Cerita Panda Kecil dan Pin Merah Putih

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Senin, 31 Okt 2016 16:28 WIB
Kalau nekad melepaskan cengkeramannya dari selimut, pada kalkulasi perkiraan pikirannya, ia akan terjerembab dan akan menimbulkan suara berisik.
Foto: mufidpwt/Pixabay
Jakarta, CNN Indonesia -- Perjalanan dimulai malam sunyi senyap para bintang lelap tidur berselimut gemerlap. Panda kecil itu turun dari peraduannya. Perlahan beringsut mundur amat pelahan turun dari ranjang serasa penjara, ia heran tak jua sampai kakinya ke lantai. “Aku tak boleh kehilangan akal. Manusia Tek ini tak boleh bangun. Bahaya!”

Panda kecil beringsut mundur sedikit demi sedikit lagi dan lagi. Tubuhnya seperti melayang di atas kasur. Setengah badannya hingga kaki menggantung ke arah bawah, separuhnya lagi hingga kepala masih di kasur.

Dengan serta merta, tangan mungil panda kecil meraih selimut Manusia Tek. “Wah! Gawat.” Gumam mulut mungilnya, tubuh panda kecil sudah merosot, selimut dicengkeramnya kuat-kuat, tubuhnya menggantung di tepi tempat tidur.

Tapi kakinya belum menyentuh lantai kamar itu. Kepalanya celingak-celinguk mencari akal. Kalau nekad melepaskan cengkeramannya dari selimut, pada kalkulasi perkiraan pikirannya, ia akan terjerembab dan akan menimbulkan suara berisik “Buk!”. Jika Manusia Tek terbagun pelariannya gagal lagi. Sementara Dik entah di mana.

Panda kecil, masih mencengkeram selimut kuat-kuat agar tubuhnya tak segera merosot, ia tak ingin gagal lagi pelariannya, setelah selalu gagal untuk kesekian kali. Ini tak boleh gagal lagi. Panda kecil memeras otaknya berkali-kali, tak mungkin ia mencengkeram pinggir ranjang Manusia Tek untuk merayap turun, karena terbuat dari baja licin.

Panda kecil ingin menangis dan berteriak “Dik where are you! Help me please…” Tanpa terasa panda kecil menggenang air matanya, ia menahan dengan segala daya agar tangisnya tak bersuara terisak-isak.

Manusia Tek menggeliatkan tubuhnya, mengubah posisi tidurnya. Secara bersamaan panda kecil setara otomatis ketarik lagi ke atas, bagian tubuh dan kepalanya kembali ke posisi semula. Separuh badan dan kepala di atas kasur, separuh badan dan kakinya tergantung lagi seperti semula tadi.

Entah disengaja atau tidak, Manusia Tek menarik selimutnya lebih tinggi menutupi badan hingga ke bahunya, otomatis panda kecil nyaris bersisian di samping tubuh Tek. Namun kini posisi panda kecil sejajar sepinggang Manusia Tek.

Panda kecil terus mencengkeram selimut dan menyembunyikan separuh kepalanya di bawah selimut, ia takut sekali Manusia Tek bangun mencurigai niatnya untuk melarikan diri. Panda kecil menjinakkan dirinya sesaat. Mengatur hati dan pikirannya agar mendapat kekuatan kembali.

“Hei! Pemalas! Bangun!” Suara bentakan keras Manusia Tek membangunkan panda kecil, lelap tertidur kepalanya separuh seakan sembunyi di bawah selimut. Panda kecil kaget sekali mendengar suara itu, ternyata lagi-lagi ia tertidur, untuk kesekian kalinya dan untuk kesekian kalinya pula ia gagal melarikan diri dari Manusia Tek itu.

“Ayo! Bangun! Atau aku setrum kakimu!” Suara Manusia Tek menghardik lebih keras dan terasa lebih kejam. Panda kecil seraya melompat menahan galau perasaannya. “Jangan Tuan yang mulia”

“Bagus! Kerjakan tugasmu segera dan tak usah mandi!” Lagi hardikan Manusia Tek suaranya terdengar semakin kejam. Panda kecil segera melompat, bergegas menuju tugas-tugasnya.

Panda kecil mengerjakan tugas utama membersihkan rumah mesin pusat pengendali kehidupan Manusia Tek. Meski akal panda kecil terus mencari kelemahan dari kekuatan Manusia Tek. Namun tak juga menemukan cara terjitu.

Selalu terpikir oleh panda Kecil, untuk mematikan rumah mesin dengan menyiramkan air keseluruh ruangan itu. “Tak mungkin, di tempat ini tak ada air.” Selalu itu jawabnya di hati panda kecil. Meski ia telah meneliti dengan seksama cara-cara merusak mesin penunjang hidup Manusia Tek.

“Tet! Dung! Dung!” Suara dering bel itu artinya panda kecil harus segera berpindah ke tugas lainnya, ia segera menuju ruang program, juga seluruhnya dilindungi baja tebal tahan segala cuaca dan getaran sekuat apapun. Nyaris tak ada celah untuk masuknya satu debu sekali pun.

Terdengar suara bel lagi. Panda kecil segera menuju tugas berikutnya, ke ruang sistem database, di ruang ini pun panda kecil tak melihat kemungkinan lain, hanya air mampu melemahkan seluruh sistem database itu.

Ke mana ia harus mencari air, tak ada sedikit pun celah untuk keluar dari tempat Manusia Tek itu. Sekalipun ia mencoba lolos berkali-kali dan selalu gagal sesungguhnya, selalu digelayuti pikiran bagaimana lolosnya jika ia berhasil menjauh dari Manusia Tek di kala manusia itu tengah tertidur lelap.

Meski panda kecil beberapa kali pernah berhasil turun ke lantai, segera melarikan diri kian-kemari, tetap berputar-putar dari lorong ke lorong kembali muncul kalau tak di ruang kerja utama Manusia tek pasti ke kamar tidur, ruang tamu, dapur bahkan tembus ke kamar mandi. Tak ada satupun celah menembus ke luar ruang dari rumah mesin Manusia Tek si kejam itu.

Bel berbunyi lagi, panda kecil pindah lagi ke ruang berikutnya mengerjakan tugas lebih berat bahkan amat berat, membersihkan sampah data memenuhi ruangan, hanya dengan sapu lidi ukuran kecil disesuaikan besarnya dengan ukuran tangan dan tubuh panda kecil oleh si Manusia Tek.

“Apakah Manusia Tek dan Panda Kecil tak perlu oksigen? Apa yang membuat mereka bisa berjalan, Manusia Tek dan mesin-mesinnya bisa bergerak dan bekerja kian-kemari? Siapakah panda kecil? Jawabnya ada pada dikau di pelajaran tentang ilmu fisika hubungannya dengan ilmu alam, tentang mengapa benda terlihat dan hadir.”

Suara-suara dari pertanyaan itu membangunkan Dik sejak tadi asik terbawa oleh mimpinya itu. Dik segera bangun menyiapkan semua keperluan sekolahnya, membaca daftar mata pelajaran hingga merapikan buku akan ia bawa di tas sekolahnya. Dik tak ingin merepotkan Bundanya untuk hal sederhana itu.

Panda boneka kecilnya telah ia kembalikan ke tempatnya semula sejak ia selesai bermain sejenak semalam, setelah menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya.

Dik sudah merapikan diri, sedang sarapan pagi ditemani Bunda, Ayah Dik sudah berangkat ke kantor lebih pagi sambil mengantar dua kakaknya ke sekolah searah dengan Ayah.

“Adik sudah siap teks Sumpah Pemuda dan pidatonya?” Adik mengangguk dan senyum semangat. “Siap Bunda.” Suara klakson mobil jemputan datang. Dik hendak bergegas. “Tunggu! Adik lupa ya. Sini Bunda sematkan pinnya.”

Bunda Dik menyematkan pin Bendera Merah Putih di sisi kanan kerah baju Dik dan kecupan di keningnya. “Jangan lupa berdoa ya.” “Amin Bunda.” Dik segera bergegas menuju jemputan sekolahnya. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER