Pemerintah Estonia memanggil Duta Besar Rusia pada hari Jumat (5/9) untuk meminta penjelasan terkait kasus penculikan petugas keamanan Estonia di perbatasan wilayah tenggara Estonia.
Pihak Keamanan Dalam Negeri Estonia, KAPO, mengatakan Eston Kohver “ditahan secara illegal” di bawah todongan senjata pada Jumat pagi saat sedang bertugas rutin.
KAPO mengklaim bahwa Kohver memang ditugaskan di perbatasan untuk mencegah kegiatan kriminal lintas daerah dan penyelundupan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun Dinas Keamanan Federal Rusia, FSB, menyatakan penahanan Kohver terkait dengan operasi mata-mata yang dilakukannya.
Seperti yang dikutip kantor berita setempat, pada saat penangkapan Kohver membawa pistol jenis Taurus, uang tunai sebesar € 5.000, perekam suara dan dokumen "tugas mata-mata”.
Hubungan Estonia dan Rusia memang sedang memanas karena ada indikasi bahwa selain Ukraina, Rusia juga ingin menguasai Estonia untuk mewujudkan ambisinya menyatukan Uni Soviet kembali.
Sebelum insiden penculikan tersebut terjadi, Presiden AS Barack Obama bahkan telah mengunjungi Estonia dan berjanji untuk melindungi negara Baltik melawan agresi Rusia.
Menteri Luar negeri Estonia, Urmas Paet mengatakan bahwa penculikan yang terjadi di pos pemeriksaan perbatasan tersebut merupakan nsiden yang sangat mengganggu.
"Kami berharap Rusia dapat kerja sama untuk memecahkan kasus ini dan mengembalikan warga Estonia ke Estonia," kata Paet, yang dikutip dari keterangan Kementerian Luar Negeri Estonia.
Presiden Estonia, Toomas Hendrik Ilves juga berharap insiden tersebut dapat segera diatasi.
“Orang yang telah menyebrangi perbatasan dan memasuki wilayah Estonia tidak bisa menculik warga Estonia. Saya berharap kasus ini dapat diselesaikan dengan cepat,” kata Ilves dalam cuitannya di Twitter pada Jumat (5/9).