Jakarta, CNN Indonesia --
Doodle mendiang sastrawan Indonesia Sapardi Djoko Damono meramaikan laman pencarian Google hari ini (20/3). Hal itu dilakukan untuk memperingati hari kelahiran sang sastrawan pada 20 Maret.
Berdasarkan pantauan, Google Doodle memeriahkan hari lahir sang penyair dengan memajang gambar kartun sosok Sapardi yang dengan setelan khasnya; kacamata bulat, topi pet, dan jas atau jaket yang tak diikatkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak ketinggalan, Doodle menampilkan tetesan air hujan di tengah hutan. Karakter Sapardi itu membawa payung besar berwarna krem. Latar yang lekat dengan salah satu karyanya, 'Hujan Bulan Juni'.
Sapardi Djoko Damono merupakan salah satu sastrawan legendaris Indonesia yang sering menyampaikan pikirannya lewat sajak dan puisi sejak 1950-an. Ia juga dikenal sebagai penyair angkatan 1970.
Semua bermula ketika Sapardi berusia sekitar 17 tahun dan membuat sajak yang menjadi sajak wajib di pertemuan Kesenian Nasional Indonesia hingga tiga kali. Hal itu kemudian terus dilakukan sebelum akhir hayatnya.
Tiga tahun sebelum meninggal, Sapardi merilis tujuh buku sekaligus, yakni enam buku puisi dan satu novel, termasuk Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro?, Ayat-ayat Api, Duka-Mu Abadi, Kolam, Namaku Sita, Sutradara itu Menghapus Dialog Kita.
Untuk merayakan ulang tahun yang ke-77 pada 2017, Sapardi juga merilis novel Pingkan Melipat Jarak, yang merupakan novel kedua dari trilogi Hujan Bulan Juni.
Sapardi pernah berbincang dengan salah satu media massa di Indonesia dan mengungkapkan tidak percaya dengan bakat melainkan niat dan konsistensi.
Menurutnya, dua hal tersebut, yakni niat dan konsistensi, bisa membuat manusia memproyeksikan ide mengenai dirinya menjadi kenyataan.
Lanjut ke sebelah...
Bermodalkan dua hal itu juga dia mulai mengasah kemampuan dan kesukaannya pada dunia sastra. Alhasil sudah puluhan karya sastra dia terbitkan, mulai dari sajak, syair, hingga puisi.
Sapardi telah menulis beberapa buku yang sangat penting, seperti Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas (1978), Novel Sastra Indonesia Sebelum Perang (1979), Kesusastraan Indonesia Modern: Beberapa Catatan (1999).
Kemudian Novel Jawa Tahun 1950-an: Telaah Fungsi, Isi, dan Struktur (1996), Politik, Ideologi, dan Sastra Hibrida (1999), Sihir Rendra: Permainan Makna (1999) dan Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan: Sebuah Catatan Awal.
Selain itu, dia juga pernah menerjemahkan karya dalam bahasa asing ke bahasa Indonesia, seperti Lelaki Tua dan Laut (The Old Man and the Sea, Hemingway), dan Daisy Manis (Daisy Milles, Henry James).
Sedangkan beberapa karya hit lainnya, seperti Yang Fana adalah Waktu, Hujan Bulan Juni, Aku Ingin, dan masih banyak lainnya.
Sehingga, Sapardi merupakan sastrawan yang berperan besar dalamn sastra Indonesia. Sapardi bahkan disebut sebagai sastrawan dengan karya yang orisinal dan kreatif dalam buku bertajuk Indonesia Modern II karya A Theuw.
Sepanjang hidupnya, Sapardi telah diganjar banyak penghargaan dari dalam hingga luar negeri, seperti anugerah Kalyana Kretya dari Menristekdikti pada 1996 dan Anugerah Seni dari Pemerintah Indonesia pada 1990.
Beberapa penghargaan dari luar negeri yakni, Cultural Award dari Australia yang dia dapat pada 1978, kemudian SEA Write Award dari Thailand tahun 1986.
[Gambas:Video CNN]
Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada 19 Juli 2020 saat berusia 80 tahun. Ia meninggal di Rumah Sakit Eka BSD setelah menjalani perawatan akibat menurunnya fungsi organ tubuh.
Kendati demikian, ia dan karya-karyanya dikenang hingga kini, termasuk dijadikan Google Doodle bertepatan dengan hari kelahirannya.