KONFLIK SURIAH

Kesaksian Bocah Mantan Anggota ISIS

CNN Indonesia
Jumat, 29 Agu 2014 14:00 WIB
ISIS merekrut anak-anak untuk menjadi bagian dari pasukan perlawanan mereka. Bocah-bocah ini dilatih fisik dan mental, termasuk menyaksikan eksekusi mati.
Anak-anak di Suriah turut dilibatkan oleh ISIS dalam perang melawan tentara pemerintah.
Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah, ISIS, merekrut dan mendoktrin anak-anak untuk menjadi bagian dari tentara perlawanan melawan pasukan pemerintah.

Salah satunya adalah Mohammed, mantan anggota ISIS yang sejak usia 13 tahun telah mendapatkan pelatihan perang dan doktrin di Suriah.

"Saya dan teman-teman sedang belajar di masjid, dan mereka memerintahkan kami untuk berjihad dengan ISIS. Saya ingin bergabung dengan mereka, tapi ayah saya melarang," kata Mohammed.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ayahnya akhirnya dengan terpaksa mengizinkan putranya itu bergabung dengan ISIS setelah diancam akan dipenggal kepalanya.

Di kamp pelatihan ISIS, Mohammed dan anak-anak lainnya dibaiat untuk patuh pada Abu Bakar al-Baghdadi, mereka dilatih fisik dan mental, termasuk pelajaran agama.

Canda tawa yang kadang muncul mendadak sirna saat bocah-bocah itu dibawa oleh anggota ISIS yang dewasa untuk menyaksikan hukuman mati.

"Mereka memerintahkan kami datang ke sebuah tempat untuk melihat kepala dipenggal, pencambukan atau rajam."

"Ada pemuda yang tidak puasa Ramadan disalib selama tiga hari, kami juga melihat seorang wanita dirajam karena berzina," ujar Mohammed.

Usai menjalani pelatihan di kamp itu, anak-anak ini sudah boleh turun ke medan perang.

Mohammed mengatakan salah satu temannya di kamp itu terbunuh saat maju di garis depan pertempuran melawan faksi militan lainnya di Suriah, Tentara Pembebasan Suriah.

"Dia gugur di Deir Ezzor saat pertempuran antara Free Syrian Army dengan ISIS. Usianya sama seperti saya, 13 atau 14 tahun," tutur dia.

Ayah Mohammed selalu ditolak saat ingin menengok anaknya di kamp pelatihan, dia khawatir putranya itu akan dicuci otak untuk menjadi pengebom bunuh diri.

"Dia hanya mengikuti teman-teman sebayanya belajar di kamp itu, dia pikir perang dan senjata adalah permainan," kata ayah Mohammed, yang enggan dituliskan namanya.

Beruntung mereka bisa menyelamatkan diri dan kabur ke Turki.

Mohammed tidak melanjutkan sekolah karena merasa sudah terlalu tua dan ingin berdagang melanjutkan usaha ayahnya.

Dia mengaku pengajaran ISIS sebagian sesuai dengan hukum Islam, tapi dia tidak mengerti doktrin militansi yang menurutnya bertentangan dengan apa yang selama ini dipahaminya.

"Saya cinta agama ini karena saya seorang Muslim. Saya sering pergi ke masjid bersama ayah sebelum ISIS datang. Ayah saya mengajarkan bahwa agama bukan soal perang, tapi soal kasih sayang dan saling memaafkan," kata Mohammed.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER