PEREKRUTAN ISIS

Kaum Miskin Turki Bergabung Demi Uang

CNN Indonesia
Selasa, 16 Sep 2014 12:47 WIB
Turki merupakan salah satu negara yang menjadi lokasi perekrutan pejuang asing ISIS terbesar di dunia akibat alasan ekonomi yang dialami generasi muda.
ISIS melancarkan aksi kekejaman di wilayah Suriah dan Irak
Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah menghabiskan masa remaja sebagai pencandu obat terlarang di pemukiman paling miskin Ankara, Can berpikir dia tidak akan kehilangan apapun ketika diselundupkan ke Suriah bersama 10 teman masa kecilnya untuk bergabung dengan kelompok jihadis paling ekstrim sedunia.

Setelah mengikuti pelatihan selama 15 hari di kota Raqqa, Suriah, yang merupakan ibu kota de fakto ISIS, pemuda berusia 27 tahun ini ditugaskan bergabung ke unit tempur.

Dia mengatakan telah menembak dua orang dan ikut dalam eksekusi masal dan dinyatakan sebgaai pejuang penuh ISIS ketika dia mengubur hidup-hidup seorang pria.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Rasanya seperti kerasukan ketika berperang di sana,” ujar Can, yang hanya mau disebut dengan nama tengahnya karena takut dengan pembalasan kelompok ISIS.

“Semua orang berteriak ‘Allahu Akbar’ yang memberi kekuatan gaib untuk bisa membunuh musuh tanpa takut akan darah atau isi perut korban,” katanya.

Ratusan pejuang asing, termasuk beberapa dari Eropa dan Amerika Serikat, telah bergabung ke dalam pasukan ISIS dalam upaya membentuk kalifah yang membentang di wilayah Suriah dan Irak.

ISIS menawarkan imbalan uang pada generasi muda Turki (Reuters)

Tetapi salah satu sumber rekrutmen terbesar adalah Turki, anggota NATO yang sedang dilanda arus bawah kaum Islamis yang tidak puas.

Laporan-laporan media dan pejabat di Turki mengatakan hingga 1,000 warga Turki telah bergabung dengan ISIS.

Tawaran ideologi kelompok ini dan juga uang yang dibayarkan kepada para pejuangnya tampak bisa membuat generasi muda Turki yang tidak puas untuk bergabung.
Badan Dinas Intelijen Amerika Serikat, CIS, minggu lalu memperkirakan kelompok ini memiliki tentara antara 20 ribu dan 30 ribu orang di Irak dan Suriah.

Amerika Serikat telah menekan Presiden Turki Recep Tayying Erdogan untuk lebih mengawasi perbatasan dengan Suriah sepanjang 900 kilometer.

Washington mengeinkan Turki untuk mengatasi arus pejuang asing dan menghentikan ISIS mengekspor minyak hasil produksi wilayah di Suria dan Irak yang dikuasainya.

Sejauh ini, Erdogan terus menolak permintaan agar menerapkan langkah-langkah agresif terhadap kelompok ini dengan mengatakan kekhawatiran akan nasib 49 warga negaranya yang disandera oleh ISIS sejak kelompok ini merebut kota Mosul, Irak, pada bulan Juni.

Turki menolak menandatangani satu komunike yang mengikat sejumlah negara regional untuk mengambil langkah-langkah baru yang “sesuai” untuk melawan Isis. Hal ini membuat para pejabat Amerika Serikat merasa frustasi.

Selama bertahun-tahun, Turki sangat ingin menjadi contoh demokrasi Islam di Timur Tengah melalui resep “Tanpa masalah sama sekali dengan negara-negara tetangga”, prinsip yang diciptakan oleh Ahmet Davutoglu, yang beru-baru ini terpilih sebagai perdana menteri setelah menjabat sebagai menteri luar negeri selama beberapa tahun.

Tetapi, akibat salah perhitungan negara ini sekarang menjadi terisolasi dan rentan di wilayah yang sekarang dilanda perang.

Turki juga dikritik, dari dalam negeri maupun luar negeri, karena kebijakan perbatasan terbuka yang diterapkan di awal pemberontakan Suriah.

Pihak yang mengkritik mengatakan kebijakan ini menjadi penentu dalam kebangkitan ISIS.

Turki sebelumnya memperkirakan pasukan pemberontak akan dengan cepat menyingkirkan presiden Suriah, Bashar al-Assad, tetapi ketika perang berkembang terus, kaum ekstrim yang justru mendapat keuntungan dari kekacauan yang terjadi.

Para pejuang Turki yang ditarik oleh ISIS mengatakan mereka lebih merasa sama dengan bentuk esktrim Islam yang dipraktikkan oleh kelompok ini daripada dengan peraturan dari partai yang berkuasa di Turki, yang berakar pada bentuk Islam yang lebih moderat.

Hacibayram, pemukiman kumuh di daerah wisata Ankara, telah berubah menjadi pusat perekrutan ISIS dalam satu tahun terakhir. Warga setempat mengatakan hingga 100 orang telah berangkat berjuang bersama kelompok ini di Suriah.

“Semua ini dimulai ketika satu orang yang tidak dikenal dengan janggut panjang dan tebal mendatangani pemukiman ini,” ujar Arif Akbas yang selama 30 tahun merupakan ketua RT. “Tiba-tiba saja semua pecandu narkoba menjadi rajin ke mesjid.”

Salah satu yang pertama bergabung dengan ISIS adalah Ozguzhan Gozlemcioglu, yang dikenal sebagai Muhammad Salef oleh rekan-rekannya di ISIS.

Dalam tiga tahun, dia naik pangkat menjadi komandan regional di Racca, dan warga setempat mengatakan dia sering keluar masuk Ankara untuk melakukan perekrutan anggota baru.

Presiden Recep Tayyip Erdogan  ditekan AS untuk menjaga perbatasan dengan Suriah (Reuters/Brendan Smialowski)

Mehmet Arabaci, warga Hacibayram yang membantu membagikan bantuan pemerintah kepada warga miskin, mengatakan anggota komunitas yang berusia muda menemukan gambar Gozlemcioglu sedang memanggul senjata di medan perang di internet, dan segera ingin mengikuti langkah itu.

Anak-anak pun mulai menghabiskan waktu mereka di internet sejak kantor pemerintah daerah menghancurkan satu-satunya sekolah di sana dalam proyek perbaikan daerah kumuh perkotaan yang agresif.

“Sekarang ada tujuh mesjid di sini, tetapi tidak ada sekolah satupun,” kata Arabaci. “Kehidupan anak-anak begitu kosong sehingga mereka ada alasan untuk tertarik terjun langsung ke kancah perang.”

Ketika Can, bersama 2 dari 10 rekannya, kembali dari Raqqa setelah tiga bulan berjuang, dia merasa sangat menyesal.

ISIS sangat brutal,” katanya. “Mereka menterjemahkan Al-Quran hanya untuk kepentingan mereka. Allah tidak pernah memerintahkan Muslim membunuh sesama Muslim.”

Dia mengatakan banyak warga tertarik bergabung dengan ISIS karena alasan keuangan dan faktor ini lebih mengena bagi generasi muda yang berasal dari wilayah miskin Turkin.

“Jika bertempur, kami dibayar US$150 per hari. Semuanya didapat dengan gratis. Para pemilik toko pun memberi barang mereka dengan cuma-cuma karena takun.” katanya.

Hingga saat ini pemerintah Turki belum mengambil langkah mengatasi perekrutan kaum miskin negara itu oleh ISIS.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER