Jakarta, CNN Indonesia -- Banyak hal yang ibu saya kerjakan, yang dulu sepertinya biasa aja, ternyata setelah udah gede begini baru terasa, oh rada beda ya. Misalnya, ibu saya ibu rumah tangga, bukannya tidak ada tawaran untuk bekerja di kantor, namun beliau memilih untuk tinggal di rumah membesarkan kami, anak-anaknya.
Hal ini tidak membuatnya berhenti beraktivitas. Mama tetap punya segudang waktu untuk urusan rumah, urusan ibu-ibu, sampai kepada waktu untuk sesamanya.
Mama terlibat dari hal khas ibu-ibu; arisan dan pengajian. Mama juga rajin menjaga kesehatan; dari ikut kelas senam, kemudian tenis, golf. Setelah masuk masa ‘Indonesia Emas’ Mama memilih jalan kaki dan pernafasan.
Mama sempat menjadi dosen, meneruskan ilmu yang diterimanya ke generasi muda. Mama juga tidak lupa untuk memberikan sebagian waktunya untuk sesama, dengan menjadi relawan untuk YPAC, Yayasan Pendidikan Anak Cacat.
Banyak waktu, tenaga dan pemikiran yang Mama sumbangkan untuk membantu kesejahteraan anak-anak dengan disabilitas. Bahkan Mama sudah pernah diundang ke luar negeri seperti Jepang dan Selandia Baru, dalam kapasitasnya sebagai relawan YPAC. Sekarang pun Mama masih aktif memikirkan kelanjutan kesejahteraan anak-anak tersebut sebagai orang dewasa.
Mama tidak berkarir di kantor, namun sibuknya sama saja. “Tanpa benefit cuti dan pensiun,” katanya suatu ketika, berkelakar.
Menurut beliau, hanya karena memilih menjadi ibu rumah tangga tidak berarti kemudian waktunya hanya untuk anak dan rumah saja. Kita harus juga memastikan bahwa ada saatnya ‘to give back’ sebagai salah satu cara untuk bersyukur atas segala rezeki yang didapat.
(ded/ded)