YASUKO MORITA

Dosen Asal Jepang Cinta Indonesia Karena Azan

CNN Indonesia
Selasa, 02 Sep 2014 10:16 WIB
Yasuko Morita telah 30 tahun di Indonesia dan mengajar bahasa Jepang di sebuah universitas di Jakarta. Dia mendapat penghargaan karena dianggap memperkuat hubungan dua negara.
Jakarta, CNN Indonesia -- Cinta bisa datang kapan saja, begitu pula dengan cinta terhadap negara. Itulah yang terjadi pada Yasuko Morita, seorang dosen Bahasa Jepang yang sudah 30 tahun tinggal di Indonesia.

"Pertama kali saya datang ke Indonesia, saya kagum sekali ketika mendengar kumandang adzan. Seketika itu saya jatuh cinta pada Indonesia," kata Morita kepada CNN Indonesia.

Morita mengaku pertama kali datang ke Indonesia karena mengikuti suaminya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Awal berada di Indonesia, dia menjadi staf pengajar lepas di Universitas Indonesia. Bahasa Inggris adalah mata kuliah yang dia pegang pada saat itu.

"Saya memang belajar Bahasa Inggris sejak lama di Jepang. Karena motivasi saya selalu ingin ke luar negeri bertemu dengan banyak orang," kata dia.

Walau demikian, awal kehidupannya di Indonesia terganjal oleh beberapa masalah, salah satunya karena datang sebagai istri pekerja sehingga tidak punya izin tenaga kerja.

Karena itu, dia tidak bisa menjadi pegawai tetap di universitas tempatnya mengajar.

Selain itu, pihak universitas juga merasa orang Indonesia juga sudah cukup untuk mengajar Bahasa Inggris.

Akhirnya dia terpaksa dialihkan menjadi pengajar Bahasa Jepang karena kebetulan pada saat itu memang dibutuhkan pengajar yang menguasai bahasa tersebut sebagai bahasa ibu.

Penguat Hubungan Dua Negara

Namun, justru karena itulah dia akhirnya mendapatkan Penghargaan Menteri Luar Negeri Jepang.

Menurut Morita upaya puluhan tahun mengenalkan Bahasa Jepang di Indonesia berperan penting sebagai penguat hubungan antara kedua negara.

"Tentu saya senang sekali, karena sebenarnya ada beberapa kandidat untuk diberikan penghargaan ini dan saya yang terpilih. Belum lagi, kandidat yang dicari adalah kandidat yang melakukan pengabdiannya bukan untuk mencari untung," kata peraih penghargaan itu.

Penghargaan ini diberikan  di Kedutaan Besar Jepang pada Senin (1/9). Selain diberi lembaran piagam penghargaan menteri, dia juga diberikan dua buah karangan bunga oleh murid-muridnya.

Yasuko baru resmi menjadi pengajar tetap sejak 1999 setelah suaminya pensiun. "Dulu saya tidak berani karena takut bermasalah dengan hukum. Sekarang saya bisa mengajar karena suami saya tidak lagi bekerja."

Walau suaminya sudah pensiun, dia tetap ingin berada di Indonesia. "Saya jatuh cinta dengan Indonesia, dengan segala budayanya yang berbeda dari Sabang sampai Merauke," katanya.

Pikiran Terbuka

Dia juga menyukai sifat orang Indonesia yang berpikiran terbuka. Dia menilai, orang Jepang lebih berpikiran sempit karena terlalu disiplin.

"Tapi jangan sampai orang Indonesia juga terlalu fleksibel jadi seenaknya ya. Terutama soal sampah. Saya sampai sakit hati melihat sampah di mana-mana," ujarnya.

Sampai saat ini dia masih mengajar Bahasa Jepang di Universitas Dharma Persada. Walau sudah puluhan tahun bekerja, dia masih tetap aktif melakukan kegiatannya sebagai pengajar.

"Sehari-hari saya sibuk sekali mengajar, di kampus kan ada kelas siang dan kelas malam. Itu sudah jadi rutinitas saya sehari-hari."
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER