Detik-detik Terakhir Hidup Marilyn Monroe di Blonde vs Dunia Nyata
CNN Indonesia
Minggu, 09 Okt 2022 09:27 WIB
Bagikan:
url telah tercopy
Blonde yang tayang di Netflix sejak akhir September 2022 menjadi banyak perbincangan di dunia maya, apalagi kalau bukan cara sang sutradara dan penulis naskah film itu, Andrew Dominik, menggambarkan kisah Marilyn Monroe. (AFP)
Jakarta, CNN Indonesia --
Artikel ini mengandung beberan/spoiler.
Blonde yang tayang di Netflix sejak akhir September 2022 menjadi banyak perbincangan di dunia maya, apalagi kalau bukan cara sang sutradara dan penulis naskah film itu, Andrew Dominik, menggambarkan kisah Marilyn Monroe.
Blonde sendiri diangkat dari novel fiksi karangan Joyce Carol Oates yang merefleksikan kehidupan Marilyn Monroe dalam cerita fiksinya. Kisah versi Oates itu kemudian didramatisir Dominik.
Dominik sendiri mengklaim film ini sebagai karya fiksi, bukan biografi seperti yang banyak beredar dalam promosi. Status fiksi tersebut pun mengikuti novelnya yang memang berstatus fiksi.
"Blonde adalah sebuah karya fiksi. Ini bukan karya biografi. Saya tidak pernah mengklaim itu. Joyce menulis sebuah buku yang secara esensial mendramatisir bagaimana yang dia rasakan soal Marilyn Monroe," kata Dominik dalam catatan produksi Blonde yang diterima CNNIndonesia.com.
Meski begitu, masih banyak kritikus yang merasa dramatisasi dari Dominik untuk Blonde terlalu jauh dari kenyataan. Begitu pula dengan para penggemar Marilyn Monroe yang banyak memprotes soal kisah hidup idola mereka di film ini.
Sutradara dan penulis film Blonde, Andrew Dominik. (AFP/TIZIANA FABI)
Beberapa hal dalam Blonde memang berbeda dari kejadian di dunia nyata. Misalnya saja, momentum ketika Cass Chaplin (Xavier Samuel) yang merupakan sahabat dari Marilyn Monroe meninggal dunia.
Dalam Blonde, Cass dikisahkan meninggal semasa Marilyn masih hidup. Sementara dalam dunia nyata, Cass Chaplin meninggal dunia pada 1968, atau lima tahun setelah Monroe yang sesungguhnya.
Hal itulah yang juga membuat akhir hidup Monroe dalam Blonde dan dunia nyata berbeda. Berikut penjelasannya.
Versi Blonde
Akhir cerita Blonde merupakan akhir hidup dari sosok Norma Jeane alias Marilyn Monroe. Bagian akhir dari babak kehidupan bintang film tersebut dimulai saat dirinya terlibat skandal dengan Presiden AS kala itu, JFK (Caspar Phillipson).
Usai dipaksa melayani nafsu sang presiden, Monroe mulai merasakan banyak keganjilan dalam dirinya. Ia kerap bermimpi hingga kadang merasa panik sendiri. Tak lama, ia mengetahui dirinya hamil anak sang presiden.
Kondisi itu membuat hidupnya dihantui ketakutan. Beberapa kali, telepon asing menerornya. Hingga suatu kali, ia diculik sekelompok orang misterius. Ia dibawa ke sebuah ruang operasi dan kandungannya diaborsi saat dirinya dibius.
Aborsi secara paksa itu semakin membuat mental Monroe rusak. Apalagi, ia juga terus merasa kesepian dan hanya menunggu sosok Ayah yang telah ia nantikan sejak lama untuk datang menemuinya.
Sosok Ayah yang misterius itu hanya mengirimkan surat yang meminta Monroe untuk bersabar menantikan dirinya datang. Namun suatu kali, sahabat Monroe, Eddy Robinson (Evan Williams) menelpon.
Di tengah kesedihan Marilyn Monroe (Ana de Armas), ia bertemu dengan Cass Chaplin (Xavier Samuel) dan Eddy Robinson Jr (Evan Williams). (NETFLIX/Matt Kennedy)
Eddy mengabarkan bahwa sahabat mereka yang juga pernah menjadi cinta Monroe, Cass, meninggal dunia. Cass disebut meninggal karena tersedak muntahan sendiri akibat hobinya mabuk-mabukan.
Monroe syok dan hancur mendengar kabar tersebut. Apalagi Eddy menyebut Cass meninggalkan sesuatu untuk Monroe. Eddy pun mengirim paket tersebut kepada sahabatnya itu.
Ketika paket itu tiba, rupanya berisi boneka macan kumal yang telah dikenal lama oleh Monroe sejak masih anak-anak. Paket itu sekaligus berisi surat yang mengungkap bahwa Cass adalah sosok di balik "surat dari Ayah" yang selama ini dibaca Monroe.
Lanjut ke sebelah...
Fakta itu membuat mental dan psikis Monroe kolaps. Sosok Ayah yang selama ini ia pikir ada, rupanya tidak pernah ada, hanyalah upaya manis dari seorang sahabat yang mencintainya dengan tulus. Sahabat itu pun baru saja meninggal dunia.
Mental Monroe yang telah lama merasakan kehampaan kini hancur berkeping-keping. Ia kemudian tenggelam dalam obat-obat penenang untuk mengatasi depresi yang melanda dirinya.
Dalam kesedihan yang teramat dalam, ia menegak obat penenang bersama whiskey berkali-kali dengan harapan rasa sakit hatinya bisa hilang. Hingga kemudian, ia merasa lunglai dan begitu mengantuk.
Monroe kemudian berjalan sempoyongan ke kamar tidurnya meski matahari masih bersinar terang. Ia merasa begitu mengantuk dan lemas tak berdaya. Sembari menangis, ia pun mulai tertidur.
Dari sinar cahayan matahari yang masuk ke kamarnya, ia merasa melihat sosok Ayah yang ia lihat dari lukisan ibunya, datang. Saat itulah, Marilyn Monroe merasa kembali menjadi Norma Jean dan ia bisa tenang menyambut ayahnya itu di dunia lain.
Marilyn Monroe pun meninggal dalam tidurnya, sendirian.
Versi Dunia Nyata
Menurut pemberitaan di dunia nyata, Marilyn Monroe ditemukan tak bernyawa di kamarnya di Los Angeles, pada Minggu 5 Agustus 1962 dini hari.
Mayat Monroe ditemukan dalam kondisi menelungkup di kasur dengan tangan memegang telepon oleh asisten rumah tangganya, Eunice Murray, yang mengintip ke kamar Monroe melalui jendela.
Marilyn Monroe (kiri) bersama mantan suami keduanya, Joe DiMaggio (kanan). (Photo by AFP)
Sehari sebelum Monroe ditemukan meninggal dunia, ia diketahui hanya menghabiskan waktunya di rumah. Di rumah itu, ia ditemani Murray dan publisis Patricia Newcomb.
Pada Sabtu, 4 Agustus 1962, Monroe diketahui sempat bertemu dengan fotografer Lawrence Schiller untuk membahas peluang Monroe jadi model di majalah Playboy.
Ia juga diketahui sempat menerima pesan dari terapis pijatnya, berbicara dengan teman di telepon, dan menerima paket yang diantar melalui kurir.
Newcomb mengaku dirinya sempat beradu argumen dengan Monroe karena artisnya itu kurang tidur. Namun pada 4.30 sore, psikiater pribadi Monroe, Ralph Greenson tiba dan meminta Newcomb untuk pergi.
Usai memeriksa Monroe, Greenson meminta Murray menginap malam itu untuk menjaga Monroe. Greenson pun pergi sekitar pukul 7 malam.
Setelah Greenson pergi, Monroe menerima telepon dari Joe DiMaggio Jr yang merupakan anak mantan suaminya. Dalam perbincangan itu, Joe mengisahkan ia baru putus dari pacar yang tak disuka oleh Monroe.
Monroe pun sempat menceritakan hal itu kepada Greenson melalui telepon. Hingga sekitar pukul 8 malam, Monroe memutuskan pergi ke kamarnya untuk beristirahat. Namun ia lagi-lagi menerima telepon.
Telepon kali ini datang dari Peter Lawford yang merupakan aktor sekaligus sahabat Monroe. Lawford berusaha mengajak Monroe untuk bergabung dalam pestanya malam itu.
Pada Sabtu, 4 Agustus 1962, Monroe diketahui sempat bertemu dengan fotografer Lawrence Schiller untuk membahas peluang Monroe jadi model di majalah Playboy. (AFP PHOTO / FREDERIC J. BROWN)
Akan tetapi, Monroe terdengar tak bisa untuk pergi. Menurut Lawford, Monroe terdengar seperti di bawah pengaruh obat-obatan dan meracau.
Monroe bahkan mengucapkan selamat tinggal kepada Lawford dan istrinya, Patricia Kennedy, serta Presiden AS John F Kennedy yang merupakan abang ipar Lawford.
Kondisi itu membuat Lawford khawatir.
Lanjut ke sebelah...
Lawford lalu meminta agensinya menghubungi Greenson dan pengacara Monroe, Milton A 'Mickey' Rudin. Rudin mengatakan Murray memastikan kondisi Monroe baik-baik saja.
Hingga pada Minggu 5 Agustus dini hari pukul 3.30, Murray terbangun dan merasa ada yang tak beres. Ia melihat lampu kamar Monroe masih menyala dari cela bawah pintu, tapi pintunya terkunci.
Ia lalu menelpon Greenson yang kemudian meminta Murray mengecek melalui jendela dan menemukan kondisi Monroe yang tak bergerak atau menyahut kala dipanggil. Murray pun menelpon Greenson yang lalu datang tak lama kemudian.
Dokter pribadi Monroe, Hyman Engelberg, diminta datang dan baru tiba sekitar pukul 3.50 pagi. Engelberg pun menyatakan Monroe telah meninggal dunia. Kepolisian Los Angeles baru tiba pada pukul 4.25 pagi.
Kabar kematian Monroe pun menjadi berita menggegerkan. Apalagi setelah hasil autopsi diumumkan polisi bahwa dalam tubuh Monroe terdapat kandungan obat-obatan yang melebihi ambang batas.
Menurut hasil analisis toksikologi, penyebab kematian Monroe adalah overdosis barbiturat. Barbiturat adalah salah satu jenis obat penenang yang digunakan untuk mengatasi kejang, gangguan kecemasan, insomnia berat, dan sebagai anestesi.
Lokasi kamar tidur Marilyn Monroe seusai aktris itu ditemukan tak bernyawa pada 5 Agustus 1962. (AFP)
Dalam laporan itu pula, Monroe diduga meninggal antara pukul 8.30 dan 10.30 malam pada Sabtu 4 Agustus 1962, atau tak lama setelah mengucapkan selamat tinggal kepada Lawford.
Laporan itu juga menyebut Monroe sudah mengalami suasana hati depresi dan kehilangan minat pada apapun sebelum ditemukan meninggal dunia. Apalagi ditemukan bahwa Monroe mengonsumsi obat penenang jauh melebihi dosis yang diperintahkan.
Monroe sebelumnya sudah menjalani terapi obat untuk mengatasi gangguan mood dan depresinya selama bertahun-tahun. Namun pada saat itu, disebut dalam laporan, botol obat yang baru diisi sehari sebelumnya ditemukan telah kosong melompong kala Monroe meninggal dunia.
Selain itu, pihak polisi juga tidak menemukan hal mencurigakan di lokasi kejadian. Dengan temuan-temuan tersebut, polisi menyatakan Marilyn Monroe meninggal bunuh diri.
Namun hasil itu tak memuaskan publik. Sejumlah asumsi dan konspirasi bermunculan, beberapa di antaranya adalah Marilyn Monroe dibunuh oleh suruhan Menteri Kehakiman yang juga Jaksa Agung AS kala itu, Robert F Kennedy, yang sekaligus adik dari Presiden AS saat itu, John F Kennedy.
Menurut konspirasi yang beredar, Robert memiliki skandal perselingkuhan dengan Monroe. Padahal, Monroe juga disebut memiliki hubungan gelap dengan kakak Robert yang juga presiden AS, John.
Menteri Kehakiman yang juga Jaksa Agung AS ke-64, Robert F Kennedy. (AFP/-)
Namun dengan Robert, Monroe disebut kepalang jatuh cinta. Hal itu konon membuat Robert khawatir karier politiknya jatuh, sehingga meminta Monroe untuk dihabisi.
Teori konspirasi lainnya terkait kematian Monroe adalah aktris tersebut dihabisi oleh pemimpin serikat buruh Jimmy Hoffa dan bos mafia Sam Giancana.
Berbagai teori bahwa Monroe dibunuh terus beredar di publik hingga kemudian Kejaksaan Los Angeles membuka kembali kasus ini pada 1982 dan melakukan penyelidikan.
Hingga kemudian, Kejaksaan LA tidak menemukan bukti untuk mendukung dugaan Marilyn Monroe tewas dibunuh serta hal yang bertentangan dengan hasil penyelidikan pada 1962.