KONFLIK RUSIA-UKRAINA

Ukraina: Anggota NATO Kirimi Kami Senjata

CNN Indonesia
Senin, 15 Sep 2014 15:45 WIB
Ukraina mengklaim telah menyepakatai penerimaan bantuan dari NATO. Seorang sumber mengatakan, pemberian bantuan juga disertai perjanjian.
Pertemuan NATO di Wales, Inggris, pada awal September 2014
Jakarta, CNN Indonesia --
Menteri Pertahanan Ukraina, Velery Heletey menyatakan bahwa para negara anggota NATO mengirimi Ukraina senjata pada Minggu (14/9) sebagai bantuan untuk memerangi separatis pro-Rusia dan menjegal "keinginan" Presiden Rusia Vladimir Putin.
 
Dalam konferensi pers yang diselenggarakan, Heletey menjelaskan bahwa pemberian bantuan tersebut sudah didiskusikan dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Pertahanan NATO dalam pertemuan tingkat tinggi NATO di Wales pada awal September kemarin.
 
Sebelumnya, pejabat NATO menyatakan bahwa NATO tidak akan mengirim bantuan untuk negara yang bukan anggota. Namun, negara-negara anggota NATO tetap dibolehkan mengirimkan bantuan
 
Di balik pemberian bantuan, salah satu pejabat senior Ukraina menyatakan bahwa negaranya juga telah menyetujui pengawasan senjata dan militer oleh beberapa anggota sekutu Amerika Serikat. Namun, empat dari lima negara yang disebutkan, termasuk AS, menampik pernyataan ini.
 
"Kami mencapai kesepakatan melalui pembicaraan tertutup. Saya tidak berhak mengungkapkan identitas negara-negara tersebut. Tapi secara resmi saya mengatakan bahwa senjata tersebut sedang dikirim," ujar Heletey.
 
Meskipun masih dalam susana gencatan senjata, namun UKraina semakin was-was begitu mengetahui bahwa sekitar 3.500 tentara Rusia saat ini berada di dalam wilayahnya. Ditambah lagi tank-tank baja bersama 25.000 tentara yang masuk ke Ukraina Timur melalui perbatasan. Rusia menolak tuduhan tersebut.
 
Gencatan senjata yang disepakati Ukraina, Rusia, separatis, dan pengawas keamanan Eropa, OSCE, telah berlangsung sejak 5 September lalu. Kesepakatan ini masih berlangsung walaupun terjadi beberapa pelanggaran sporadis di titik-titik konflik seperti Donetsk.
 
Hingga saat ini konflik yang disebabkan perebutan wilayah Semenanjung Crimea tersebut telah memakan korban jiwa sebanyak 3.000 orang. 
 
Rusia dan Ukraina berebut wilayah tersebut karena ingin menyebarkan pengaruh. Rusia seakan ingin menyatukan kembali Uni Sovyet, sedangkan UKraina ingin bersatu dengan Uni Eropa.


ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER