"Kami pernah mengobrol soal keadaan ekonomi yang masih jelek," kata Alwi kepada CNNIndonesia.com pada 2018, kala mengenang perbincangannya dengan Ismail Marzuki pada dekade '50-an.
"Terus, tentang semangat bangsa Indonesia yang perlu diangkat supaya bangsa ini jadi bangsa yang dikagumi oleh dunia, bangsa yang tidak dijajah lagi," kata Alwi.
"Bukan main hebatnya dia. Ismail Marzuki sangat cinta pada tanah airnya. Lagu-lagunya itu menciptakan jiwa kepahlawanan bangsa Indonesia yang besar. Tidak tertandingi, [Ismail ingin] bangsa Indonesia ini harus maju, maju," lanjut Alwi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Edelleit dan Hendra mengutip buku Heirs to World Culture: Being Indonesian 1950-1965 (2012), karya Jennifer Lindsay dengan Maya HT Liem sebagai editor, bahwa lagu Rayuan Pulau Kelapa adalah salah satu lagu wajib nasional "yang selalu dibawakan dalam setiap misi budaya di kala itu".
"Lagu ini menjadi terkenal ketika Rose Kusumabrata menyanyikannya dan meraih medali emas dalam World Youth Festival pada 1947. Dalam acara festival yang sama, lagu ini kembali dinyanyikan oleh Gordon Tobing pada 1953," tulis Edelleit dan Hendra.
![]() |
Presiden Soekarno ketika melakukan misi diplomasi budaya ke Uni Soviet pada 1956, turut serta membawa lagu Rayuan Pulau Kelapa ke Negara Beruang Merah dan memamerkannya.
Setahun setelah kunjungan tersebut, Pemerintah Uni Soviet memutuskan membuat film dokumenter untuk Indonesia. Lagu yang digunakan sebagai latar adalah Rayuan Pulau Kelapa versi aransemen Vitaly Geviksman.
Nada dan irama dari lagu Ismail Marzuki ini dipertahankan oleh Geviksman, tapi lirik lagunya dialihbahasakan ke bahasa Rusia oleh editor Pusat Studio Film Dokumenter, Vladimir Korchagin dan bertajuk Pesnja Ostrova Pal'm.
"Teks lagu tidak diterjemahkan secara harfiah, tetapi kandungan makna yang ada dalam lirik digubah dalam bahasa Rusia berdasarkan cara pandang Rusia. Ternyata, lagu itu mendapat banyak sambutan dari masyarakat Rusia," tulis Edelleit dan Hendra.
Lagu Rayuan Pulau Kelapa juga menjadi salah satu karya Ismail Marzuki yang diaransemen ulang oleh komponis Addie MS dan dimasukkan dalam album lagu-lahu nasional Simfoni Negeriku pada 1998.
Menurut Addie MS kepada CNNIndonesia.com pada Selasa (9/8), lirik dan melodi Rayuan Pulau Kelapa "sangat emosional" yang membuat dirinya tumbuh rasa cinta terhadap Indonesia.
"Di masa kecil saya, hanya ada satu stasiun televisi: TVRI. Dan karena saya terbiasa tidur larut malam, bahkan sering dini hari, lagu ini amat sering saya dengar karena saat itu menjadi penutup siaran TVRI," kata Addie MS merujuk pada dekade '60 hingga '70-an.
"Lagu ini sering dibawakan bersama saat masyarakat ingin mengekspresikan rasa cintanya pada Tanah Airnya. Mungkin karena lirik dan melodinya yang sederhana namun dalam maknanya," lanjutnya.