Attack on Titan menjadi salah satu manga terlaris saat ini. Berdasarkan data Oricon jelang akhir 2021, Attack on Titan menempati posisi keempat manga terlaris dengan penjualan lebih dari 7,33 juta kopi pada tahun itu.
Oricon merupakan organisasi di Jepang yang mendata penjualan manga. Lantas, angka tersebut menambah kesuksesan Attack on Titan yang telah menembus penjualan secara global lebih dari 100 juta kopi sejak 2019, seperti diberitakan ComicBook.
Attack on Titan merupakan karya goresan mangaka Hajime Isayama. Bagi Isayama, manga sudah menjadi bagian dari kehidupannya sejak remaja. Ia sudah memulai mengikuti lomba membuat manga sejak SMA.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, manga pertama Hajime Isayama yang diakui lewat penghargaan bukanlah seri Attack on Titan, melainkan versi one-shot yang mendapatkan penghargaan dari Magazine Grand Prix (MGP) pada 2006.
One-shot Attack on Titan ia buat ketika berusia 19 tahun dan memiliki 65 halaman bertajuk Humanity vs. Titans. Manga itu fokus pada perlindungan planet. Titan tercipta untuk mengakhiri deforestasi dan polusi.
Namun, one-shot itu tidak menampilkan satu pun karakter utama yang muncul dalam seri manga Attack on Titan yang diketahui saat ini.
Penghargaan lainnya adalah Special Encouragement Award dari Weekly Shonen Magazine Freshman Manga Awards pada 2008. Penghargaan tersebut ia raih lewat manga lain, yakni Heart Break One, kemudian menyusul Orz yang menjadi Selected Work pada tahun selanjutnya.
Hingga kemudian perjalanan menuju kesuksesan bersama seri manga Attack on Titan dimulai pada 2009. Serial Attack on Titan mulai terbit bulanan dalam Bessatsu Shōnen Magazine.
Hanya dalam dua tahun, ia memenangkan Kodansha Manga Award kategori Shōnen.
Lihat Juga : |
Attack on Titan mengisahkan sebuah daerah yang dikelilingi tembok dan kemunculan makhluk raksasa yang disebut Titan. Tanpa pengetahuan yang cukup, warga dalam tembok berlindung dan melawan Titan.
Kisah tembok dan Titan itu ternyata terinspirasi dari kehidupan Hajime Isayama di dunia nyata. Seperti dilansir ScreenRant beberapa waktu lalu, tembok-tembok itu terinspirasi dari lanskap pegunungan kampung halaman sang kreator di Oyama, Hita, Jepang.
Isayama kemudian merasakan frustrasi mendalam saat tumbuh dewasa. Ia juga merasakan kekalahan saat mengikuti turnamen sumo anak-anak.
"Saya sadar saya inferior," kata Isayama seperti diberitakan The Asahi Shimbun pada 2013.
Banyak hal yang mendorongnya untuk menjelajahi 'dunia baru tak dikenal' ketika remaja. Ia ingin melihat langit yang lebih luas daripada kampung halamannya.
Ia sempat bekerja di sebuah kafe internet di mana begitu banyak kepribadian dan emosi yang ia temukan dari pelanggannya, seperti mabuk, kebingungan, dan tanpa tujuan.
Di sana, Isayama juga sempat berhadapan dengan pelanggan yang tiba-tiba menarik kerahnya. Rasa takut itu kemudian ia tuangkan dalam karakter raksasa-raksasa Attack on Titan.
"Saya mengagumi kekuatan dan saya memiliki keinginan mendasar mengubah fisik saya," tutur Isayama.
"Saya merasa takut bertemu dengan orang yang tidak bisa saya ajak berkomunikasi," lanjut mangaka kelahiran 29 Agustus 1986 itu.
Lanjut ke sebelah...