.
Jeon Young menilai gerakan manusia selama ini cenderung memiliki ritme, pola, dan aliran tertentu. Oleh sebab itu, ia yang juga berprofesi sebagai koreografer tersebut bersama tim mencoba memecah ritme tersebut demi 'membangkitkan' mayat hidup di depan kamera.
Walau sukses dengan Train to Busan, ia merasa zombi terus berevolusi. Semakin banyak hal dipelajari demi menghadirkan zombi yang terus lebih baik. Jeon Young juga terlibat dalam serial Kingdom dan Happiness, kemudian Peninsula dan The Cursed: Dead Man's Prey.
"Mengembangkan gerakan, mempelajari berbagai elemen, termasuk rabies, sleepwalking, robot, dan dehidrasi," tuturnya.
Lanjut ke sebelah...