Jakarta, CNN Indonesia -- Jumlah perempuan semakin menyusut di negara bagian Uttar Pradesh, India, membuat pria-pria kesulitan mencari jodoh.
Di wilayah ini, perbandingan jumlah pria dan wanita adalah 1.000 banding 858.
Ketimpangan jumlah wanita di Uttar Pradesh adalah karena banyaknya kasus aborsi terhadap bayi perempuan di India.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Situasi ini membuat para pria di negara bagian gigit jari.
Salah satunya Narinder, yang berusia 36 tahun tetapi belum mendapatkan calon istri.
Jumlah perempuan yang sedikit membuatnya kesulitan untuk bersaing mendapatkan sang pujaan hati, apalagi pekerjaannya cuma guru di sebuah sekolah.
"Hanya pria kaya dengan pekerjaan sebagai pegawai negeri yang bisa mendapatkan calon istri saat ini, karena siapapun yang memiliki penghasilan kecil tidak akan menemukan calon istri di sini," ujarnya.
Pria dari empat bersaudara ini ingin sekali menikah karena kehidupan orang tuanya akan lebih mudah jika ia menikah.
"Akan ada yang memasak dan menjaga mereka," lanjut dia lagi.
Kesenjangan populasi ini secara tidak langsung memicu fenomena perdagangan perempuan di India untuk dijadikan istri.
Banyak wanita di negara ini menjadi korban penculikan yang kemudian diperdagangkan untuk menjadi istri.
Praktik ini juga dipicu oleh kemiskinan yang mendera banyak wilayah di India.
Sedikitnya jumlah wanita juga disebabkan oleh sistem kasta yang mengutamakan anak lelaki ketimbang perempuan sehingga berujung pada peningkatan angka aborsi.
Selain itu, banyak warga India enggan mempunyai anak perempuan karena perempuan lebih banyak mengeluarkan mahar saat menikah.
"Sebagai akibat dari penurunan kesuburan, orang-orang tidak hanya menentukan berapa jumlah anak yang ingin mereka miliki, tetapi juga menentukan jenis kelamin anak mereka dan semua orang menginginkan anak laki-laki," ujar Poonam Muttreja, juru kampanye hak asasi perempuan dan penasihat pemerintah.