Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Amerika Serikat Barack Obama menegaskan bahwa mereka akan memerangi kelompok Negara Islam Irak dan Suriah, ISIS, sampai habis dan mencari keadilan atas pembunuhan dua wartawan AS, James Foley dan Steven Sotloff.
"Garis besar dan tujuan kami jelas, yaitu untuk melemahkan dan menghancurkan ISIS sehingga mereka tidak lagi menjadi ancaman, bukan saja untuk Irak tapi juga untuk kawasan dan untuk Amerika Serikat," kata Obama dalam konferensi pers Rabu (3/9).
Dia juga menyatakan, menghancurkan kelompok pemberontak itu akan membutuhkan waktu lama mengingat kekuatan musuh yang terdiri dari pasukan pecahan al-Qaeda yang berpengalaman dalam perang Irak dan kebutuhan untuk membentuk koalisi, termasuk dengan masyarakat Sunni lokal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apapun yang diharapkan atas pembunuhan yang mereka lakukan terhadap warga Amerika tak berdosa seperti Steven, mereka gagal," kata Obama. "Mereka gagal karena, seperti semua orang yang ada di seluruh dunia, orang Amerika muak dengan perlakuan barbar mereka. Kita tidak akan terintimidasi."
Selain Obama, pejabat-pejabat pemerintahan Amerika lain juga turut mengecam apa yang dilakukan oleh ISIS.
"Mereka (ISIS) harus tahu kita akan memburu mereka sampai ke gerbang neraka, sampai mereka diadili. Karena neraka adalah tempat di mana mereka akan tinggal," kata Wakil Presiden Joe Biden di New Hampshire, sebegaimana dikutip kantor berita Reuters.
Sementara di Washington, Menteri Luar Negeri John Kerry menyebut eksekusi Sotloff sebagai pukulan telak dan menyatakan AS sudah menggunakan segala cara, baik militer, diplomatis, dan intelijen untuk membebaskan para sandera di Suriah.
"Sotloff diambil secara brutal dari kita oleh para pengecut bertopeng yang melakukan kekejaman model abad pertengahan," kata Kerry.
Pemerintah Amerika dan Inggris sudah memeriksa video yang diunggah ISIS. Mereka menyimpulkan video yang menunjukkan pemenggalan Sotloff oleh orang yang sebelumnya juga memenggal jurnalis James Foley ini asli.
Video tersebut diunggah pada Selasa (2/9), sebagai tanggapan untuk serangan udara Amerika Serikat terhadap pasukan ISIS di Irak.
Pada Agustus, Amerika Serikat untuk pertama kalinya mengirim serangan udara lagi ke Irak setelah menarik pasukannya pada 2011.