Jakarta, CNN Indonesia --
Blokade Gaza oleh Israel membuat warga di wilayah Palestina itu menderita, dan penderitaan itu bertambah setelah Israel melakukan serangan mematikan dalam tujuh pekan terakhir. Ketua Presidium MER-C Jose Rizal Jurnalis melihat langsung korban-korban pertempuran di wilayah barat Palestina itu.
Banyaknya korban, kata Jose Rizal, membuat rumah sakit terbesar di Gaza Al Shifa kewalahan.
"Akhirnya kami memutuskan untuk membantu rumah sakit tersebut. Korban-korban di sana terlihat kelelahan dengan perang yang terjadi," kata Jose kepada CNN Indonesia, Rabu (27/8).
Jose mengatakan, perlawanan rakyat Gaza terhadap Israel terus dilakukan agar blokade yang menyengsarakan mereka bisa ditembus.
Israel membalas perlawanan rakyat Gaza ini dengan menembakkan roket-roket canggih yang membunuh lebih dari 2.000 orang pada konflik yang baru saja diakhiri setelah kedua kubu menandatangani kesepakatan gencatan senjata.
"Rumah-rumah hancur. Kebanyakan korban akibat perang ini adalah wanita, anak-anak dan orang tua," lanjut Jose.
Jika saja tidak diblokade Israel, menurut Jose, warga Gaza mampu hidup mandiri tanpa bantuan masyarakat internasional. Gaza punya pelabuhan yang bisa menjadi tempat warga mencari nafkah.
"Pantai Gaza diblokade Israel, padahal pantai itu tempat mata pencaharian utama nelayan-nelayan. Kalau tertangkap memancing, bisa ditembak oleh tentara Israel," jelas Jose.
Pada Selasa (26/8) Hamas dan Israel sepakat menggelar gencatan senjata untuk waktu yang tidak terbatas. Selain itu, Israel juga setuju memperluas wilayah memancing nelayan Gaza dan memperbolehkan bantuan kemanusiaan serta material bangunan masuk. Sejak digempur Israel, Gaza hancur dan warganya banyak yang mengungsi namun tidak sedikit yang memilih tinggal. Bagi warga setempat, Gaza adalah rumah yang akan mereka pertahankan. "Meskipun mereka mengamankan diri ke luar Gaza, tapi mereka akan kembali lagi," tutup Jose
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT