BENCANA KELAPARAN

Kekurangan Pangan Bisa Sebabkan Konflik

CNN Indonesia
Kamis, 11 Sep 2014 10:15 WIB
Urusan perut ternyata bisa menjadi sebab dan akibat pecahnya konflik. Para pemimpin negara harus mulai memperhatikan hak pangan para rakyatnya.
Anak-anak sebagai tiang bangsa harus diperhatikan kelangsungan gizinya
Jakarta, CNN Indonesia --

Setali tiga uang, sebab dan akibat konflik ternyata berujung pada pangan.

Konflik terjadi karena kekurangan pangan dan sebaliknya, kekurangan pangan juga bisa mengakibatkan konflik.

Direktur Jenderal Organisasi Pangan dan Agrikultur PBB (FAO) Jose Graziano da Silva, menjelaskan hubungan antara konflik dan kelaparan tersebut dalam pidatonya di Global Forum Aliansi Peradaban PBB (UNAOC) di Bali pada Agustus lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam pernyataannya, Silva juga menjelaskan bahwa kelaparan dan kemiskinan menghasilkan lebih banyak krisis di dunia jika dibandingkan dengan bencana alam.

"Kelaparan akan berujung pada konflik dan konflik memperburuk kelaparan," kata da Silva dalam forum berskala internasional yang bertemakan Bhinneka Tunggal Ika itu.

Sebagai contoh, Silva mengangkat kerusuhan pada 2008 lalu yang diakibatkan oleh kenaikan harga pangan.

Akibat kenaikan tersebut, di tahun yang sama juga terjadi berbagai kerusuhan di beberapa negara bagian Afrika seperti Burkina Faso, Kamerun, Senegal, Mauritania, Pantai Gading, Mesir, dan Maroko.

Kepastian pangan bagi Silva adalah hak semua orang guna membentuk masa depan yang damai, sejahtera dan stabil.

Kasus kelaparan yang saat ini terjadi di dunia ialah yang terjadi di Sudan Selatan karena diakibatkan oleh konflik.

Di Mingkaman, Sudan Selatan, lebih dari 90.000 orang terpaksa mengungsi akibat konflik sipil yang membawa bencana kelaparan ini.

Namun, angka tersebut hanya sebagian kecil dari krisis kemanusiaan yang terjadi.

PBB hingga saat ini memperkirakan sekitar 4 juta orang, lebih dari sepertiga populasi di Sudan Selatan, mengalami ancaman kekurangan pangan.

Sekitar dua juta anak kekurangan gizi dan PBB juga telah memperingatkan bahaya ancaman kematian 50.000 anak jika bantuan tidak segera ditambah.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER