Jakarta, CNN Indonesia --
CEO SM Entertainment Lee Sung-soo atau Chris Lee buka suara di tengah perselisihan terkait manajemen bisnis dengan sang pendiri sekaligus mantan produser di agensi itu, Lee Soo-man.
Ia memberikan pernyataan langsung melalui video 28 menit di YouTube yang diunggah pada Kamis (16/2). Chris Lee pun menuliskan di judul bahwa itu menjadi video pertamanya.
Dalam video itu, Lee Sung-soo, yang juga keponakan Lee Soo-man, membuat tuduhan penggelapan pajak luar negeri terhadap pendiri agensi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia juga mengatakan ada 14 subjek yang akan dia sentuh mulai saat itu untuk menjelaskan alasan SM Entertainment memutuskan sudah waktunya untuk melepaskan Lee Soo-man.
Berikut 6 tuduhan Chris Lee atas Lee Soo-man.
Royalti lewat perusahaan di Hong Kong
Chris Lee menuding Lee Soo-man membuat perusahaan CT Planning Limited (CTP) di Hong Kong pada 2019 menggunakan aset SM US$1 juta tapi dimiliki sendiri. CTP disebut seperti Like Planning di Korea milik Lee Soo-man.
Ia menyebut CTP merupakan paper companies Lee Soo-man untuk mengumpulkan cuan, terutama untuk distribusi global WayV, SuperM dan aespa. Padahal, SM Entertainment telah bekerja sama dengan S.M. Entertainment Beijing Co., LTD, Capital Records dan Warner Records untuk itu.
Paper company adalah istilah untuk perusahaan yang tak beroperasi dan dibuat hanya untuk transaksi keuangan.
"Jika ini kontrak distribusi biasa, SM Entertainment dan perusahaan mitranya akan secara langsung menghitung keuntungan kedua belah pihak, kemudian berdasarkan pembagian keuntungan yang diterima SM Entertainment, Lee Soo-man akan mendapatkan 6 persen dari biaya produksi melalui Like Planning di dalam negeri."
"Tetapi Lee Soo-man telah menandatangani kontrak terpisah dengan semua perusahaan terlibat supaya bisa mengklaim enam persen sebelum keuntungan dihitung dan didistribusikan ke SM Entertainment dan perusahaan mitra," kata Lee Sung-soo.
Tudingan menghindari pajak
Keberadaaan CTP itu yang kemudian berkembang jadi pertanyaan terkait penghindaran pajak. Ia mengaitkan hal itu dengan permasalahan pajak antara SM Entertainment dan Like Panning pada 2014 dan 2021.
Pada 2014, seperti diberitakan Korea Herald, Lee Soo-man pernah diperintahkan membayar lebih dari 10 miliar buntut dugaan penggelapan pajak melalui paper companies di Hong Kong.
Pada 2021, SM Entertainment dan Lee Soo-man diwajibkan membayar 20 miliar won kepada pemerintah setelah sempat dilakukan penyelidikan oleh Layanan Pajak Nasional. Pemeriksaan dilakukan atas kecurigaan penggelapan pajak.
[Gambas:Video CNN]
"Saya yakin struktur aneh melalui perusahaan luar negeri ini mungkin ditujukan untuk menghindari pengawasan dari Layanan Pajak Nasional," kata Lee Sung-soo seperti diberitakan Yonhap, Kamis (16/2).
"Saya ingin tahu apakah ini kasus tipikal penggelapan pajak di luar negeri? Karena CTP mengambil enam persen dari setiap label terlebih dahulu. Potongan milik CTP dua kali lebih besar dari Like Planning."
Lanjut ke sebelah...
Pertanyaan kondisi perjanjian Lee Soo-man dan HYBE
Kondisi seputar CTP dan royalti itu yang kemudian membuat Chris Lee mempertanyakan HYBE sadar atau tidak dengan kondisi tersebut sebelum menandatangani perjanjian pembelian saham Lee Soo-man.
Ia juga mengenai peran Lee Soo-man sebagai produser di Korea terbatas hingga tiga tahun tapi tak ada batasan di luar negeri.
"Kenapa kamu membuat klausul untuk produksi luar negeri sama sekali dalam kontrak akuisisi saham? Apakah HYBE setuju, mengetahui kemungkinan bisnis asing Lee Soo-man (CTP) mungkin ilegal? Atau apakah mereka menandatangani kontrak tanpa mengetahuinya?"
Buat situasi seolah SM masih butuh Lee Soo-man
Lee Sung-soo juga pendiri SM Entertainment itu telah mendorong kenalannya di antara para eksekutif SM untuk mengumumkan pernyataan yang mengatakan SM masih membutuhkannya.
Tak hanya itu, seperti diberitakan Korea Herald, ia juga mengklaim Lee Soo-man meminta kenalannya di agensi menandatangani kontrak dengan CTP untuk produksi album, dan menunda peluncuran album baru setelah April 2023.
"Fokus tim pemegang saham adalah menemukan cara bagi Lee Soo-man untuk kembali ke perusahaan. Rapat tanggap darurat yang dipimpin Lee Soo-man berlanjut tanpa arti," kata Chris Lee dalam video tersebut.
"Tim eksekutif SM Entertainment saat ini, termasuk saya, kelelahan karena menolak hal itu," ia menegaskan.
Hambat comeback aespa
Chris Lee mengungkapkan aespa sebenarnya direncanakan comeback 20 Februari ini dan konser perdana pada 25 dan 26 Februari. Namun, permintaan Lee Soo-man membuat semua rencana itu ditunda.
Ia mengatakan pendiri SM Entertainment sekaligus pamannya itu membuat tim A&R agensi serta produser musik Yoo Young-jin mengubah lirik lagu baru aespa.
"Lee Soo-man telah meminta tim AR dan Yoo Young-jin untuk menyinggung penanaman pohon dan sistem keberlanjutan dalam lagu. Bahkan aespa yang konsepnya spektakuler, disuruh menyanyikan lagu tentang menanam pohon," kata Chris Lee.
[Gambas:Video CNN]
"Kata-kata yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan Kpop muncul di sana-sini. Bagian awal lagunya bahkan ada bagian tentang menanam pohon. Anggota aespa sangat kesal bahkan mereka sampai menangis," klaim Chris Lee.
Hal itu membuatnya bersama COO memutuskan menunda comeback aespa demi menyiapkan musik yang baru.
Ambisi pribadi Lee Soo-man
Ia mengatakan di balik lirik menjadi penanaman pohon hingga keberlanjutan itu ada ambisi pribadi Lee Soo-man terhadap bisnis real estate dan konstruksi SMart Music City.
"Dia pernah benar-benar meminta kepemilikan atas tanah suatu negara," kata Lee Sung-soo.
Ia kemudian menuduh Lee Soo-man berniat mendirikan kasino bahkan melegalisasi ganja di "Kota Musik" miliknya yang diharapkan menarik wisatawan dan konsumen di usia remaja dan 20-an.
"Dia (Lee Soo-man) pernah membawa legalisasi ganja untuk membuat turis datang ke kasino dan festival di dalam kota musiknya itu (proyek konstruksi Lee Soo-man," tutur Chris Lee.
Dalam video itu, Chris Lee mengatakan SM Entertainment bersiap memulai proyek baru dengan SM 3.0 dan meminta dukungan penggemar untuk terus mendengarkan musik dari mereka.
Lanjut ke sebelah...
Pada hari yang sama, Lee Soo-man dan HYBE memberikan respons terkait tudingan-tudingan yang disampaikan Chris Lee dalam video tersebut. Keduanya merespons dalam kesempatan berbeda.
Sumber, seperti diberitakan Yonhap, mengatakan Lee Soo-man sakit hati melihat tingkah Lee Sung-soo.
"Dia [Lee Sung-soo] sudah mengikuti Lee Soo-man sejak berumur empat tahun sebagai keponakan dari istrinya," kata sumber dekat Lee Soo-man seperti diberitakan Yonhap, Kamis (16/2).
"CEO SM ini datang ke perusahaan pada usia 19 tahun dan mulai bekerja dengan manajemen penggemar. Dia adalah keponakan yang baik dari keluarga di mana bapaknya itu pendeta," kata sumber tersebut.
"Lee Soo-man sakit hati," lanjutnya.
Sementara itu, HYBE menyoroti tudingan Chris Lee terkait kemungkinan mereka tidak mengetahui CT Planning Limited (CTP), bisnis luar negeri Lee Soo-man, yang disebut Chris Lee sebagai paper companies.
Mereka juga menyatakan perjanjian tersebut memiliki klausul yang membatalkan kontrak atau perjanjian apa pun yang sebelumnya dimiliki Soo-man dengan agensi yang ia dirikan itu.
"Tapi jika ada hal-hal yang dirahasiakan, seperti transaksi CTP, kami telah memasukkan klausul dalam perjanjian bahwa pembeli (HYBE) akan membatalkan semua transaksi yang ada," pernyataan HYBE seperti diberitakan Mail Kyungjae, Kamis (16/2).
Yonhap juga memberitakan perusahaan tersebut akan mencoba mencari tahu sosok di SM yang menyetujui kesepakatan bermasalah dalam hal itu.
Rentetan permasalahan dimulai Agustus 2022 ketika Align Partners Capital Management, yang memiliki sekitar 1 persen saham di SM, khawatir atas struktur tata kelola perusahaan, mempertanyakan peran dan pengaruh Lee di perusahaan.
Lee Soo-man tidak memegang posisi resmi di SM lebih dari satu dekade tetapi dilaporkan telah memberikan pengaruh yang signifikan dalam mengelola dan melatih artis K-pop perusahaan melalui perusahaan produksi musik pribadinya, Like Planning.
Align Partners Capital Management kemudian meminta SM mengakhiri kontrak bisnis dengan perusahaan produksi, dengan alasan telah membayar sejumlah besar modal setiap tahun dalam bentuk royalti dan merusak nilai pemegang saham.
SM kemudian mengakhiri kontraknya dengan perusahaan produksi musik dan mengumumkan rencana reformasi dengan SM 3.0 yang berpusat pada pembangunan sistem multi-produksi untuk memutuskan hubungannya dengan pendiri.