Jambi, CNN Indonesia --
Kampung halaman menjadi pilihan Christine Hakim untuk menghabiskan waktu saat memperingati 50 tahun berkarier di dunia seni peran.
Ia pada Rabu (9/8) kembali ke sana untuk mengenang masa kecil di Tungkal II, Kecamatan Tungkal Ilir, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi, sebelum besar di ibu kota Jakarta dan berkarier hingga ke Hollywood seperti saat ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam bangunan bergaya arsitektur Belanda itu lah tempat dia dilahirkan. Ia menghabiskan tiga tahun pertama hidupnya sebelum pindah karena tugas ayahnya sebagai Kepala Bea Cukai.
Christine Hakim, dalam pandangannya yang tajam, merekam detail-detail rumah tersebut. Semua sudut dan ruangan menjadi kembali hidup di alam pikirannya. Ia dengan tekun mengaitkan kembali ingatan masa kecilnya di kota Kuala Tungkal.
"Dalam rumah ini lah saya dilahirkan dengan bantuan dokter berkebangsaan Jerman di depan pintu rumah. Dia lah yang memberi nama 'Christine'. Nama itu ditambahkan oleh orang tua saya, Herlina Natalia," cerita Christine Hakim sambil mengingat kembali asal-usul namanya.
[Gambas:Video CNN]
Christine sempat menghubungi sang ibu melalui video call untuk bernostalgia bersama masa-masa di Kuala Tungkal.
Selama di sana, Christine Hakim juga menunjukkan foto saat berusia satu tahun yang terbaring di atas meja ruang tamu. Ia tak lupa memamerkan tanda codet di dahinya akibat tertimpa toples saat berusia tiga bulan.
"Lantainya kayu, kan. Jadi waktu itu saya sedang digendong oleh mbok (pengasuh), sambil menumbuk makanan. Semua lantainya bergetar, dan toples jatuh dari atas, itu lah tandanya," kenang Christine Hakim.
Sebelum mengunjungi rumah kelahirannya, Christine Hakim sempat mengunjungi Hutan Mangrove Pangkal Babu, Tanjung Jabung Barat bersama tim Kemendikbud Ristek, Direktur Perfilman Musik dan Media Baru Kemendikbud Ahmad Mahendra dalam rangkaian Kenduri Swarnabhumi.
Momen tersebut ia akui memberikan wawasan yang mendalam, termasuk menarik hikmah dari perjalanan hidupnya dan tantangan-tantangan yang ia hadapi seperti saat pandemi tiga tahun terakhir.
"Pembelajaran yang saya renungkan, ada yang bilang ini bencana, ada yang mengutuk, ini artinya Tuhan tidak sayang sama kita. Kalau kita berpikir negatif, maka hal-hal negatif saja yang kita dapatkan,"
"Kalau kita selalu berpikir positif, Tuhan tidak akan pernah menyesatkan. Tuhan pasti memberikan dan pasti ada hikmahnya. Bayangkan selama ini, kita tidak pernah berpikir bahwa kita mendapatkan oksigen secara gratis dari Tuhan," ucapnya.
Lanjut ke sebelah...
Ia pun mengaitkan hal tersebut dengan The Last of Us, serial Hollywood yang ia bintangi. Menurutnya, serial tersebut sangat erat dengan lingkungan dan kehidupan manusia yang terdampak karenanya.
Oleh sebab itu, ia menilai kesadaran ekologis harus ditanam sejak dini karena tanpa lingkungan yang baik dan mampu mencukupi oksigen, manusia tidak akan bisa bertahan hidup di dalamnya.
"Dari mana oksigen itu? Dari lingkungan ini. Selama pandemi, bahkan untuk membeli pun sulit. Dokter mengatakan bahwa pada saat itu skala prioritas adalah siapa yang bisa bertahan hidup dan mendapatkan oksigen,"
"Tanggung jawab ini harus diajarkan sejak dini, sejak balita. Saya bersyukur bahwa saya dilahirkan dengan alam," katanya di hadapan generasi-generasi yang lebih muda darinya, termasuk tim Ekspedisi Batanghari.
Christine pun menekankan pentingnya kesadaran dalam menjaga lingkungan. Ia mengaku bahagia melihat para anak muda, khususnya tim Ekspedisi Batanghari yang telah memiliki kesadaran ekologis.
[Gambas:Video CNN]
"Ini harus ditanamkan kuat, saya senang melihat anak-anak muda memiliki komitmen dan kesadaran ini. Ini harus ditawarkan kepada generasi muda, karena ini untuk masa depan mereka. Gerakan ini luar biasa, menjadi kewajiban bagi kita semua dalam porsi masing-masing," tegasnya.
Dalam perjalanan kembali ke akar, Christine Hakim tidak hanya mengungkapkan pandangannya yang mendalam tentang kesadaran lingkungan. Ia menunjukkan refleksi atas perjalanan hidup, serta pentingnya menginspirasi dan membimbing generasi muda.
"Bintang film juga punya kewajiban untuk menyampaikan kebaikan. Syiar itu tidak harus semata bertakbir, syiar itu kan menyampaikan kebaikan termasuk dalam memelihara ciptaan Tuhan ini, alam semesta. Jambi ini kaya loh, dan kita dititipkan Tuhan untuk menjaga dan merawatnya," ujarnya saat melihat jalan kayu satu-satunya yang tersisa dan tak jauh dari rumahnya.
Tidak hanya Christine, Ahmad Mahendra pun mengapresiasi tim Ekspedisi Batanghari, Kenduri Swarnabhumi. Menurutnya, tim itu telah mendorong masyarakat untuk melestarikan lingkungan dan kebudayaan.
"Warga di Sungai Batanghari mulai menjaga adat untuk menjaga sungai. Dan memberikan sanksi kepada orang-orang yang melanggar adat. Jadi, ini hal yang baik. Harapannya besar sekali, menjaga alam dan menjaga budaya," katanya.
Tidak hanya sekedar menikmati dan menyampaikan keasrian Mangrove Pangkal Babu, Mahendra, Christine bersama rombongan turut menanam pohon di lokasi itu. Mereka berdua tidak ragu terjun di lahan basah dan mempraktikkan penanaman sesuai dengan petunjuk tata cara dari warga lokal.
Kunjungan ke hutan bakau ini merupakan bagian dari Kenduri Swarnabhumi dan Ekspedisi Batanghari 2023.
Kenduri Swarnabhumi digelar Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) dengan tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hubungan antara kebudayaan dengan pelestarian lingkungan, khususnya sungai.