Aleppo, CNN Indonesia -- Ancaman kemanusiaan tak pernah menjadi halangan bagi Steven Sotloff, wartawan yang dieksekusi oleh kelompok militan ISIS, untuk meliput ke berbagai negara konflik di kawasan Timur Tengah.
Pada Oktober 2012, wartawan lepas asal Amerika Serikat yang bekerja untuk majalah
TIME dan beberapa media internasional lain ini tercatat meliput insiden penyerangan kepada warga AS di Benghazi, Libya.
Tiga bulan kemudian, Sotloff berada di Suriah, menulis tentang warga Suriah yang hidup di bawah garis kemiskinan akibat perang saudara di negara itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekitar seminggu di sini, dan tak ada yang mau menampung wartawan lepas karena kasus penculikan sangat marak,” tulis Sotloff dalam surat elektronik kepada rekan sesama wartawan dan editornya, seperti dikutip dari kantor berita
Reuters.
Dalam artikel yang dia tulis, Sotloff juga menjelaskan keadaannya yang hanya dapat tidur di jalanan dan minum air hujan, serta selalu bersembunyi dari tank.
James Denton, penerbit dan editor jurnal World Affairs, salah satu media yang memperkerjakan Sotloff melihat Sotloff sebagai pria murah hati yang sangat tertarik dengan dunia jurnalistik.
Denton, yang bertemu Sotloff di Washington pada 23 Mei 2013, menilai Sotloff banyak menulis dari sudut pandang warga biasa, bukan dari pandangan tentara perang atau tokoh penting.
"Tak hanya mementingkan
headline, Sotloff ingin mengupas suatu peristiwa dengan tuntas," kata Denton yang mempublikasikan dua berita Sotloff di Kairo, Juli 2013.
Sotloff terkenal sering menulis tentang isu HAM, seperti kisah seorang ibu dengan sembilan anak yang berada di tempat tahanan di Suriah atau kehidupan para demonstran di Kairo, Mesir.
Dalam sebuah artikel yang dia tulis dalam jurnal
World Affairs, Sotloff menjabarkan peristiwa penggulingan mantan presiden Mesir Mohamed Morsi di Mesir tahun 2013.
"Kudeta dianggap revolusi, demonstran damai dianggap anarkis, sedangkan warga yang anarkis dianggap revolusioner,” kata Sotloff.
Menghilang Tanpa JejakSetelah sempat pulang ke AS, Sotloff kembali ke Suriah lewat perbatasan Turki pada Agustus 2013, di mana dia diculik oleh kelompok militan ISIS.
Lee Smith, rekan wartawan Sotloff di Timur Tengah yang bekerja untuk lembaga Hudson Institute, menyatakan bahwa Sotloff tahu betul resiko pekerjaan yang dijalaninya namun dia tetap meliput di Suriah.
"Rekan wartawan lain sudah memperingatkannya akan bahaya di Suriah, namun dia sangat ingin ke sana," kata Smith.
Sotloff juga pernah menanyakan tentang kekejaman kelompok militan ISIS, gaya hidup mereka yang terkenal kerap melakukan siksaan fisik terhadap tahannya, dan kondisi keamanan di daerah Aleppo, salah satu kota terbesar di Suriah
Hingga saat ini, bagaimana Sotloff diculik dan identitas penculiknya tetap tidak jelas, namun ada kemungkinan Sotloff diculik oleh geng kriminal dan kemudian dijual ke ISIS.
Tak ada kabar mengenai Sotloff hingga kemudian dia muncul dalam video pemenggalan kepala wartawan AS James Foley oleh ISIS.
ISIS mengancam akan membunuh Steven Sotloff jika Presiden AS, Barack Obama, tidak tidak mau menuruti permintaan mereka untuk menghentikan operasi militer di Bendungan Mosul.
Didier Francois, wartawan Perancis yang ditangkap ISIS dan kemudian dibebaskan menyatakan bahwa dia dan Sotloff pernah ditahan bersama Sotloff dan Foley selama sembilan bulan.
Ini dapat menjadi indikasi bahwa tahanan asing disekap dalam tempat yang sama.
Ibu Sotloff, Shirley Sotloff, sempat mengunggah video permohonan kepada ISIS untuk membebaskan anaknya.
“Anak saya berhati baik, dia hanya ingin membantu,” ujar Shirley dalam video tersebut.
Video pemenggalan kepala Sotloff oleh ISIS kemudian beredar pada Selasa, (2/9).
Komite Perlindungan Jurnalis, CPJ, yang berbasis di New York melaporkan setidaknya 70 wartawan terbunuh ketika meliput perang saudara di Suriah yang berlangsung semenjak 2011, dan lebih dari 80 wartawan lainnya yang saat ini menjadi tahanan kelompok militan.
Sotloff, tumbuh besar di Miami, dan bersekolah di Kimball Union Academy, sebuah asrama di Meriden, New Hampshire, dari 2000 sampai tahun 2002, di mana dia lulus dengan penghargaan khusus di bidang jurnalistik.
Sotloff kemudian belajar di jurusan jurnalistik University of Central Florida ini namun ia tidak menyelesaikan studinya.