NATO menegaskan belum memutuskan akan mengirim pasukan untuk mengatasi kelompok Negara Islam Irak dan Suriah, ISIS, meski memang mengecam tindakan kejam kelompok ini.
Sekretaris Jenderal Anders Fogh Rasmussen menyatakan posisi organisasinya itu pada pertemuan Konfrensi Tingkat Tinggi NATO di Wales, Kamis (4/9).
Dalam pertemuan tersebut, semua anggota memusatkan perhatian pada masalah ISIS, kelompok yang mengacaukan Timur Tengah dan mengeksekusi dua wartawan Amerika.
Namun, tidak ada satupun anggota NATO yang resmi menyatakan akan mengirim bantuan ke sana seperti yang dilakukan 12 tahun lalu ke Afghanistan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pengiriman bantuan militer ke Irak untuk memerangi ISIS akan dipertimbangkan dengan serius," kata Rasmussen.
Ia juga mengatakan bahwa sampai saat ini belum ada permintaan bantuan resmi dari pemerintah Irak ke NATO.
Walau demikian, Pemerintah AS telah berkoordinasi dengan Baghdad untuk melakukan serangan udara untuk menghancurkan pasukan ISIS di Irak. Aksi yang serupa kemungkinan juga akan dilakukan di Suriah.
Perdana Menteri Inggris David Cameron menyatakan pada CNN bahwa ia mendukung sepenuhnya langkah AS ini dan mengatakan bahwa Inggris bisa saja melakukan hal serupa.
"Kami ingin ISIS dibasmi agar hilang dari peredaran," kata Cameron.
Cameron sependapat dengan Amerika Serikat bahwa tindakan militer saja tidak akan cukup untuk mengakhiri ancaman yang diberikan kelompok ISIS.
Menurutnya penting bagi otoritas lokal dan nasional di Timur Tengah untuk mengambil kembali kendali atas penduduknya.
"Kita harus mengetahui bahwa yang harus dilakukan adalah membantu penduduk, bukan memberikan tekanan kemudian meninggalkan mereka," kata Cameron.